11. Wound

2.3K 376 71
                                    

Wajah mungil Lisa tampak menekuk melihat pemandangan pagi ini yang sangat jauh berbeda dari biasanya. Sudah jelas karena ruang makan yang selalu sepi, kini sedikit lebih ramai setelah kepulangan sepasang suami-istri hwang itu.

Bahkan sejak semalam para maid yang ada di mansion, tidak henti-hentinya bekerja untuk memindahkan barang-barang yang dibawa oleh mereka.

"Eoh, Nona Lisa. Kemari lah, bibi sudah siapkan sarapan." Ujar bibi Sumi semangat ketika melihat Lisa yang berdiri diam tak jauh dari ruang makan.

Lisa yang tersadar dari lamunan nya pun segera menggeleng. Sama sekali tak berniat untuk duduk diantara kedua orang tuanya yang mungkin tidak suka dengan kedatangan nya.

"Ayolah, Nona. Ini makanan kesukaan Nona. Bibi sudah menyiapkan nya dengan sepenuh hati," bibir Lisa berkedut.

Entah sejak kapan bibi Sumi sudah tidak ragu-ragu lagi mendesaknya seperti ini. Apalagi ia juga di ancam dengan kalimat yang membuat nya tak bisa menolak ketulusan wanita itu.

Tapi Lisa tak ingin menjadi pengganggu. Bahkan Chaeyoung belum keluar dari kamarnya. Duduk di sana hanya membuat suasana diantara mereka menjadi makin suram.

"Tidak, aku masih kenyang."

"Tapi semalam Nona juga melewatkan jam makan malam, kan? Bagaimana mungkin Nona masih kenyang?"

"Bibi---"

"Duduk," Lisa tercekat, begitu pula dengan bibi Sumi.

Satu kata yang diucapkan sang ayah dengan tiba-tiba itu sungguh membuatnya terkejut. Mau tidak mau akhirnya Lisa pun duduk. Ia memilih kursi yang jaraknya cukup jauh dari kedua orang tuanya.

"... Aku sudah dengar semua masalah yang kau buat dari nenekmu," ujar Minho dingin dengan pandangan yang masih terfokus ke piring sarapan nya.

Lisa yang mendengar nya hanya diam. Dia sudah menduga hal ini. Lisa pikir alasan apa yang membuat ayahnya repot-repot meminta nya untuk ikut sarapan, ternyata hanya untuk membahas kesalahan-kesalahan yang sudah ia perbuat, tak ada yang lain.

Tahu begini mungkin lebih baik kalau dia langsung pergi saja tadi.

"Huh..., jangan bilang appa dan eomma pulang karena nenek yang meminta?"

"Tidak, sudah seharusnya kami pulang sekarang. Kami tidak mau membuat Chaeyoung terus menunggu."

"... Hm, syukur lah. Setidaknya kalian masih memikirkan perasaan Chaeyoung," balas Lisa dengan raut wajah datarnya.

Meski kesal, ia juga merasa lega. Karena kedua orang tuanya pulang atas kehendak mereka sendiri. Jika saja mereka pulang karena Junghee yang memaksa, mungkin Lisa akan marah. Karena selama ini Chaeyoung terus menunggu kepulangan mereka.

Setiap hari melihat saudarinya itu yang terus menatap layar TV membuat nya jengkel. Ia kesal melihat Chaeyoung memasang wajah sedih karena kedua orang tua mereka yang sibuk mengurusi pekerjaan saja.

Lisa tak peduli jika mereka sama sekali tidak memikirkan keadaan nya. Tapi lain hal nya dengan Chaeyoung. Gadis itu butuh perhatian.

"Bukankah waktu itu aku sudah memperingatkan mu untuk mematuhi ucapan nenekmu? Tapi apa sekarang? Kau justru membuat masalah."

"Apa appa hanya peduli pada masalah ku saja? Bukan alasan kenapa aku melakukan nya?"

"Apa pentingnya untuk ku mengetahui alasan mu melakukan semua masalah itu? Kau hanya perlu mengikuti bukan membantah. Karena setiap masalah yang kau perbuat hanya membuat keluarga ini malu," Lisa tertawa hambar.

Shine With You[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang