Messenger of Miracle

434 121 117
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA, YAPS.
.

Berikan vote untuk meninggalkan jejak kalian yang membaca part ini.
.
Siap untuk meramaikan komentar ditiap paragrafnya?

LETS GAIS AND HAPPY READING!!!

🕊🕊🕊

Chapter 10

Dentingan sendok yang diletakkan pada piring milik Yuda mengakhiri sarapan yang selalu terasa dingin di rumahnya.

"Papa berangkat dulu, ya. Axel," panggil Yuda membuat putra tunggalnya berdeham diakhir sarapannya.

"Hm?"

"Belajar yang serius, jangan hanya titip absen saja. Dan pilih teman yang tepat, karena pergaulan akan mempengaruhi karateristik seseorang." Ujar Yuda membuat Zora dan Axel tertegun.

"Iya." Saut Axel cuek.

"Ma.."

"Iya pa, mama inget. Hubungi Axel biar nggak pulang malem kan?"

Yuda mengangguk sembari tersenyum, "ya sudah aku berangkat dulu ya."

"Hati-hati, pa," ucap Tisa lalu melanjutkan sarapannya.

Zora menggeleng mendengar nada ketus tantenya itu. Detik berikutnya, Zora menututi om nya yang keluar.

"Sini om biar Zora aja yang bawain tasnya."

"Dasar cari perhatian." Tandas Tisa melihat keponakannya yang melangkah ke pintu utama dengan suaminya.

"Biasa, biar dapet bulanan dari papa, ma." Timpal Axel.

Andai mereka tahu, bahwa Zora tidak pernah menggunakan bulanan yang om nya beri untuk bersenang-senang, tidak seperti anaknya, Axel. Zora hanya menggunakan untuk keperluan kampusnya saja, selebihnya ia menggunakan tabungan sendiri dari part timenya.

"Oh iya, proyek om sekarang dimana?" Tanya Zora saat di depan pintu.

"Proyek om sekarang di Bogor dan om bersyukur proyeknya lebih besar dari sebelumnya."

"Syukurlah, kalo gitu om harus lebih jaga diri dan kesehatan."

"Tentunya. Kamu juga." Zora mengangguk, ada benak yang sudah lama tidak ia tanyakan lagi pada om nya.

"Proyek om tidak jauh loh dari tempat Pandu dan Lisa, kisaran 1 jam perjalanan kalo nggak macet."

Pandu dan Lisa yang dimaksud adalah adik-adik Zora yang tinggal terpisah olehnya karena tinggal bersama ayah sambungnya

"Lumayan dekat om, Zora jadi pengen kesana karena ditanyain terus kalo telfon kapan jenguk mereka."

"Kalo kamu ke sana, sekalian bisa mampir ke proyek om biar om beritahu jalannya konstruksi itu tidak seperti yang kamu lihat dulu pada si pemilik topi kuning dikartun Josh." Tawa Yuda diujung ucapannya, membuat Zora sedikit bernostalgia dan ikut tertawa.

"Om--" belum sempat Zora menanyakan benaknya, lengkingan dari dalam rumah sudah terdengar.

"Zoraaa,"

"Emm, Zora masuk dulu ya om, om hati-hati. Jangan lupa pesan Zora tadi."

"Baiklah, kamu juga yang rajin kuliahnya dan semangat juga kerjanya." Zora mengangguk lalu bergegas masuk ke rumah.

"Zora Zora." Yuda menggelengkan kepalanya seolah tau apa yang tadi ingin Zora katakan.

"Kak Risti putrimu tumbuh menjadi gadis yang kuat dan mandiri." Monolog Yuda pada angin pagi sebelum akhirnya masuk ke mobil menuju tempatnya bekerja.

Epiphany of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang