Suara dentuman musik yang bergema di ruang dance itu terdengar sahut-sahutan. Di sana, Lisa sama sekali tak berniat untuk menghentikan latihan nya walaupun kini ia sudah bermandikan keringat.
Berlatih sampai malam cukup membuat pikiran nya kembali tenang meski terkesan memaksa kan diri. Bahkan rekannya yang lain tampak termangu melihat nya yang terus berlatih tanpa istirahat.
"Lisa-ya, sudah cukup. Kau belum ada istirahat sejak tadi," gadis berponi itu menoleh kearah Seulgi yang menatap nya khawatir. Berdiri diam ditempat lalu beralih melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Jangan dipaksa. Kau sudah berlatih dengan sangat baik. Jadi sekarang istirahat lah," Lisa terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Ten. Seperti nya hari ini ia memang berlebihan.
Karena tak ingin membuat mereka khawatir, Lisa pun memilih untuk berhenti. Latihan nya sudah cukup sampai disini, lagi pula pikiran kalut nya sudah hilang.
"Wae geurae? Sepertinya mood mu sedang tidak bagus hari ini," tanya Jinhwan penasaran.
Ia bertanya begini pun bukan tanpa alasan. Walau Lisa adalah anak yang penuh semangat dan pekerja keras, berlatih seharian tanpa istirahat juga bukan hal yang bagus.
"Apa aku terlihat begitu?"
"Hm, hari ini kau juga datang lebih awal. Kau terlihat seperti sedang menghindari sesuatu," Lisa terdiam. Ucapan Jinhwan tepat sasaran yang membuat nya tercekat.
Memang ia tak ingin langsung pulang karena tidak mau berpapasan dengan kedua orang tuanya. Lagi pun mereka pasti akan melarang jika tahu Lisa berlatih Dance lagi meski sudah diperingatkan.
"Lisa, kau ada masalah?Katakan saja, kami akan mendengar kan." Pandangan Lisa kini beralih kearah Ten yang juga ikut khawatir.
Tidak biasanya ia melihat gadis berponi itu segusar ini. Apalagi keadaan Lisa tampak tak baik-baik saja. Gadis itu terlihat lebih kurus, dan pipinya tertinggal jejak memar yang sengaja ditutupi nya dengan plester.
Mencoba untuk pura-pura tak tahu pun mustahil, karena Lisa bukan orang yang mudah untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain. Bertanya adalah salah satu cara untuk mereka tahu apa yang terjadi pada Lisa. Ya, itupun kalau Lisa mau menjawab nya.
"Kau tahu kita juga keluarga, kan? Sebagai kakak tertua, tentu aku khawatir dengan adiknya. Jadi ceritakan saja apapun masalah mu ke kami, hm?" lanjut Ten sembari mengusap surai cokelat Lisa lembut.
Benar, selama tiga tahun ini mereka sudah menghabiskan waktu untuk berlatih dan bersenda gurau bersama. Mereka bukan sekedar disatukan karena team saja, tapi juga keluarga. Dan karena alasan itulah Lisa tak ingin menceritakan nya.
Ia, tidak mau menjadi beban untuk mereka.
"... Gomawo, Ten oppa. Tapi aku baik-baik saja, sungguh. Jadi kalian jangan khawatir." Ten terdiam, menatap Seulgi dan Jinhwan bergantian lalu menghela napas berat. Jika memang Lisa tak ingin bercerita, maka mereka pun tak bisa memaksa.
"Geurae, kau bisa menceritakan nya kapanpun. Kami akan selalu menjadi pendengar mu," Lisa mengangguk membalas ujaran Seulgi.
Bolehkah ia merasa senang sekarang? Memiliki mereka yang selalu mengkhawatirkan nya membuat Lisa bahagia. Ia pun tak kan takut sendirian bila ada mereka disisi nya.
Keluarga, ternyata memang sebahagia ini.
"Ho~ Aku lihat kalian sudah berlatih dengan semangat hari ini," perhatian keempat manusia itu beralih kearah wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.