Five Second

486 157 168
                                    

Follow sebelum baca!!!
.
Siap meramaikan part kali ini?
.
Berikan vote nya dulu ya..
.
Selamat membaca..

🕊🕊🕊

Chapter 7

Usai menjadi audien sekaligus supporter kampusnya, beberapa mahasiswa melarikan diri ke kantin sembari menanti pengumuman juara debat tahun ini. Seperti halnya Agam, Davi, dan Zavier yang kini mendinginkan kerongkongannya dengan lemon tea dan melipur lambung mereka yang ricuh dengan batagor. Kali ini tanpa Jeslin, yang sudah pergi duluan karena di hampiri teman-temannya.

"Denger penyampaian si Izora tadi, gue jadi yakin dia bakalan menang," ucap Agam, membuat Davi mendelikkan matanya.

"Eh kumbang, mau jadi pengkhianat lo? bukannya dukung kampusnya sendiri, malah ngeyakinin kampus lain yang menang. Mentang-mentang feel at the first sight."

"Bukan gitu Dapi, main cerocos aja sih lo. Denger sendiri kan kalian tadi speking nya tu cewek. Oke banget kan Vier?" Koreksi Agam dengan pandangannya yang tertuju pada Zavier mencari pembelaan.

Tidak mau terlibat lebih oleh keributan kedua temannya, Zavier mengangguk begitu saja lalu beralih menyibukkan diri pada ponselnya. Padahal, pacar atau gebetan saja tidak punya tapi saat kumpul dengan teman-temannya selalu saja sibuk sendiri berselancar sosial media.

"Iyasih good speaking. Tapi sama aja kita harus dukung kampus sendiri."

"Ah iya, bawel lu." Singkat Agam segera kelar, sambil menyomot pangsit milik Davi.

"Nggak salah sih gue lebih kecil dibanding lo, orang porsi gue aja lo comotin terus." Ironi Davi.

Agam terkekeh, "engga terus kalik, sesekali. Salah sendiri makan lo lama." Ledek Agam, dengan kali ini menyomot tahu.

"Wah kampret lu," kesal Davi lagi tidak menghentikan Agam tuk tertawa. Namun seketika latar humor berubah menjadi keterkejutan,

Brashhh

Tiba-tiba cairan dingin beraroma kopi mengguyur badan kirinya. Sontak, Zavier pun menoleh pada gerangan yang entah sengaja atau tidak menumpahkan minuman dingin padanya.

"Eh sorry-sorry." Spontan si pelaku.

"Wei gimana sih, kalo bawa minuman tu yang bener. Jadi basah gini kan temen gue." Tukas Agam.

"Ah elu sih, udah gue bilang lanjut aja nanti di kelas." Seloroh teman pelaku itu.

"Gue nggak sengaja kali, kak." Kata pelaku itu menyadari dirinya adalah junior di sana.

"Makanya kalo jalan jangan sambil ngepush rank, meleng kan lo jadinya."

"Suka-suka lah. Gue juga udah minta maaf tapi temen kakak ini cuma diem aja." Balas junior laki-laki dengan tampang tengilnya.

"Dih nyolot lu." Celetuk Davi yang kini berlagak menyibakkan rambut depannya lalu menjilat jempolnya untuk ditempelkan pada dahinya secara horizontal. Bisa dibayangkan seperti apa polahnya.

"Gue maafin." Singkat Zavier, sesekali mengusap badannya yang basah dengan tisu.

"Ngomongnya aja nyolot gitu, masih baik temen gue mau maafin."

"Terus apa mau lo?" Junior itu membesungkan badannya, seperti halnya menantang.

"Wah wah, berani bener ni anak." Kejut Davi lalu melinting setengah lengan bajunya hendak meladeni.

Detik selanjutnya, Agam memajukan langkah tepat di depan junior itu.
"Bukannya gue mau senioritas di sini, tapi ngeliat cara lo minta maaf kayak tadi, buat gue ngenilai kalo lo manusia yang nggak ada etika sama yang usianya lebih dari lo."

Epiphany of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang