#44 Remember me?

1K 158 7
                                    

"Merendahlah di hadapanku.. Aku haus dengan kekuasaan." Lisa menempatkan salah satu kakinya di atas punggung seorang wanita. Wanita yang ada di bawahnya itu sudah berpakaian seperti seorang submassive dan benar-benar tunduk pada Lisa.

"Aku ingin memiliki kecantikanmu sepenuhnya.." Lisa menarik rantai yang mengikat leher wanita itu. "Kau selalu bersikap angkuh dan tidak pernah tunduk pada siapapun.."

Pantat wanita itu pun di penuhi dengan garis-garis merah bekas cambukan dan mulutnya menyeringai. "Kau selalu meminta napsu yang lebih.. Napsumu seperti binatang.."

Di benak Lisa hanyalah seorang Jisoo yang ada disana, saling menyalurkan napsu mereka bersamaan dan tak ada orang lain lagi yang bisa melakukannya. "Kim Jisoo.."

"Hmm.." Lisa terbangun dari tidurnya ketika matahari benar-benar sudah menyorot ke arah jendela apartemennya, kemeja putih yang perlahan turun dari kedua bahunya dan memperlihatkan kedua buah dadanya menjadi satu-satunya pakaian yang menutupi tubuh indahnya. Ia memijat leher belakangnya dan menatap ke sisi ranjang dimana Irene sedang tertidur dengan lelap.

Drrttt.. Drrt...

Ponselnya berdering, seseorang mencoba untuk menelpon Lisa. "Bambam? Aku baru saja bangun tidur, sebentar lagi aku akan bersiap-siap untuk pergi bekerja." Irene mengerjapkan matanya perlahan dan melihat Lisa yang duduk di ujung kasur.

"Ya baiklah, aku akan menyuruh supir untuk menjemputmu di bandara.." Lisa berjalan mengambil beberapa sendok gula dan kopi, ia kemudian membuat secangkir kopi untuk dirinya sambil masih menerima telpon dari sang suami. "Jangan suka pilih-pilih, kau tau bagaimana sibuknya pekerjaanku di rumah sakit, jadi mau bagaimana pun kau meminta aku yang menjemputmu aku tidak akan bisa datang. Kita masih bisa pergi makan malam nanti, jika kau mau."

Satu tegukan yang membuat pagi harinya menjadi lebih baik, di tutup dengan telpon dari Bambam. Lisa merasa jika hari-harinya sekarang sama saja seperti biasanya. "Jadi itu adalah suamimu? Hm.. Matahari pagi baru saja terbit dan dia sudah mencarimu sepagi ini." Lisa hanya melirik Irene dengan sudut matanya. "Sepertinya aku sudah tidak bisa lagi bercanda denganmu pagi ini. Dia adalah pria yang sedikit lebih baik daripada dirimu.."

"Bambam tidak pernah mengancamku untuk apapun yang aku lakukan, meskipun jika aku salah dan menolak untuk menurutinya. Hanya saja aku harus sedikit lebih feminim saat dia ada di dekatku."

Lisa berjalan ke arah kamar mandi dan mulai melepaskan pakaian yang ia kenakan. "Aku akan mandi, aku ingin jika pertemuan kita hari ini tetap di rahasiakan dan kita pergi bekerja masing-masing saja." Irene mengangguk mengerti dan meminum jus jeruk yang baru saja dia ambil. "Punggungmu itu putih mulus tadi malam, tapi kau tau sendiri setelah kejadian itu nanti kau harus sembunyikan bekasnya dari orang lain."

"Arghhh.." Irene menahan minumannya agar tidak keluar lagi dari mulutnya. "Kurang ajar kau!! Apa bekas-bekas ini bisa hilang hah?" pekiknya panik.

***

Jisoo berlari-lari kecil pagi ini menggunakan hoodie merah yang baru saja ia beli. Napasnya ia atur dengan benar agar dirinya tidak cepat kelelahan. Setelah mengambil beberapa keliling, rasanya berolah raga sebelum berangkat bekerja sebanyak ini sudah cukup untuknya.

"Aku pulang.." Ia membuka sepatunya dan berjalan ke arah kulkas sambil mengambil botol minuman dingin dan meminumnya begitu saja. "Hey, Jen.. Apa kau sedang mandi?" Ia memperhatikan ke sekitar rumah dan ia tidak merasakan ada kehadiran Jennie. "Aku baru masuk kerja shift siang, mau makan siang bersama atau bagaimana?" ia menyeka mulutnya dan kembali bertanya pada Jennie yang belum ia ketahui keberadaannya.

"Jen.." Langkahnya terhenti ketika melihat beberapa pil obat yang biasa Jennie konsumsi berjatuhan di lantai. "Hey Jennie-ya!! Ayolah!! Kau tau kan kalau harga obatmu ini tidak murah, jangan membuang-buang obatmu!!" Jisoo mencoba untuk memunguti pil-pil yang berserakan, tapi semakin Jisoo ambil jumlahnya malah semakin banyak dan semuanya mengarah ke arah kamar mandi.

"KIM JENNIE!!" Jennie yang masih mengenakan handuk sudah tergeletak di lantai kamar mandi sambil menekan rasa sakit di dada kirinya. "Jen!! Kau bisa mendengarku?" Jisoo memapah dan menggendong tubuh Jennie saat ia memastikan detak jantungnya kini semakin melemah.

"Halo, ini dr.Chu, aku membutuhkan ambulan segera!! Aku sedang bersama pasien dengan kondisi kritis, ia harus segera di bawa ke rumah sakit." Jisoo segera menghubungi rumah sakit.

"Jangan lakukan ini padaku Jen.. Ku mohon.."

Jisoo membantu mendorong bangsal dimana Jennie sudah di pasangi selang oksigen dan kondisinya semakin memburuk. "Dia adalah pasien dengan penyakit jantung, namanya ada di daftar penerima transplantasi. Detak jantungnya sangat lemah!! Jangan sampai dia mengalami henti jantung, lakukan CPR sekarang!!" seorang suster segera membantu Jisoo mengganti pakaian menjadi pakaian operasi. "Tolong panggilkan dr.June dari spesialis jantung, aku membutuhkannya segera."

"Tanda-tanda vitalnya semakin menurun dok." 

Jisoo melakukan segala cara semaksimal mungkin yang ia bisa agar Jennie bisa selamat. "Ayolah Kim Jennie, jangan lakukan ini padaku!! Jangan buat aku khawatir!!"

Waktu pun berlalu, detak jantung Jennie masih lemah namun ia berhasil melewati masa kritisnya. Jisoo yang menatapnya dengan wajah sendu hanya bisa menunggu sang kekasih untuk segera sadar. Jisoo menggenggam tangan Jennie dengan lembut hanya bunyi EKG lah yang menemani sunyinya ruangan itu.

"Jen!!" Hanbin yang datang dengan wajah panik segera melihat Jennie yang masih terbaring di bangsal. "Bagaimana keadaannya dok?

"Ah, Hanbin.. Kau kemari ternyata." Hanbin datang bersama Paman dan Bibinya yang terlihat tak kalah khawatir. "Dia terkena serangan jantung, kami sudah mencoba untuk menolongnya melewati masa-masa kritisnya, tapi dia masih belum sadar."

"Jen.." Hanbin mengelus pucuk kepala sang adik.

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Kalian boleh tetap tinggal selama yang kalian mau, aku akan memanggilkan dr.June jika kalian membutuhkan apapun." Jisoo pun keluar dari kamar Jennie dan berjalan menuju ruang istirahat dokter.

"Terima kasih untuk semuanya ya.." Jisoo terkejut ketika ada seseorang yang tidak asing berdiri di depannya.

"Hmm.."

"Ahh dr.Chu, hai.. sudah lama tidak berjumpa."

"Roseanne?"

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang