#18 Do You Like Her?

1.6K 282 9
                                    

Di sebuah club malam, tempat yang biasa Jisoo datangi jika ia sedang butuh waktu untuk sendiri, wanita ini menemui seseorang.

Sang dokter sedang asyik bercumbu dengan seorang wanita yang tadi siang menghubunginya.

"Pelan-pelan saja dok, nanti kita lanjutkan di apartemenku.." racau wanita itu. Jisoo mulai menjilat leher wnaita itu sebagai rangsangan, perlahan wanita itu membalas dengan mengelus dada Jisoo dengan lembut. Namun ia mendapati sesuatu disana, sebuah alarm emergency milik Jennie.

"Apa ini dok? Bukannya ini adalah alarm emergency?" tebak sang wanita. "Hmm, jangan bilang jika kau sangat khawatir dengan pasienmu makanya kau tidak bisa terlepas darinya sama sekali."

"Itu bukan urusanmu." gertak Jisoo sambil merebut kembali kalung alarm emergencynya. "Aku hanya melakukan pencegahan, jika saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."

"Mungkin saja, pasienmu ini memang sedang dalam kondisi kritis atau mungkin sudah koma atau sebagainya lah.. Kau benar, itu hanya peralatan milik dokter saja, bukan urusanku."

Jisoo mengambil sebotol minuman dan mengenggaknya, ia tak lagi menanggapi ucapan wanita itu. "Sepertinya kau sangat kesulitan untuk mengatur jadwal libur dan kerjamu, aku sarankan jangan mencampurkan keduanya." sindir wanita itu. "Ini sudah malam, apa kita akan pulang sekarang? Aku yakin kau akan menemukan sesuatu yang menarik dan menyenangkan jika sudah pulang ke apartemenku nanti." godanya pada Jisoo.

"Hmmm, tidak malam ini Chaeyeon. Aku lelah, dan sepertinya aku akan pulang saja ke rumah dan tidur."

Chaeyeon termangu, Jisoo menolak ajakannya malam ini. "Maaf ya, aku harus melakukan suatu hal malam ini, lain kali lagi saja.."

"Hey, kau tidak bisa pergi begitu saja!! Jisoo-ya!!"

Jisoo benar-benar memutuskan untuk pulang saja, namun saat ia melihat jam tangannya, ini sudah terlalu malam. "Sudah jam 2 pagi, mana mungkin Jennie masih bangun, dia pasti sudah tidur jika aku pulang jam segini aku hanya akan mengganggunya saja. Jadi aku harus kemana sekarang?"

Ding.. Dong..
Ding.. Dong..

"Seulgi, bisakah kau buka pintunya hah? Ini sangat berisik."

"Ya ya ya, tunggu sebentar, kau pakai dulu celanamu." wanita itu berjalan ke arah pintu sambil menggerutu. "Astaga yang benar saja, siapa yang mau bertamu pagi-pagi buta begini?"

"Hai.." cengir seseorang di hadapan Seulgi.

"Kau sudah bermain dengan siapa sampai-sampai berhenti di tengah malam seperti ini hah? Apa kau tidak tau jam berapa sekarang?" geram Seulgi yang waktu tidurnya merasa terganggu.

"Ayo kita pergi keluar sebentar."

"Hah? Sekarang?"

Namun akhirnya Seulgi pun mengiyakan ajakan Jisoo, mereka berdua mendatangi sebuah club malam untuk minum-minum.

"Kemana wanita-wanita yang mengagumimu?"

"Tidak ada, aku hanya ingin jalan denganmu saja."

"'Denganku' itu bukan alasan untukmu mendatangiku, pasti sudah terjadi sesuatu denganmu sampai-sampai kau seperti ini." tebak Seulgi, seperti wanita ini sudah sangat paham bagaimana Jisoo yang sesungguhnya.

"Jadi kau berniat menemaniku atau tidak? Nanti lama-lama aku antarkan juga botol-botol miras ke sukaanmu langsung ke kamarmu hah.."

"Iya iya, ini aku sedang jalan.. Jangan merajuk seperti itu."

***

Mereka memesan 2 gelas mojito. "Ah, itu cerita yang menarik, bagaimana kau menjelaskan detail tentang dirinya membuatku ingin menemui gadis bernama Jennie Kim itu."

Jisoo hanya berpangku dagu setelah menyeruput minuman miliknya. "Tapi ini aneh Chu, bukannya kau sering mendapatkan kejadian seperti ini dan kau biasa saja? Dia bahkan tidak tau dia menyukai gadis lain atau tidak.  Mungkin saja ia hanyalah gadis polos yang mencari tau tentang kesenangan orang dewasa seperti apa, aku yakin jika ia sudah mengetahuinya ia akan bosan dan berhenti."

