#9 Savior

1.8K 303 7
                                    

"Aku tidak pernah benar-benar percaya dengan yang namanya cinta, itu terlihat seperti hal bodoh di hadapanku. Untukku itu tidak berguna sama sekali dan akan tetap seperti itu sampai kapan pun. Semua orang yang pernah berhubungan denganku sudah mengerti akan hal itu." Jennie hanya mematung, ia masih mendengarkan ucapan Jisoo dengan hati-hati.

"Lalu.." ia menyembunyikan kedua tangannya yang saling bertautan di belakang punggungnya, Jennie sedang ragu saat ini. "Bagaimana jika kita menjalin hubungan?"

"Hmmm.?"

"Aku punya waktu 2 tahun sampai aku mendapatkan transplantasi jantung yang cocok denganku, mungkin bisa kurang dari itu. Jika aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku kurang dari 2 tahun, kau harus setuju untuk menjadi salah satu dokter yang mengoperasiku, deal?"

Tak ada suara jawaban dari Jisoo, dokter itu terlihat masih memikirkan sesuatu  sedangkan Jennie masih berseri-seri, andai saja Jisoo menjawab 'iya' untuk pertanyaannya.

"Apa untungnya untukku?"

"Aku hanya melakukan itu untuk membuktikan kalau aku bisa membuatmu berubah pikiran, jika aku gagal.. kau tidak akan kerugian sama sekali. Bagaimana?"

"Kau mau bermain-main huh? Apa kau tidak menyadari apa yang akan kau hadapi?"

"Ahhh.."

Tubuh Jisoo seketika mendekat, tangan kanannya memeluk pinggang Jennie untuk mendekat juga padanya bahkan Jennie sampai di buat sedikit terkejut karena gerakan itu.

"Coba aku tebak, 'cinta' yang menurutmu hanya untuk seks?" seringai Jisoo. Aku peringatkan kau sekarang, jangan bermain dengan atau kau akan terbakar.."

(Auto nyanyi, Buljangnan.. Uuuuuuu~~)

Jisoo sendiri tak keberatan dengan tantangan Jennie. "Baiklah, jika kau ingin aku melakukan hal yang kau mau, aku akan mengikuti permainan kecilmu." Tubuhnya kembali menjauh. "Tapi kita akan bermain sesuai dengan peraturanku, 'hal' itu saja dan seterusnya, nothing.."

"Aaahhhhh!!" terdengar jeritan nyaring seorang perempuan dari persimpangan jalan yang tak jauh dari tempat Jennie dan Jisoo berada.

"Seseorang panggil ambulan!! Disini ada kecelakaan!!" beberapa orang berbondong-bondong segera mengerumuni tempat kejadian.

"Tolong!! Disana ada suamiku!! Dia terjebak disana, tolong selamatkan dia!!" seorang ibu yang sepertinya adalah korban selamat dari kecelakaan itu berusaha memaksa masuk ke dalam kerumunan untuk menyelamatkan suaminya.

"Ibu mundur dulu bu, biar kami yang tangani.."

"Permisi, permisi, saya mau lewat.. Apakah ada korban?" Jisoo pun mendesak kerumunan itu, berusaha untuk melihat korban.

"Kau tidak boleh datang kemari.." suruh seorang polisi.

"Saya seorang dokter." Jisoo memperlihatkan kartu pengenalnya. "Apakah ada korban yang terluka? Saya bertugas untuk menangani korban kejadian darurat."

"Tenaga medis yang lain sedang mencoba untuk melepaskannya dari benda itu. Beruntungnya, mobil tidak meledak tapi untuk berjaga-jaga ada baiknya kau tidak mendekat." Jisoo menghiraukan ucapan polisi itu, tatapannya terpaku pada korban.

Seorang polisi yang membopong korban mencoba untuk menarik sebuah besi yang menancap di dadanya, tembus sampai ke punggung.

"TIDAAKKK!! JANGANNN!!!"

Namun petugas tersebut sudah terlanjut melepaskan besi yang menancap di tubuh korban, seketika darah berhamburan dan Jisoo berlari mendekati korban.

"Damn it!! Shit!!" Jisoo memegangi tangan korban. "Baringkan dia.."

Dengan kemampuannya, Jisoo segera menekan luka di tubuh korban sekencang yang ia bisa. "Besi itu mungkin sudah merobek pembuluh darah utamanya, berikan aku kain yang banyak!!" pinta Jisoo.

Jisoo merogoh ponsel dari sakunya, ia menahan ponsel itu dengan bahunya sambil tetap menekan pendarahan korban. "Halo ini Jisoo, aku sedang menangani korban gawat darurat karena kecelakaan mobil, berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar 30 tahunan. Dia sedang dalam kondisi kritis, terlalu banyak mengeluarkan darah, aku memerlukan ambulan segera."

Jennie hanya bisa memperhatikan bagaimana Jisoo menolong korban tersebut, ia pun menjaga jaraknya dengan Jisoo, gadis itu diam tak bergeming sama dengan orang lain yang berkerumun disana.

Weeeooo... Weeeeoooo..

Ambulan yang Jisoo minta sampai dengan cepat. "Pertolongan segera datang, mohon beri jalan."

Jisoo tetap menekan pendarahan korban saat korban sudah berada di dalam ambulan dan di tangani oleh tenaga medis yang lain. "Aku sudah menghubungi IGD untuk kasus ini. Antarkan ke Rumah Sakit Grand Royal, tidak jauh dari sini."

"Baiklah." ujar seorang lelaki.

"Tunggu dulu, gadis itu bersamaku. Jen, apa kau takut dengan darah?"

"Uhh? T-tidak."

"Bantu aku tekan ini."

Jennie membantu Jisoo untuk menekan pendarahannya, sementara itu Jisoo menangani hal lainnya seperti memasang EKG dan alat bantu napas.

"Aku minta maaf ya."

"Huh?"

"Maaf kalau acara kita harus berakhir seperti ini." ucap Jisoo sambil berusaha tersenyum, seluruh tubuhnya sudah basah terkena bercak darah. "Dan maaf juga karena sudah membawamu ke rumah sakit lagi bersamaku."

"Haha, lalu apa yang akan kau lakukan? Aku bisa menghabiskan banyak waktu bersamamu."

"Aku hanya tidak bisa membiarkanmu pulang sendirian begitu saja, aku akan mengantarkanmu setelah ini selesai oke?" Jennie terdiam. "Itu mungkin akan menjadi masalah namun jangan khawatir, aku akan mengantarkanmu."

"Tapi aku tidak berpikir jika ini adalah hal yang buruk." Jisoo segera menoleh. "Faktanya, aku pikir ini adalah kencan terbaik yang pernah aku rasakan."

"Hmmm.." senyum Jisoo.

Pintu mobil ambulan itu terbuka seketika, Jisoo dan petugas lain keluar mendorong bangsal pasien menuju ruang operasi. "Keadaannya sudah stabil, persiapkan untuk tindakan operasi darurat." suruh Jisoo.

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang