#8 Dating

2.2K 316 17
                                    

Jisoo sampai di sebuah cafe dan segera memesan secangkir kopi susu hangat, ia terlihat seperti bukan Jisoo atau pun seorang dokter bedah. Jisoo tercekat ketika seseorang yang ia tunggu berlari kecil menghampirinya.

"Maaf aku telat.." Jennie yang mengenakan gaun biru muda itu terlihat sangat manis, masih di hiasi dengan pita merah di rambutnya. "Aku sedikit kesulitan mencari tempat ini." Jisoo tak bergeming, menurutnya gadis ini semakin memikat dirinya.

"Tidak apa-apa, aku juga baru sampai. Mungkin kau belum tau tentang daerah sini ya?" Jennie hanya mengangguk kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan Jisoo. "Mau pesan minum dulu?"

"Yeah.."

Tak berselang lama, Jennie menerima jus jeruk pesanannya. "Kau tiba-tiba menelponku, aku saja belum bersiap-siap, dapat ide darimana sampai-sampai kau mau menjadi tour guide ku? Sudah bosan menjadi dokter huh?" Jennie bertopang dagu dengan ekdua tangannya.

"Ya, ini juga hari liburku jadi terlalu membosankan jika aku harus berdiam diri saja di rumah." Jisoo menyeruput sedikit kopi susunya. "Aku ingat jika kau tinggal disekitaran sini, jadi aku memutuskan untuk mengajakmu keluar jalan-jalan." Jisoo yang sedang bersama Jennie lebih banyak memberikan senyumannya dibandingkan dirinya yang dulu tidka mengenal Jennie sama sekali. "Apa kau sudah punya untuk pergi ke suatu tempat?"

"Tunggu dulu, apa kau belum mempersiapkan rencana mau membawaku kemana?" Seorang wanita memperhatikan Jisoo dari kejauhan.

"Oh, hai Jisoo-ya.. Itukah kau?"

"Hmm?" Jisoo hanya mendelik, karena ia memang tidak mengenal wanita itu.

"Ternyata itu memang kau!" wanita itu begitu yakin jika ia mengenal Jisoo. "Astaga, dunia ini sempit sekali, aku pikir kita tidak akan bertemu lagi.." Jisoo mulai sedikit menjauh ketika wanita itu memegang tangannya.

"Ini aku Chaeyeon, kau ingat kan? Kita yang bertemu di club waktu itu."

"Ah, oh iya, iya aku ingat.." jawabnya kikuk.

"Kau pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal, itu sangat menyedihkan, apa kau tau jika aku begitu merindukanmu?" Jennie hanya menatap mereka berdua dengan malas, ia seperti nyamuk disini.

"Dan kau bilang kau mau menghubungiku, tapi kau sendiri tidak punya nomorya.."

"Oh, benarkah aku berkata seperti itu?" Jisoo sendiri ingin segera terbebas dari wanita ini, wanita tidak di kenal yang sudah merusak hari liburnya bersama Jennie.

"Oh, maafkan aku, aku tidak melihatmu ada disana." Chaeyeon berpura-pura namun Jennie tau jika ia berbohong jadi ia hanya tersenyum masam tanpa merubah ekspresinya. "Aku terlalu senang, apakah aku mengganggu kalian? Kau membawa adikmu pergi makan siang, dia lucu sekali!"

"Haha, tidak, kami sedang kencan." ucap Jennie spontan.

"Uumm.." Jisoo segera membuang muka.

"Oh?" Chaeyeon dibuat sedikit terkejut. "Ternyata kalian sedang kencan ya, hehe.. aku kira kau tidak memiliki rasa yang berbeda.. Jadi, bagaimana kalau kita berbagi meja saja? Aku akan mentraktir kalian berdua sebagai perkenalan." Jisoo ingin menolak namun ia merasa tidak enak sedangkan Jennie sudah sangat kesal karena Chaeyeon belum pergi juga.

"Tidak, tidak, kami baik-baik saja, kau bisa mentraktir kami berdua lain waktu, kami sudah memiliki rencana lain hari ini." akhirnya Jisoo menolak ajakan Chaeyeon dengan halus.

"Baiklah, baiklah, mungkin kau bisa menolak kali ini tapi lain kali aku tidak menerima penolakan lagi darimu, oke?" Tatapan Chaeyeon kembali menatap ke arah Jennie. "Oopss.." ia tau jika Jennie tidak lebih tinggi darinya alias lebih pendek.

"Hmmm.." Jennie mendelik dengan kasar.

"Sepertinya kau seharusnya kencan dengan seseorang yang.. selevel dengamu dok." sindir Chaeyeon.

"Dasar jalang.." gerutu Jennie.

"Hubungi aku ya, aku menunggumu.."

"Aku benci wanita itu!!" Jennie terus menatap ke arah perginya wanita itu. Jisoo yang menyadari perubahan mood Jennie berusaha untuk menenangkan.

"Kau kenapa? Oh, Chaeyeon? Dia terlihat imut kan?"

"Dia wanita yang so tinggi. menyebalkan lagi.."

"Bukannya ia memang lebih tinggi darimu ya?" kekeh Jennie.

"Ish, bukan karena dia tinggi dia bisa membullyku seenaknya, aku benci dia! Asal dia tau saja, ukuran tinggi badan bukan faktor yang menentukan seseorang ahli dalam 'hal' itu."

Taapp..

Jisoo merentangkan salah satu lengannya, menghalangi gerak Jennie dan membuat mereka berada dalam posisi saling berhadapan. Tatapannya sangat intens sampai berhasil membuat rona merah di wajah Jennie kembali muncul.

"Sekarang saat kau bersamaku, aku harap kau mempunyai banyak keahlian selain dari 'hal' itu." seringai Jisoo, detak jantung Jennie berdebar-debar baru kali ini ia berhadapan sedekat ini. "Baiklah, ayo kita pergi, kau sudah mempersiapkan barang-barangmu kan? Skearang beritahu aku, kita mau pergi kemana?" Jisoo menjauhi tubuh Jennie dan bersikap tidak ada yang terjadi barusan, gadis bergaun biru muda itu merogoh sesuatu dari dalam tasnya.

Cliicckk..

Jepretan kamera yang Jennie pegang sempat membuat Jisoo tertegun karena kamera itu menyorot ke arahnya. "Kemana saja!!" pekik Jennie antusias.

***

Jisoo mengajak gadis itu berjalan-jalan di tengah ramainya kota, meskipun yang mereka lihat sekarang hanyalah bangunan-bangunan tinggi namun itu tidak menurunkan antusias Jennie untuk terus bertanya tentang apa yang ia lihat.

Jisoo juga tidak sungkan-sungkan menjelaskan apa saja yang Jennie tanyakan, ia memaklumi jika Jennie memiliki rasa ingin tau yang tinggi, mengingat ia jarang sekali bisa bepergian seperti ini.

Mereka berdua berjalan menyeberangi sebuah jalan raya, Jisoo menggenggam tangan Jennie dan menuntun gadis itu agar ia tidak tertinggal juga. Di tengah perjalanan, Jisoo menemukan sebuah kedai es krim, Jennie yang merengek tiba-tiba pun memaksa Jisoo untuk membelikannya es krim vanilla kesukaannya.

"Jika dui pikir-pikir, ternyata kau memang seperti magnetnya para wanita dok.." Jennie menjilat es krim miliknya. "Aku tebak jika Chaeyeon yang tadi itu bukanlah kekasihmu kan?"

"Aku serius, sudah aku katakan padamu jika aku tidak memiliki hubungan spesial dengan siapapun.. Karena aku tidak percaya dengan cinta." Semilir angin yang berhembus mengurai rambut coklat Jennie.

"Menurutku, cinta dan perjanjian bukanlah apa-apa atau mungkin tidak lebih dari sekedar angin lalu yang keluar dari mulut orang-orang." jelas Jisoo lagi. "Dan pada akhirnya itu hanyalah sebuah alasan untuk melakukan seks, atau mendapatkan uang atau mungkin jabatan."

"Mengapa itu terdengar sangat menyedihkan?" Jisoo menatap Jennie dengan tatapan nanar. "Seorang wanita dengan rasa tidak percaya sama sekali terhadap cinta.. Mungkin belum, tapi aku bisa merasakan kekosongan di dalam hatimu, kekosongan seperti.. kesepian di bawah sikap yang dingin selama ini."

Jisoo segera bergerak menjauh dari gadis itu. "Untukku, cinta hanyalah di ciptakan untuk manusia yang bodoh dan lemah.. Dan aku sudah memutuskan untuk tidak mencintai siapapun."

Jennie hanya bisa tertegun, es krim di tangannya sebagian sudah mencair.

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang