Chapter 22
Dengan senyum layaknya pewarna dinding yang tidak lekas pudar, Zora mengemasi diri usai rapat organisasi mahasiswa yang diikutinya. Kabar tadi pagi sekaligus yang Zora nantikan setelah hari dimana dia diinterview adalah penyebab moodboosternya hari ini. Ya, Zora diterima magang di perusahaan orang tua Zavier. Sekretaris yang menghubunginya tadi pagi mengatakan, bahwa jawabannya saat interview begitu meyakinkan bahkan tidak ada ekspresi keraguan pada diri Zora. Ada rasa tidak menyangka pada diri Zora setelah mendapat kabar tadi pagi, namun ia cukup senang dengan hal itu karena dengan pekerjaan barunya ini Zora harap bisa memulai kehidupannya yang lebih baik.
"Asli Ra, gue pengen banget ajak lo buat ngerayain hari ini," ujar Fandi yang masih berkutat dengan laptopnya di kursi rapat tepat disebelah Zora,
"Nggak usah, Fan, habis ini kan lo masih ada kegiatan," balas Zora sambil mengenakan ranselnya.
"Iya sih Ra, gue juga nggak mau lepas gitu aja dari tanggung jawab." Gumam Fandi dengan ekspresi yang tidak sesemangat saat presentasi rapat tadi.
Kalo boleh Zora menilai, Fandi itu tipekal mahasiswa yang aktif. Saat semester satunya dia mengikuti 3 organisasi dan 1 ekstrakulikuler, namun karena menuruti perkataan mamanya agar tidak sering di luar rumah, Fandi pun merelakan 1 organisasinya. Tidak hanya keaktifannya dalam organisasi, Fandi juga termasuk mahasiswa dengan grade yang baik dalam akademiknya.
"Next time deh pas sama-sama luang. Ya udah lo lanjut gih, gue duluan ya,"
"Yoi Ra, hati-hati," seru Fandi yang mendapati acungan jempol dari Zora sebagai balasan.
Baru saja Zora memarkirkan motornya dan melepas helmnya, tiba-tiba ia teringat sesuatu yang reflek membuatnya menepuk jidat.
"Astagah, gue lupa ngasih tau Zavier," ujar Zora lantas mengeluarkan ponselnya,
"Padahal kan dia yang udah bantu gue," gerutunya sendiri mencari nama 'Zavier' di buku teleponnya.
"Eh, kalo gue telepon takut ngeganggu." Zora mengurungkan niatnya lalu beralih dengan mengirimkan pesan singkat.
Me: Zavier, gue keterima magang di perusahaan om Gusti. Btw, thanks ya
"Paling dia lagi belajar, kan dia ambis anaknya," Zora menggedikkan bahu melihat tanda centang satu. Tidak berlama-lama di parkiran, lantas ia memasuki stationery store mencari dan berakhir dengan melipir ke rak-rak buku karena bibliosmia yang menyeruak dipenciumannya.
'Ting' notifikasi pesan masuk yang ternyata berasal dari Zavier.
Zavier: dmn?
Zora menyengir membaca balasan dari Zavier, begitu singkat dan padat.
Me: stationery store
Tidak lama Zavier membalas pesannya.
Zavier: SL
Zora menggelengkan kepala pada Zavier yang pelit typing. Tanpa lama, Zora segera mengirimkan lokasi keberadaannya.
"Kak Zora," panggil seseorang bersamaan dengan tepukan dibahu, membuat Zora terperanjat dan lantas menoleh.
"Eh, Dila," sapa Zora pada kekasih Axel—sepupunya, ups ralat lebih tepatnya mantan.
"Lagi nyari buku apa, kak?" tanya Dila.
"Ini habis cari alat tulis terus kena aroma karsa, jadi kesini deh liat-liat dulu."
"Sendirian kak?"
"Iya nih, kamu juga ya?"
"Hehe," balas Dila memperlihatkan deretan giginya yang rapi serta lesung dipipi kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany of Love
ChickLitBerawal dari tindakan tak terduga dengan menerima tantangan tanpa berpikir panjang dari lawan mainnya. Dialah Zavier Rifaldo Gustian, manusia dengan pamornya yang tinggi, berspekulasi ingin menyangkal pemikiran orang-orang terhadap dirinya. Zavier m...