"Aku tidak tau, aku rasa jika ia bukanlah seperti gadis yang pernah bersamaku, dia berbeda.." keluh Jisoo.

"Astaga, ayolah ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa harus memberikan wajah seperti itu? Jangan bilang padaku jika gadis kecil itu membuatmu menjadi bodoh, dasar macan!!" Jisoo hanya menatap Seulgi dengan malas.

Wanita itu memperhatikan sang dokter yang terlihat berat sekali, wajahnya seperti sedang memikirkan hal yang tak pernah terjadi dalam hidupnya sama sekali. "Aku tidak pernah melihatmu seperti ini, jatuh begitu dalam pada seseorang dan ini terjadi setelah sekian lama.. kau tau itu kan. Apa kau tidak berpikir untuk membuka hati untuk seseorang? Mau berapa lama lagi kau seperti ini?"

Jisoo tak bergeming, jujur sendiri ia bingung dengan apa yang ia rasa. "Oh, jangan bilang padaku kalau kau sudah benar-benar jatuh ke pelukan si kecil Jennie?" wajah Jisoo berubah menjadi merah. "Tuh kan wajahmu merah sekali." Seulgi meledek Jisoo habis-habisan namun sang dokter berusaha mengelak.

"Hey, hentikan itu! Aku tidak seperti yang kau sebut barusan."

"Oh astaga, Kim Jisoo.. Kapan kau akan berhenti bermain-main huh? Sampai kapan kau akan menyiksa dirimu sendiri dengan permainan ini? Ikuti saja kata hatimu, kau tidak akan tau kemana ia akan membawamu.."

"Seperti yang aku bilang, Seulgi. Ini semua hanyalah sebuah omong kosong, ini hanyalah sampah.." Seulgi hanya bisa menyeringai.

"Aku akan menyempatkan diri jika aku memiliki waktu luang untuk menemui gadis ini."

"Hey, kau tidak usah ikut campur ya." tolak Jisoo.

"Oh ternyata kau sudah mulai posesif padanya." Jisoo mendengus kesal. "Ya sudah, aku harus segera pergi sekarang, aku tidak bisa tinggal sampai matahari terbit karena besok ada rapat yang harus aku datangi." Seulgi pun bersiap-siap. "Dan kau juga harus pulang, dok."

"Bisakah aku ikut pulang ke rumahmu?" pinta Jisoo dengan wajah setengah mabuknya.

"Tidak tidak!! Pulang saja ke rumah sakit jika kau terlalu takut untuk pulang ke rumah."

Jisoo pun memacu motornya dengan kecepatan tinggi di jalanan kota yang kosong. Ia berdiri di lobi rumah sakit, seakan sangat malas untuk kembali ke sini. "Dan sepertinya aku memang akan tidur disini."

Jisoo mengenakan singlet abu-abunya, sambil tidak melepaskan kalung alarm emergency milik Jennie, wanita itu menatap langit-langit ruang istirahat dokter dan mulai berkhayal.

"Ciuman itu.."

Pikirannya tertuju pada kejadian yang tak ia sengaja beberapa hari lalu. "Astaga, sudah cukup!! Lebih baik tidur saja."

***

"Hoaammm.." Jisoo keluar dari ruang istirahat dengan wajah yang masih mengantuk, seorang perawat yang melihatnya pun menegus wanita itu.

"D-dokter? Apa kau tidur disini semalaman? Aku pikir kau sudah pulang."

"Oh hehe, aku memutuskan untuk tidak pulang jadi aku menginap disini." tawa Jisoo hambar.

"Oh begitu, apa kau ingin segelas kopi atau teh mungkin?" tawar sang perawat ragu-ragu.

"Aku ingin dirimu saja, bagaimana?" goda Jisoo.

"Astaga.. Jadi iced americano dengan tambahan gula kan? Akan aku buatkan dok." perawat itu terlihat sangat bersemangat. Jisoo membalasnya dengan senyuman, namun sesaat sebelum ia pergi ia mendengar ada seseorang yang menyebutkan nama orang yang tak asing dengannya.

"Astaga, Roseanne.. Apa yang terjadi dengan tanganmu?" Jisoo berusaha mendengarkannya diam-diam.

"Bagaimana kau bisa bekerja hari ini jika keadaanmu seperti ini? Matamu juga terlihat merah dan sembab, apa kau baik-baik saja?" tanya perawat yang lain.

"Hehe, ini tidak apa-apa. Aku hanya terpeleset di kamar mandi lalu terjatuh, saat aku sadar ternyata pergelangan tanganku sudah patah. Ya sudah aku pergi dulu ya." izin Rose namun saat tubuhnya berbalik, ia melihat Jisoo sudah berdiri di depannya, wajahnya berubah panik.

Jisoo tak berbicara apa-apa, Rose segera berbalik dan tak berani menatap mata Jisoo.

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang