Suara dentuman musik dari ruangan yang luas itu terdengar cukup riuh. Hentakan kaki yang beriring, juga gerakan tubuh yang mereka tunjukkan begitu luwes dan indah.
Di ruangan dengan interior bewarna cokelat inilah tempat yang selalu Lisa kunjungi setiap malam. Bersama rekannya yang lain, ia terus berlatih untuk mengasah kemampuan dance nya. Tentunya di pandu oleh seorang guru yang telaten.
"Sudah cukup, sekarang waktu nya beristirahat."
"Nde, Sonsengnim."
Gadis berponi itu tampak duduk bersender di dinding studio sembari meneguk air hingga kering. Rasa haus semakin menyergap setelah semalaman ini ia dan team nya terus latihan tiada henti.
"Hah, aku lelah!" keluh Jinhwan, ia merupakan salah satu rekan Lisa. Seorang mahasiswa yang memilih untuk mengambil cuti karena ingin melatih dance nya dengan lebih serius.
"Jangan mengeluh seperti itu, bukannya kau sendiri yang mati-matian ingin tetap disini?"
"Ya, Kim Seulgi! Itu karena kita sudah membentuk sebuah team. Tentu saja aku ingin mempertahankan nya." Jinhwan menyahut sembari menatap sinis yeoja yang duduk di samping nya.
Tapi anak bernama Seulgi itu sama sekali tidak menggubris, karena hal seperti ini memang sering terjadi diantara mereka.
"Yang dikatakan Seulgi benar, berhenti lah mengeluh seperti itu. Bahkan Lisa yang lebih muda darimu saja tidak terlihat lelah sedikit pun," Lisa menegak saat namanya di sebut oleh Ten yang merupakan leader dari team nya. Namja itu pun tersenyum, melangkah menghampiri Lisa dan menepuk bahunya lembut.
"Kau sudah bekerja keras hari ini."
"Hm, gomawo."
"Aish, bagaimana pun juga tidak ada yang bisa menandangi semangat Lisa. Aku bukan apa-apa dibandingkan dia," Jinhwan berujar sembari mengerucutkan bibirnya cemberut.
Walau Lisa tidak datang ke tempat pelatihan dance sekalipun, gadis itu tetap saja menampilkan hasil yang terbaik. Mungkin itu sebabnya guru mereka memasukkan Lisa ke dalam daftar team.
"Apa yang kau katakan, Jinhwan oppa. Kemampuan ku belum sebagus itu sampai dipuji berlebihan oleh mu."
"Hei, Lisa-ya. Jangan merendah seperti itu, kami semua tahu bagaimana kemampuan mu. Dan kami sangat bangga dengan hal itu," Lisa tersenyum tipis.
Ucapan Seulgi cukup membuat hatinya sedikit tenang. Ia tidak pernah mendengar orang lain bangga pada kemampuan nya selain dari mereka yang merupakan rekan dance nya.
Kalimat-kalimat itu pun begitu langka ia dengar, hingga terkadang Lisa berpikir bahwa mereka jauh terasa seperti keluarga baginya dari pada kedua orang tuanya sendiri.
"Kalau begitu, kapan kita berempat bisa tampil di atas panggung? Waktu cuti ku sudah tidak lama lagi, kalau begini terus bisa-bisa team kita terbengkalai kan?"
"Sabarlah sedikit lagi. Sebelum kita sampai ke puncak itu, masih ada perlombaan yang harus kita ikuti. Eomma ku juga sudah mencoba mencari ajang yang memungkinkan kita untuk ikut berkompetisi."
"Ssaem langsung yang membantu kita?"
"Hm, benar." Penjelasan Seulgi membuat kedua mata bulat Jinhwan berbinar.
Inilah saat-saat yang ia tunggu, ketika mereka berempat naik ke atas panggung, dan disorot oleh lampu hingga membuat mereka bersinar. Membayangkan nya saja sudah membuat semangat menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.