15. Survive

2.2K 374 49
                                    

Hampir dua minggu berlalu sejak kejadian mencekam di malam itu. Dan sejak saat itulah Lisa mulai melakukan rutinitas yang sama di setiap harinya. Pagi pergi ke sekolah, sore berlatih dance, lalu malamnya mengikuti kelas privat. Begitu lah seterusnya.

"Aku dengar nilai mu mengalami peningkatan. Sepertinya kau mengikuti pembelajaran dengan baik," ujar Minho tiba-tiba yang membuat suapan Lisa terhenti. Ia sudah menduga sarapan kali ini pun sang ayah pasti akan membahas hal yang sama.

"Kalau mau, kau juga bisa menambah kelas privat mu. Biar eomma yang mendaftarkan nya," sahut Jihyun antusias. Melihat adanya peningkatan pada putri bungsu nya, tentu membuat ia semangat. Walau keputusan nya itu sangat ditentang oleh Chaeyoung.

"Lisa sudah mengikuti lebih dari 3 kelas privat, eomma. Jangan memaksa nya lagi."

"Tapi ini untuk kebaikan nya. Kau juga lihat, kan? Ada kemajuan setelah dia mengikuti kelas privat yang eomma pilihkan," Chaeyoung mendesah kesal. Ia sangat tidak senang dengan keputusan sepihak ibunya.

Rasa jengkel itu pun semakin mencuat saat sang ibu terus saja memaksa Lisa. Sebenarnya mau sebanyak apa lagi ibunya itu ingin mendaftarkan saudarinya ke kelas privat? Belum sampai dua minggu saja Lisa sudah disibukkan dengan 3 kelas sekaligus. Bukankah ini sudah keterlaluan?

"Aku sudah selesai," Chaeyoung menoleh kearah Lisa yang berlalu pergi sebelum menghabiskan sarapan nya.

Lagi dan lagi, padahal ia sering memperingati Lisa untuk selalu memakan makanan nya tanpa tersisa. Tapi saudarinya itu tak pernah sekalipun mendengarkan.

"Aku juga sudah selesai."

"Tunggu, Chaeng-ah. Sarapan mu belum habis."

"Aku sudah kenyang, eomma." Jawab Chaeyoung cepat. Dengan buru-buru ia pun meraih tas yang diletakkan nya di atas meja, namun baru saja Chaeyoung ingin melangkah pergi, panggilan sang ayah justru kembali menghentikan langkah nya.

"Kau sedang tidak melupakan sesuatu kan, Nak?"

"Eoh?" Chaeyoung mengernyit heran. Terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya tersadar akan maksud sang ayah.

Ia masih tak percaya, kemana perginya wajah tegas ayahnya tadi? Karena sekarang yang dilihat nya justru senyuman lembut yang selalu ditunjukkan padanya.

"Akhir-akhir ini kau selalu melupakan salam pagi mu, Chaeng-ah." Seru Jihyun yang membuat sang empu terdiam.

Benar, biasanya di setiap pagi Chaeyoung selalu memberikan ucapan selamat pagi berupa kecupan hangat di kedua pipi orang tuanya. Tapi belakangan ini dia jarang melakukan nya.

Alasan nya sudah jelas, Chaeyoung tak lagi merasa senang meski selalu mendapat senyuman dan perhatian dari kedua orang tuanya. Karena di sisi lain, Lisa tak pernah mendapat perlakuan yang sama. Perasaan ini, sangat berbeda dengan dirinya yang dulu.

"Geurae, akan ku lakukan jika Lisa juga melakukan nya."

"Mwo? Apa maksud mu, Nak?"

"Memang nya apa lagi? Lisa kan juga putri kalian. Dia adik ku, jadi perlakukan dia sama seperti ku." Jihyun dan Minho terdiam bahkan setelah Chaeyoung berlenggang pergi meninggalkan ruang makan.

Untuk pertama kalinya mereka melihat dan mendengar Chaeyoung yang memperhatikan Lisa. Karena selama ini gadis itu tak pernah sedikit pun memberikan perhatian nya kepada sang adik.

Jika di lihat lagi pun, memang keduanya terlihat lebih dekat dari biasanya. Bahkan Chaeyoung selalu menyebut nama Lisa dengan begitu lantang berkali-kali.

Shine With You[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang