Makan malam yang hikmat kini tengah berlangsung di kediaman Hwang Minho. Meskipun ini adalah acara kecil yang baru diadakan setelah 5 tahun, tetap saja mereka terlihat tak nyaman satu sama lain.
Bisa dibuktikan bahwa sejak tadi hanya suara dentingan sendok saja yang terdengar bersahutan. Tidak ada obrolan, maupun senda gurau."Bukankah suasana saat ini terlalu canggung untuk kita yang satu keluarga?" Minho angkat suara.
Sebagai tuan rumah, tentu ia tak akan membiarkan kesunyian ini berlangsung lama."Itu hal yang wajar, kan? Lagi pula kita hanya bertemu sekali-kali," balas Joohwan yang tampak sudah menyelesaikan makan malamnya.
Mendapat undangan mendadak seperti ini saja ia sudah terkejut. Siapa sangka adiknya yang super sibuk itu bisa menyempatkan waktu untuk mengadakan malam bersama?.
"Sekarang aku bisa merasa lega. Karena seperti nya kau tidak melupakan keluarga hanya karena pekerjaan mu itu."
"Hyung---"
"Cukup. Mungkin memang lebih baik kalian tidak bertemu saja," Minho dan Joohwan sama-sama memilih diam ketika sang ibu berhasil menghentikan kicauan tak berujung mereka.
Hubungan keduanya memang tak pernah baik sejak dulu. Bertemu pun paling hanya untuk membicarakan masalah bisnis. Tak sekalipun tercipta hubungan persaudaraan yang manis di antara mereka.
"Sudahlah, dari pada itu. Aku ingin bilang, minggu depan ujian akan di mulai." Sambung Junghee dengan tangan yang tampak sibuk menyeka mulut nya.
"Kenapa eomma malah membahas hal itu sekarang? Biarkan saja mereka makan dengan tenang."
"Aku hanya ingin mengingatkan mereka. Jarang-jarang kan, aku bisa melihat ketiga cucuku berkumpul bersama." Sontak ketiga manusia yang duduk di hadapan Junghee menegak.
Saling memandang, lalu memilih untuk berhenti makan.Acara makan malam yang terasa menyesak kan ini memang tidak sesuai dengan mereka. Apalagi Lisa yang sejak tadi terus menahan diri untuk membuka suara. Padahal rasa kesal terus meluap setiap kali menatap wajah sang nenek juga kedua orang tuanya.
"Aku juga dapat kabar kalau nilai mu mulai mengalami peningkatan, Lisa. Ini kabar yang baik." Sambung Junghee yang hanya di balas decakan tak suka dari Lisa.
"Jadi mulai sekarang, kau akan berhenti berlatih dance. Kau harus fokus pada ujian mu."
"Ha, sudah ku duga." Lisa berucap kesal yang membuat dirinya jadi pusat perhatian sekarang. Tak peduli dengan wajah terkejut Junghee yang menatap nya tajam seperti biasa.
Ia pikir akan bisa menahan diri setidaknya sampai makan malam ini berakhir. Tapi ternyata tidak, justru nenek nya sendiri lah yang memulai pembicaraan mengesalkan ini.
"Nenek tidak bisa membuat keputusan sepihak seperti ini."
"Kenapa tidak? Kau memang harus berhenti agar waktu mu tidak terbagi. Keputusan nenekmu sudah benar," balas Minho yang diikuti anggukan pelan dari Jihyun.
Lisa ingin tertawa melihat kekompakan mereka yang justru membuat nya melarat. Benar katanya? Tanpa bertanya dulu apa yang ia mau?. Sungguh lelucon yang lucu.
"Kalian jangan khawatir karena aku masih bisa membagi waktu ku. Lagi pula appa sudah berjanji akan membiarkan ku berlatih dance, kan? Aku juga sudah mengikuti semua kemauan mu, appa."
"Kau membantah?"
"Karena appa tidak bisa tiba-tiba melarang ku seperti ini. Apalagi aku harus mengikuti kompetisi di Incheon akhir bulan ini, jadi aku tidak bisa berhenti."
Minho menggeram marah sembari menghempas sendok yang ia pegang. Mendelik kearah Lisa, yang juga tak mengalihkan pandangan meski di tatap penuh kemurkaan oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.