Namja bertubuh jangkung itu tampak mondar-mandir disekitar koridor menunggu kedatangan seseorang. Raut wajahnya terlihat panik, perasaan nya pun mendadak tidak tenang.
Mingyu buru-buru meminta izin keluar kelas saat tak sengaja melihat Lisa yang pergi menuju ruang kepala sekolah. Tentu saja ia gelisah. Ia merasa telah terjadi sesuatu yang buruk pada sepupu nya itu.
Mingyu berharap ini hanyalah asumsi nya saja, tapi ternyata tidak. Kekhawatiran nya benar-benar terjadi. Ia tak kuasa menahan keterkejutan nya ketika melihat Lisa dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
"Apa-apaan ini? Kau kenapa? Apa yang terjadi?" gadis berponi itu sama sekali tidak menggubris setiap pertanyaan yang dilontarkan Mingyu padanya. Ia tak berniat untuk menghentikan langkah nya. Melihat hal itu tentu Mingyu tidak akan tinggal diam.
"Ya! Jangan mengabaikan ku! Kau tahu, kan? Aku sangat panik saat melihat mu pergi ke ruangan nenek tua itu," Lisa terpaksa berhenti saat Mingyu tiba-tiba menarik tangannya agar tidak pergi. Padahal ia ingin pulang dengan tenang, tapi di setiap jalan ada saja yang menghalangi nya.
"Lepas," ujar Lisa dingin. Namun bukan Mingyu namanya jika ia melepaskan gadis berponi itu begitu saja sebelum mendapat jawaban yang pasti.
"Jawab pertanyaan ku dulu, kenapa kau pergi ke sana? Kau juga tampak kesal. Apa mungkin terjadi sesuatu selama kau berada di sana?"
"Ck, kau tidak perlu tahu." Lisa menepis tangan Mingyu paksa, tak peduli dengan ekspresi terkejut yang ditunjukkan oleh namja itu.
Sekarang mood nya benar-benar buruk, dan Lisa tak ingin membuat masalah baru apalagi dengan sepupunya sendiri.
"Tentu saja aku harus tahu! Kau pikir aku ini siapa, eoh? Aku sepupu mu! Kau lupa?"
"Lalu kenapa kalau kau itu sepupu ku? Tidak ada yang berubah meski kau berteriak seperti itu," Mingyu terdiam.
Mendengar jawaban ketus Lisa membuat nya semakin yakin bahwa terjadi sesuatu saat gadis itu pergi ke ruangan kepala sekolah. Karena ini bukan sekali dua kali nya Lisa di panggil, dan suasana hati nya pasti akan memburuk setelah kembali dari sana.
"Setidaknya aku harus tahu apa yang terjadi padamu. Aku sangat khawatir, kau tahu?!" Lisa menoleh kearah Mingyu yang tampak terengah karena terus berteriak. Sepupu nya memang seperti ini, tidak akan mau mengalah sebelum Lisa mengatakan semuanya.
"Sudahlah, aku ingin pulang."
"Kau!"
"Ukh!" Mingyu tersentak saat mendengar Lisa meringis ketika ia mencekram lengan gadis berponi itu. Hingga sesaat kemudian ia pun menyadari, ada begitu banyak luka memar di setiap tubuh dan wajah mungil Lisa.
"A-apa ini? Jangan bilang nenek memukuli mu lagi?"
"Ini bukan urusan mu," Mingyu berdecak kesal saat Lisa lagi-lagi menghindari nya. Dengan cepat ia pun menghadang jalan gadis berponi itu, tidak membiarkan Lisa pergi sebelum menjawab pertanyaan nya.
"Jawab aku, kau dipukuli lagi?"
Entah karena lelah melawan, atau memang tidak ingin mencari ribut, akhirnya Lisa memilih untuk tak lagi mengelak.
Diam yang ditunjukkan oleh gadis berponi di hadapannya itu pun cukup menjawab rasa penasaran Mingyu. Ia mendesah kesal sembari mengusap wajahnya kasar. Tidak habis pikir sang nenek akan kembali memukul Lisa untuk yang kesekian kalinya.
"Lisa, kau tunggu lah disini. Aku akan bicara dengan nenek sekarang."
"Memangnya kau ingin mengatakan apa padanya? Ingin bilang kalau orang lain yang lebih dulu mencari masalah dengan ku? Atau kau ingin bilang para guru lah yang selalu meremehkan ku? Hah, semua itu percuma. Lebih baik kau diam saja," Mingyu terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You[End]✔
Short StoryKau dan aku berbeda, tapi kita tetaplah satu jiwa. Dimana pun kau berpijak, maka aku adalah bayangan yang akan selalu mengikuti mu.