"Anjir, siapa nih bocah? Tiba-tiba nongol sambil nantangin kita." tanya si Anak Tambun yang lagi-lagi tidak introspeksi diri dengan statusnya yang juga seorang bocah.
"Pacarnya Rio kali, hihi.." Tono si Ranger Pink dengan cengengesan melirik ke arah Rio dan Oryza secara bergantian.
"Bukan!" teriak Rio dan Oryza secara bersamaan, lengkap dengan wajah keduanya yang terlihat sama-sama sebal akan tuduhan itu.
"Ohh.. gue tau! Monster kan biasanya bawa temennya, nah dia ini semacam monster juga, dan monster ini mau nyelametin temen sesama monsternya!" ucap si Anak Tambun yang nampaknya mengalami gangguan pola pikir karena kebanyakan nonton film laga.
Setelah mengatakan hal itu, merekapun dengan cepat mengepung Oryza lalu mulai menyiksa gadis kecil itu.
"Pergi! Pergi! Jangan ganggu!"
Oryza dengan cepat mengacung-acungkan senjata mematikan kemocengnya, hanya saja Oryza yang saat itu masih berusia 6 tahun tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan 4 orang anak laki-laki yang usianya lebih tua darinya.
Tono dengan kasar merampas kemoceng milik Oryza lalu melemparnya jauh-jauh.
"Hahaha sukurin! Senjatanys udah kita rampas!" ucap si Ranger Feminin bernama Tono itu. Ia sekonyong-konyong lalu menjambak rambut Oryza hingga anak itu kesakitan, belum lagi anak-anak lain yang mulai ikut-ikutan memukul dan menyakiti tubuh Oryza.
Hingga akhirnya peristiwa itu terjadi.
"Kita lepasin baju si monster ini." perintah si Anak Tambun dengan wajah semangat.
Terlihat jelas raut wajah Oryza yang panik, ia buru-buru bangkit untuk kabur namun kedua tangannya dipegang erat oleh si Kembar Budi dan Dimas.
"Ngapain? Emang dia mau mandi?" Tanya Tono dengan wajah bingung.
"Bodoh kamu Tono! Biar dia malu dan berhenti jadi monster, HAHAHA!" kilah si Ranger Merah yang ternyata berotak cabul sedari dini.
"Jangan Benny, kasian.." Rudi selaku Ranger Kuning mencoba meluruskan kembali isi pikiran mesum anak tambun yang ternyata bernama Benny itu.
"Oke Rud, lo gue pecat jadi Ranger Kuning! Rio, lo boleh gantiin posisi Rudi, asal lo bantuin gue buat lepasin baju monster ini!" titah Benny sambil tersenyum jahat.
Rio yang sedari tadi hanya diam menahan sakit di sekujur tubuhnya hanya terdiam, bola matanya yang berwarna hitam pekat menatap Benny dan kawan-kawan dengan sorot mata penuh kebencian.
Lalu perlahan anak itu bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan menuju ke arah Benny.
Terlihat kini wajah Benny si Ranger Merah yang nampak puas karena mengira Rio mau membantunya, sebaliknya, wajah Oryza terlihat sangat terpukul dan sedih, ia tidak menyangka sosok Rio yang ia anggap sebagai figur seorang kakak yang ia idam-idamkan ternyata hendak menyakitinya juga.
Setelah Rio berdiri dihadapannya, Benny si Anak Tambun membuka mulutnya kembali.
"Nah, sekarang lo lepasin baju monster it-AAAAARRRGGHH!!!"
Semua anak yang ada disitu seketika terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi, Benny sekarang meraung-raung kesakitan di hadapan mereka. Siapa yang menyangka bahwa Rio ternyata diam-diam menyembunyikan segenggam pasir ditangannya, dan pasir itu dengan cepat ia lemparkan ke wajah Benny hingga butiran-butiran pasir yang sangat kecil mengenai area mata anak itu dan menyakitinya.
"AHHH SAKIT! SAKITTT!!" raung Benny yang kini tengah merasakan perih yang luar biasa pada kedua matanya, si kembar Budi dan Dimas yang telah melepaskan tangan Oryza dan hendak menolong Benny juga mendapatkan perlakuan yang sama dari Rio, anak itu dengan cepat memungut pasir lalu melemparkannya ke wajah si Kembar.
Kini nampak dihadapan Rio 3 anak laki-laki yang berteriak kesakitan di hadapannya dengan kondisi berjalan tanpa arah karena mata mereka yang terpejam menahan rasa perih, sementara Rudi yang saat itu berada cukup jauh dari ke-3 temannya langsung berlari kabur, terlebih setelah Rio memberikan tatapan mengancam padanya.
Oryza yang jelas ketakutan dengan situasi saat itu dengan cepat berjalan menghampiri Rio lalu menarik baju anak laki-laki itu dengan tangan gemetar.
"Kak, ayo pulang." pinta Oryza kepada Rio dengan lirih
Dan jawaban yang diberikan oleh Rio kemudian membuat Oryza terpaku untuk beberapa saat.
"Pulang aja sendiri Ry, kakak masih mau main jadi monster." jawab Rio sambil tersenyum lebar ke arah Oryza, sebelum akhirnya anak itu mengambil sebongkah batu berukuran sekepalan tangannya lalu mulai membenturkan batu itu berkali-kali ke area kepala anak-anak yang telah menyakitinya dan Oryza, benturan-benturan itu cukup keras hingga darah segar mulai mengalir di kepala mereka.
"AMPUN RIO... AMPUNNN!!"
Mereka semua memohon sembari menangis menahan rasa sakit yang mereka rasakan, namun Rio sedikitpun tidak menghiraukan permohonan maaf mereka, anak laki-laki itu baru menghentikan tindakannya setelah ia mendengar suara tangisan Oryza.
"Hu-huu-huaaaaa kak Rio, udah kak.. Oryza takut..." ucap gadis kecil itu sambil menangis tersedu-sedu, sementara Rio merasakan tangan kecil milik Oryza yang gemetar kini tengah menggenggam erat tangannya.
*flashback off*
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...