07. Problem

2.4K 371 44
                                    

Gadis berponi itu tampak menuruni anak tangga mansion dengan langkah yang terburu-buru. Ia juga terus merutuki dirinya sendiri yang terbangun lebih lambat dari pada biasanya.

Lisa sudah menduga hal ini akan terjadi. Siapa sangka malam tadi ia tertidur dengan begitu lelap. Sampai-sampai alarm yang berbunyi memekikkan telinga pun tak mampu membuat Lisa terjaga dari tidur nya.

"Nona, silahkan duduk. Saya sudah menyiapkan sarapan kesukaan Nona," Bibi Sumi muncul memasuki ruang makan, terdiam ketika ia menatap Lisa yang meminum susu coklat hangat dengan tergesa-gesa.

"Pelan-pelan saja, Nona. Nanti Nona bisa tersedak."

"Bi, aku terlambat."

"Tapi Nona Chaeyoung baru saja berangkat. Jadi tidak mungkin---" mendadak bibi Sumi menghentikan ucapan nya.

Sekarang ia mengerti, terlambat menurut nona bungsu itu karena ia tidak berangkat lebih awal ketimbang Chaeyoung.

Sesaat bibi Sumi lupa bahwa Lisa lebih suka pergi pagi-pagi sekali karena gadis itu tidak suka kedatangan nya menjadi pusat perhatian.

"Saya mengerti. Tapi Nona tidak boleh melewatkan sarapan pagi kali ini."

"Tapi aku---"

"Tidak ada alasan. Sekarang Nona duduk dan sarapan lah yang banyak," Lisa mendesah kesal saat bibi Sumi memaksa nya untuk sarapan. Padahal ia tidak terbiasa dan lebih nyaman makan di sekolah, lebih tepat nya rooftop.

Namun Lisa mengurung kan niatnya untuk pergi dan lebih memilih mengikuti kemauan bibi Sumi. Karena diantara semua orang yang ada di mansion, hanya wanita itulah yang selalu melakukan banyak cara untuk membuat Lisa membuka hatinya.

Setidaknya ia tak ingin melukai perasaan bibi Sumi.

.  .  .

Apa yang dikhawatirkan oleh Lisa ternyata benar-benar terjadi. Bahkan untuk melangkah saja terasa berat karena tatapan orang-orang yang tak lepas memandang nya.

Sejak terjadinya perdebatan menghebohkan di cafetaria kemarin, suasana di sekolah memang sedikit berubah. Mereka semakin enggan sekedar untuk berdekatan dengan Lisa.

Tidak sedikit orang yang menilai tindakan Lisa waktu itu sangat buruk. Meskipun begitu, sebagian dari mereka juga menganggap bahwa perlawanan yang dilakukan gadis berponi itu sudah benar.

Siapapun akan kesal bila ada yang berani merendahkan saudari mu sendiri, kan? Begitu pula dengan Lisa. Ya, walaupun dia tidak mengakuinya.

"Hm?" Lisa menghentikan langkah nya sembari mengernyit.

Menatap seorang gadis blonde yang tampak sedang bercakap-cakap dengan beberapa siswi yang ada di koridor kelas.

"Ck, apa dia tidak lelah terus tertawa dan tersenyum seperti itu?" gumam Lisa yang dibarengi dengan helaan napas berat. Dia yang melihat nya saja sudah lelah, tapi saudarinya justru bertahan dengan raut wajah itu.

Padahal selama di mansion, hanya tatapan tak suka saja yang Lisa dapat dari Chaeyoung. Sangat berbeda bila di sekolah, dengan mudahnya gadis blonde itu tertawa tanpa beban dengan orang lain.

"Bilang saja kalau kau juga ingin dia tersenyum padamu. Benar, kan?" Lisa menegak saat seorang namja tiba-tiba berbisik padanya.

Ia pun segera berbalik, dan secepat kilat melayangkan sebuah pukulan tepat di punggung sepupunya itu dengan wajah kesal.

"Sial! Kau ingin aku mati karena jantungan, eoh?!"

"Ya! Itu salahmu yang melamun disini! Berterima kasihlah karena aku menyadarkan mu! Kalau tiba-tiba kau kerasukan bagaimana?!" jawab Mingyu tak ingin kalah.

Shine With You[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang