Welcome to my work friends
.
Please give your appreciation after reading this chapter form of vote or comments
.
Enjoy & Hapoy Reading Guisss🕊🕊🕊
Chapter 20Katanya, sebaik-baiknya seseorang adalah yang lebih baik dari hari sebelumnya, dengan menciptakan hari-hari penuh semangat dan kebahagiaan misalnya. Seperti halnya Zora saat ini yang kembali menjalani aktivitasnya tanpa terbebani apa yang telah terjadi.
"Gue anterin ya." Tawar Zora pada temannya yang menyiapkan pesanan untuk segera diantar.
"Jangan, lo kan habis nganter gentian gue aja."
"Nggak papa,"
"Lo juga baru sembuh, Ra jangan sampe kecapean."
"Ish, perhatian banget sih."
"Udah perhatian gini juga crush gue nggak peka-peka, Ra,"
"Ututu semangat terus. Jangan cuma karena crush lo ngejalanin hidup jadi nggak serius."
"Iya, gue nggak setolol itu kok dalam hal cinta, cuma susah aja gitu buat nggak suka."
"Apasih kok gue jadi curcol.Ya udah ah, gue anter pesanan dulu, bye Zoraaa." Imbuhnya setelah sadar akan curcolnya sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Zora di Valcaffe.
"Hati-hati, jangan lupa semangat." Balas Zora.
Tidak selang lama, lonceng pintu kafe terdengar menandakan seseorang baru saja masuk.
"Zoraaa, gue kan udah bilang, istirahat dulu nggak papa lo kan baru sembuh." Ujar Belva setibanya di bar.
"Bosen istirahat mulu, lagian ini juga hari terakhir gue di Valcaffe."
"Aaaa Zora, gue bakal kangen lo," Belva menghamburkan pelukan ke Zora.
"Kayak kemana aja sih Bel, kan kita masih bisa ketemu."
"Big thanks Ra, udah bantuin gue ngurus Valcaffe."
Mendengar nada bicara Belva yang sendu, membuat Zora melepaskan pelukan sahabatnya, lalu menggeleng pelan.
"Justru gue yang harusnya terima kasih sama lo, udah nerima gue di Valcaffe dengan segala pengertian lo."
"Sorry Ra, if there are words that offend while you work here."
"Enggak Bel, lo yang buat gue jadi lebih baik." Belva mencebikkan bibirnya.
"Dan gue bersyukur bisa kenal dan bersahabat sama lo, Belva Angelica." Imbuh Zora.
"Gue juga bersyukur bisa bersahabat dengan perempuan sekuat lo, Izora Aldaristela." Timpal Belva.
"Oh iya Bel, kok motor gue bisa di Valcaffe?" tanya Zora atas jawaban yang ingin ia ketahui sejak pagi.
"Sejak lo pergi dari rumah, om Yuda berkali-kali nanyain keberadaan lo ke gue. Semalem, gue kasih tau habis lo ngehubungin gue. Om Yuda bilang, paginya bakal nyuruh orang buat anter motor dan koper—keperluan lo. Sorry ya gue kasih tau, habisnya gue nggak tega, Ra."
"Nggak papa Bel. Gue terlalu takut buat ngehubungin orang rumah, sampai gue nggak sadar udah buat om Yuda khawatir." Belva menepuk pelan bahu Zora—menguatkan.
"Jalan yang lo pilih bener, meskipun mendadak. Gue yakin lo bisa."
"Makasih, Bel."
'Ekhemm,' interupsi seseorang yang entah sejak kapan keberadaannya seperti udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany of Love
ChickLitBerawal dari tindakan tak terduga dengan menerima tantangan tanpa berpikir panjang dari lawan mainnya. Dialah Zavier Rifaldo Gustian, manusia dengan pamornya yang tinggi, berspekulasi ingin menyangkal pemikiran orang-orang terhadap dirinya. Zavier m...