Scandal

339 81 9
                                    

Welcome to the new part👐
.
Jangan lupa berikan vote dan kesan dikolom komentarnya ya..
.
Selamat membaca dan semoga terhibur

🕊🕊🕊

Chapter 13

Zavier yang berada di perpustakaan tersadar diperhatikan mahisiswi sekitarnya. Lantas dia pun memilih untuk menutup pekerjaannya yang kebetulan sudah selesai. Tanpa lama Zavier beranjak dari sana, karena sejak usainya jam kuliah keadaan kelasnya masih saja ramai dan Zavier memilih mengheningkan diri di perpustakaan, yang ternyata sama saja tidak menyamankan. Sekaligus menunggu kedua temannya, Agam dan Davi yang sedang ada urusan pada organisasi yang mereka ikuti.

Bagaimana dengan Zavier? Mungkin bisa dikatakan Zavier itu mahasiswa kupu kupu (kuliah-pulang), tapi bedanya dia tidak langsung ke rumah, melainkan ke tempat dimana ada keheningan disana untuk sekedar memproduktifitaskan waktu.

Seperti biasanya, Zavier berjalan melewati koridor dengan inpod ditelinganya--antipati suara dari mahasiswi yang berbisik bahkan histeris melihatnya. Andai vanis spray milik Spongebob di dunia nyata, pasti Zavier sudah menggunakannya untuk menghindari tatapan umum padanya. Namun dia harus mau sekedar berjalan sendirian di koridor tanpa kedua temannya, dan bagaimanapun Zavier itu tipekal yang tidak suka keramaian jadi wajar kalau dia sendiri, bukan?

Hingga saat melewati lapangan yang kebetulan ramai, langkah Zavier dengan satu tangan disaku dicelana--tersentak. Tiba-tiba ada bola basket yang melambung ke arahnya dan untungnya Zavier cepat menyadari dengan menangkap sigat bola itu.

"Yah, nggak kena palanya." Celetuk seseorang di tengah lapangan.

Tatapan datar Zavier menelusur ke tengah lapangan yang dikelilingi warga fakultasnya.

"Berhenti lo!" Seru seseorang yang diduga pelempar bola basket, siapa lagi kalau bukan Reymon Baswara.

"Balikin bola gue." Ujar Reymon setibanya dihadapan Zavier. Lantas, Zavier pun membuangnya asal, dan langsung diambil oleh Tirta.

"Wuishh, santai dong bro, apa mau tanding lagi?" Reymon memperlihatkan smirk smile dengan belagaknya.

"Urusan apalagi lo?" Dingin Zavier.

Reymon menggeleng dengan ekspresi liciknya, "gue cuma mau lo klarifikasi sama apa yang anak-anak omongin dan gue lihat kemarin."

"Nggak guna," singkat Zavier--remeh, seolah kalimat Reymon tadi adalah candaan.

"Biar jelas, omongan anak-anak sama kayak apa yang gue liat, kalo tu cewek pacar lo,"

"Kayaknya hidup lo kurang kerjaan, sampe ngurusin hidup orang segala. Satu lagi, kurang perhatian juga," tambah Zavier, ngena. Lalu beralih pada manusia sekitar yang memperhatikan perseteruannya dengan Reymon.

"Shitt. Nggak usah lo ngarah balik. Lo juga sama aja, sok dingin buat cari perhatian!"

"Beda 7 langit gue sama lo. Hal kecil, dibesar-besarin biar jadi sorotan, norak banget lo." Begitulah Zavier, bak singa yang tertidur tenang lalu bangun karena terusik. Mulutnya yanh biasa tidak banyak bicara, bisa pedas tanpa duga.

"Anj*ng, sikap lo yang 'sok' itu ngerusak hubungan orang. Mending sekarang lo ngaku aja, sebelum lo di cap buaya."

"Rey, apa-apaansih lo, kayak anak kecil aja." Jeslin menyela ke tengah kerumunan dimana Reymon dan Zavier berada.

"Ngaku aja, biar nggak pada ngarep sama lo. Cewek itu pacar lo kan," tanya Reymon lagi memaksa, sekaligus menjadi kesempatan adanya Jeslin disana.

"Kalo iya kenapa?" Balas Zavier, telak. Membuat beberapa mahasiswi disana runtuh harapan, termasuk Jeslin yang begitu berharap perasaan pada Zavier.

Epiphany of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang