Meski kelas sudah sepi, gadis berponi itu tetap tidak berniat sedikitpun untuk beranjak dari sana. Mood nya sudah sangat buruk sejak pagi tadi, dan walau sekarang sudah memasuki jam makan siang ia sama sekali tidak merasa lapar.
Dengan tatapan kosong, ia tampak menatap luar jendela. Lalu mengernyit kesal karena pikiran nya sekarang sudah sangat tidak tenang. Hal itu jelas terjadi karena setiap kalimat buruk yang ia dengar hari ini kembali menggema di telinga nya.
"Kau sedang memikirkan apa sampai tidak mendengar panggilan ku?" Lisa terperanjat kaget. Sontak ia langsung berdiri dari bangku nya dan menatap tajam seorang namja yang juga sama terkejut nya dengan reaksi Lisa.
"Kau."
"Benar, ini aku. Kau pikir aku siapa sampai bersikap waspada begitu?"
"Ck, hampir saja aku memukul mu," Mingyu tidak menggubris. Ia memilih duduk di kursi yang ada di hadapan Lisa. Tidak ada orang yang menduduki nya karena sekarang hanya ada mereka berdua di kelas itu.
"Kenapa kau kesini?"
"Hem, seperti biasa kau sendirian. Teman-teman sekelas mu memang sangat keterlaluan, bagaimana bisa mereka meninggalkan mu seorang diri di sini?" gadis berponi itu mendesah kesal karena Mingyu mengabaikan pertanyaan nya. Apalagi ucapan namja itu sangatlah tidak penting.
"Jika kau datang hanya untuk mengoceh, lebih baik pergi saja."
"Aish, kau kejam sekali. Justru aku kesini untuk menemani mu, jadi berterima kasih lah."
"Aku tidak memintanya," Mingyu tercekat. Lagi-lagi ia kalah bicara dengan gadis dingin di hadapan nya ini.
Dalam hening namja itu tampak melirik kearah Lisa yang pandangan nya tak lepas menatap luar jendela. Ia dapat melihat tatapan hampa dari gadis itu, tidak berekspresi seakan ia tak memiliki emosi.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Lisa sekarang, Mingyu sama sekali tidak bisa menebaknya. Tapi yang jelas, ia tahu suasana hati sepupunya itu sedang tidak baik. Dan seperti nya terlihat sangat kesal.
"Oh, lihat. Apa ini," perhatian Mingyu teralih pada gumpalan kertas di atas meja Lisa. Sebelum gadis itu sempat merebutnya, dengan cepat ia melihat isi dari kertas yang sudah kusut itu.
"Wah, ini sketsa?"
"Kembalikan, itu hanya sampah."
"Kau bilang ini sampah? Dilihat dari segi manapun sudah jelas ini sketsa yang menakjubkan. Bagaimana bisa kau menggambar wajah Sonsengnim dengan sangat detail seperti ini?" gadis berponi itu sama sekali tidak menjawab. Ia hanya diam sembari merebut kertas yang digenggam Mingyu. Lalu meremas nya dan membuang kertas itu keluar jendela.
"Ya! Kenapa kau membuang nya?"
"Sudah ku bilang, itu hanya sampah." Geraman yang namja itu dengar dari Lisa membuatnya terhenyak. Sekarang ia mengerti kenapa gadis itu terlihat kesal.
"Kau dimarahi lagi?"
"... Ani." Mingyu menghela napas pasrah. Ditanya berapa kali pun tetap saja ia hanya akan mendapatkan jawaban yang sama.
Sepertinya Lisa kembali di tegur karena tidak memperhatikan pelajaran. Itu hanya dugaan Mingyu, tapi ia yakin itulah penyebab nya. Karena hal itu sudah biasa terjadi, maka tebakannya bisa saja benar.
"Hah, baiklah. Bagaimana kalau kita makan siang?" Lisa menoleh, menatap Mingyu yang tersenyum ramah padanya. Ia tahu namja itu tengah mencoba untuk mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.