Kedua mata hazel gadis berponi itu terpejam. Ia membiarkan serayu angin menghembuskan surai cokelat sebahu miliknya, dengan wajah tenang yang tampak menikmati semua kenyamanan ini.
Setidaknya di tempat yang sepi ini ia bisa menenangkan diri. Tidak akan ada seorang pun yang akan mengusiknya. Jauh dari keramaian, tidak ada tatapan yang membuat bulu kuduk nya berdiri. Rooftop memang tempat terbaik untuk menyendiri.
"Hei, hampir setiap hari kau datang ke sini. Apa kau memang sangat menyukai tempat ini?"
"Hm."
Mingyu menghela napas berat. Ia pun memilih untuk duduk di salah satu bangku, sembari menatap Lisa yang masih hanyut dalam kesunyian nya.
"Lalu, mau sampai kapan kau akan berdiri di sana?"
"Entahlah."
"Jawablah dengan benar, kau tidak berniat untuk berada di sini terus kan?" Tidak ada jawaban. Hanya keheningan saja yang namja itu dapatkan.
Cukup lama keduanya saling terdiam. Hingga perlahan Lisa pun membuka kedua matanya, lalu menoleh ke arah Mingyu yang tengah menatap nya kesal.
"Jawabannya sudah jelas, lalu untuk apa kau bertanya?"
"Hah, aku kira kau akan berubah pikiran." Lisa menggeleng pelan membalas ucapan Mingyu. Lalu melangkah menghampiri namja itu dan duduk di samping nya.
"Disini sangat tenang, jadi aku ingin tetap berada disini."
"Ya, kau memang benar. Tapi tetap saja itu tidak mungkin, bagaimana jika kau di marahi lagi?"
"Tidak apa, aku sudah terbiasa." Mingyu terkesiap.
Gadis di samping nya ini memang selalu berbicara seolah-olah dia tidak memiliki emosi. Dan hal itu cukup membuat nya merasa sedih. Entah sejak kapan semua mulai berubah, mungkin karena terlalu banyak luka yang Lisa pendam. Hingga gadis itu bersikap seperti ini.
"Tapi aku tidak suka melihat mu di marahi, Lisa."
"Wae? Yang di marahi kan aku? Lalu kenapa kau yang tidak suka?" Mingyu mengernyit. Lihatlah wajah datar gadis ini, ingin sekali ia menepuk atau memukulnya agar tidak kaku lagi.
"Sudahlah, aku lupa bahwa kau sangat keras kepala."
"Hm, ternyata kau tahu." Helaan napas terdengar dari Mingyu. Mencoba untuk menahan rasa kesalnya mendengar suara datar sepupunya yang dingin itu.
"Oh, aku ingat sesuatu. Pagi ini aku melihat berita tentang orang tuamu. Bukan hanya di TV saja, tapi hampir di setiap media sosial juga---"
"Hei, berhenti lah membicarakan hal itu atau wajah mu akan ku buat hancur." Namja bertubuh jangkung itu bergidik ngeri melihat tatapan mengintimidasi dari Lisa.
Ia tertawa pelan sembari menutup wajahnya dengan rapat. Tentu saja Mingyu tidak ingin aset berharga nya ini rusak. Dan jika dia melanjutkan ucapannya lagi, seperti nya Lisa benar-benar akan menghajar nya.
"Ah, mian. Aku pikir kau tidak tahu tentang hal ini."
"Bagaimana bisa aku tidak tahu jika dia selalu saja melihat berita dengan suara yang sangat besar."
"Dia? Maksudmu Chaeyoung?" Lisa terdiam sejenak lalu mengangguk. Memilih bersender di bangku yang ia duduki sambil menghela napas panjang.
Kedua matanya kembali terpejam. Mendadak ia teringat dengan kejadian yang terjadi di mansion tadi. Raut wajah sedih yang ditunjukkan Chaeyoung, juga kekesalan yang gadis itu tujukan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.