#63 Priority

890 152 6
                                    

"Setiap kali kau mendengar jika presentasi operasi ini akan gagal itu kecil, aku tau itu bohong. Apapun bisa terjadi pada saat operasi itu dimulai, itulah yang menjadi alasan terbesarku untuk menolak operasi ini, itulah yang aku pikirkan sebelum aku kehilangan kesadaran karena obat bius, tidak ada yang tau bagaimana keadaan aku nanti."

Mata Jennie perlahan terpejam, kedua matanya terasa berat dan ia benar-benar merasa ngantuk.

"Aku tidak pernah tau jika aku akan bangun dari pengaruh obat ini dan bertemu dengan orang yang aku sayangi." Bayang-bayang Jisoo terbesit di benaknya. "Aku sangat merindukanmu Kim Jisoo.. Aku sangat-sangat merindukanmu.. Sungguh.."

Lalu terlihat sosok Hanbin dan sang bibi yang sedang menunggu Jennie tersadar. "Akhirnya dia sadar juga.." sang bibi tersenyum lega.

Hanbin segera berteriak. "Suster!! Adik saya sudah bangun suster.." tak lama, dr.June datang sambil membawa rekam medis milik Jennie.

"Hasil dari operasimu sangat memuaskan Jen, tidak ada komplikasi dari organ transplantasinya sejauh ini dan sepertinya tubuhmu menerimanya dengan baik, itu sebuah pertanda bagus. Dengan ini kita bisa menyimpulkan jika operasinya berhasil, kita akan tunggu hasilnya kalau tubuhmu sudah benar-benar pulih kau bisa pulang setidaknya 2 minggu lagi." Jennie dan Hanbin tersenyum mendengarnya.

"Aku berterima kasih bukan hanya karena donornya dok, tapi aku juga berterima kasih karena selama ini kau sudah mau merawatku dan melakukan operasi itu padaku, aku sangat berterima kasih dok." June terlihat tertawa namun sangat canggung.

"Haha, itu sudah menjadi pekerjaanku setiap harinya, lagi pula pada saat itu aku hanya membantu saja."

"Huh?"

"Orang yang seharusnya kau ucapkan terima kasih adalah dr.Chu, Jen." Jennie memegang dadanya sendiri, jantungnya berdebar cukup kencang untuk pertama kalinya setelah operasi ini.

"Jisoo-ya.. Kau.. Bahkan setelah semua yang terjadi di antara kita kau masih tetap menepati janjimu?"

***

Seorang lelaki tampak menghembuskan napasnya dengan kasar. "Apa kau yakin dengan semua ini dr.Chu? Aku akan mengizinkanmu untuk mengambil cuti jika kau membutuhkannya." dr.Taecyeon selaku kepala direktur yang baru masih tak percaya dengan apa yang Jisoo lakukan di hadapannya sekarang. "Kau adalah dokter yang paling penting di rumah sakit ini, kau tidak bisa pergi begitu saja dari sini jika rumah sakit ini sangat bergantung padamu."

"Aku mengerti apa yang anda maksud dok, tapi aku sudah membulatkan keputusanku. Aku sudah belajar dan berusaha sampai sejauh ini dan sekarang aku ingin beristirahat sejenak dari semua ini sama seperti yang kau katakan. Jika memungkinkan, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk bekerja di rumah sakit kecil setelah aku berhenti dari sini." jelas Jisoo. Ya, Jisoo baru saja mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai dokter ahli bedah di rumah sakit ini setelah ia selesai menepati janjinya pada Jennie.

"Hmm.. Baiklah kalau memang itu kemauanmu aku tidak bisa memaksamu, jika kau membutuhkan rekomendasi apapun, dokumen dan kebutuhan lainnya, aku akan selalu membantumu mencari hal yang kau mau atau mungkin kalau kau memutuskan untuk kembali lagi kemari, kami akan selalu membuka tangan untuk itu, kau bebas melakukan apapun Jisoo-ya."

"Terima kasih dok." senyum Jisoo. Ia berjalan keluar dari ruangan sang direktur dan menyusuri koridor rumah sakit tempat dimana ia menghabiskan banyak hal selama ini.

"Bisa melakukan berbagai macam operasi sebagai seorang ahli bedah adalah yang paling penting dalam hidupku sekarang. Semua usaha yang aku lakukan selama ini hanyalah untuk itu, tapi jika saja kemarin aku lengah meskipun hanya satu detik, satu detik yang akan merubah semua kehidupanku.. Yang ada di pikiranku saat itu hanyalah dia, Kim Jennie."

Jisoo berjalan ke sisi jalan dimana jeruk yang anak kecil tadi jatuhkan berada, saat ia sedang membungkuk dari kejauhan terlihat seorang wanita yang sedang mengemudi dan ia mengenali Jisoo.

"Oh, itu dr.Chu.." ucapnya yang sedang menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau.

Sesaat sebelum truk itu menabrak Jisoo, ia sudah menyadarinya dan dengan cepat ia beralih ke sisi minimarket, untuk melindungi ibu dan anak yang berdiri tidak jauh darinya. Truk itu oleng setelah dengan terpaksa membanting setirnya ke arah lain namun naas untuk wanita tadi, truk yang berusaha menghindari Jisoo malah menabrak mobilnya dari samping kiri sampai mobil itu terjungkal.

Apa yang Irene lihat memang sangat mengagetkan. "Astaga, aku tidak percaya.. Ini adalah milik seorang spesialis penyakit dalam dari rumah sakit ini." ucapnya saat menerima kartu donor milik korban.

Dokter yang masuk ke dalam ruang operasi saat June memberikan arahan pada staff lain adalah Jisoo, baginya Jennie masihlah menjadi prioritas yang utama, karena baginya sekarang bukanlah waktunya untuk menyerah pada keadaan. Apalagi setelah ia mendengar apa yang keluar dari mulut Jennie saat itu.

"I miss you.."

Jelas. Jika sang dokter juga masih menaruh harapan besar pada Jennie.

"Karena hatiku merasa jika memang Jennielah yang pantas untukku, entah berapa lama lagi aku harus menunggunya kembali, aku tetap berpegang pada harapan ini.. Aku merindukanmu Jen.."

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang