Tamparan yang Lisa dapatkan kali ini cukup menyakitkan. Ia meringis dengan tangan yang tampak mengusap pipinya yang perih.
Dengan ragu, Lisa pun mencoba untuk mendongak kan kepalanya. Mendadak tertegun ketika melihat sorot mata tajam Minho yang membuat nya bergidik.
"Sudah ku bilang berhentilah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Tapi kenapa kau masih saja keras kepala dan tidak mendengarkan ucapan ku?" tanya Minho penuh penekanan.
Ditengah keheningan yang mencekam itu ia tampak menatap gadis di hadapan nya begitu sinis. Sangat sinis hingga Lisa merasa kini wajahnya mulai memanas.
Jika boleh jujur, sekarang Lisa benar-benar merasa lelah. Padahal ia ingin cepat-cepat membersihkan diri lalu tidur. Tapi siapa sangka yang didapat nya sekarang justru kemurkaan sang ayah.
Chaeyoung yang masih berdiri di anak tangga pun dapat melihat semua yang terjadi dengan Lisa. Ia terlihat gelisah, tak senang dengan pemandangan yang dilihat nya ini.
Chaeyoung juga ingin membantu, namun baru turun beberapa anak tangga saja, Lisa yang menyadari niatnya langsung menggeleng tak setuju.
Ini adalah masalah antara Lisa dan ayahnya, ia tak mau melibatkan Chaeyoung. Lisa tak ingin jika saudarinya itu ikut dimarahi. Akan lebih baik bila gadis blonde itu bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Tapi anehnya sekarang, gurat wajah saudarinya justru terlihat begitu khawatir.
"Hari ini kau juga tidak mengikuti kelas privat karena pergi ke tempat yang tak berguna itu! Hah, bukannya belajar kau malah membuang-buang waktu! Sebenarnya apa yang ada didalam kepalamu itu?!"
"... Aku hanya melakukan sesuatu yang ku bisa, appa."
"Lalu apa yang kau dapatkan?! Tidak ada, kan?! Nilai mu justru hancur dan kau hanya menjadi anak yang tidak berguna!." Lisa tercekat.
Teriakan sang ayah berhasil menorehkan luka baru di hatinya. Menyakitkan sungguh. Lisa terus merutuki dirinya sendiri yang masih saja belum terbiasa dengan perkataan seperti duri ini.
Ia tak ingin goyah, tapi Lisa tak kuasa. Terkadang kalimat itu selalu berhasil membuat nya terluka sebelum ia membentengi diri untuk tak peduli. Membuat setitik air mata itu jatuh walau sebisa mungkin ia mencoba untuk menahan nya.
"Kenapa..."
"Padahal aku hanya ingin melakukan hal yang ku bisa. Tapi kenapa kalian selalu saja melarang dan menganggap bahwa aku hanyalah sampah yang tidak bisa melakukan apa-apa?!" Teriak Lisa geram sembari menatap sang ayah di hadapannya jengah.
Ia menyadari keterkejutan itu dari tatapan ayahnya. Lisa mencoba untuk bersabar tapi akhirnya rasa kesal itu meluap juga.
"Aku memang tidak bisa menjadi anak seperti yang kalian inginkan! Tapi apa salahnya... Apa salahnya jika kalian memberiku kesempatan sebentar saja? Aku juga ingin menjadi anak yang berguna dengan caraku sendiri!"
"Sepertinya sekarang kau juga sudah berani melantangkan suara mu."
"Apa---"
Plak!
Lisa terdiam.
Lihat, tidak ada kesempatan untuk nya bersuara. Bahkan tidak ada gunanya ia melawan. Yang didapat nya lagi-lagi hanyalah sebuah tamparan yang menyakitkan, juga tatapan tak suka dari kedua org tuanya.
Sebenarnya kenapa?
Apa dia memang anak yang tidak seberguna itu? Tapi Lisa sudah melakukan apa yang bisa ia lakukan selama ini. Apa mereka tidak melihat kerja kerasnya? Sekarang ia hanya ingin membuktikan diri. Namun lagi dan lagi mereka tetap saja menutup mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.