Seandainya ada harga yang perlu dibayar agar ingatannya bisa direset, Rio rela memberikan apapun agar ia tidak perlu mengingat-ngingat sebuah kenangan memalukan yang baru saja disebutkan oleh ibunya itu
'Kamu inget dulu waktu kamu sunat umur delapan tahun? Pas kelar sunat, Oryza bantu niupin biar punya kamu cepat kering.'
'...Pas kelar sunat, Oryza bantu niupin biar punya kamu cepat kering.'
'...Oryza bantu niupin biar punya kamu cepat kering.'
'...Biar punya kamu cepat kering.'
'...Cepat kering.'
Ucapan itu terus menerus berputar-putar dibenaknya, membentuk efek gaung dan mulai menyerang psikisnya secara pelan namun pasti.
Rio dengan wajah memerah karena malu melirik ekspresi Oryza yang duduk disebelahnya, ternyata wajah Oryza juga sama merahnya, jika saja saat ini mereka berdua berdiri di pinggir jalan, bisa-bisa kendaraan langsung berhenti karena menyangka mereka adalah lampu merah lalulintas.
"Liat tuh, dua-duanya jadi malu, hihi." Celetuk Anita lagi.
Ahh.. seandainya cerita legend tentang Malin Kundang itu tidak ada, seandainya surga bukan berada di bawah telapak kaki ibu, seandainya Rio dilahirkan bukan dari rahim Anita selaku ibunya, ingin sekali rasanya Rio menurunkan ibunya itu di pinggir jalan.
*
Setelah menurunkan Mirna dan Oryza tepat di depan rumah mereka, Rio dan Anita melanjutkan perjalanan menuju rumah mereka, di sisa perjalanan itu Rio melepaskan uneg-unegnya yang sedari tadi ia tahan.
"Mama apa-apaan sih tadi? ngapain coba nyebut-nyebut masalah sunat." Tanya Rio dengan wajah kesal.
"Loh kenapa? Kan tadi mama cuma jawab pertanyaan kamu aja, lagian itu emang fakta kok." Jawab Anita yang tidak mau disalahkan, ia juga salah satu penganut setia paham 'semua yang dilakukan wanita adalah benar'.
"Terlepas itu fakta atau bukan, ngga seharusnya mama mengumbar-umbar kejadian itu, kan gaenak juga jadinya sama Oryza!" Bantah Rio, masih dengan wajah kesalnya.
Anita terkekeh sembari menatap anak semata wayangnya itu
"Habis kamu sama Oryza diem-dieman aja, mama kan jadi greget liatnya." Jawabnya enteng.Rio mendengus, percuma saja ia menunjukkan kekesalannya, ibunya itu tidak akan pernah merasa bersalah.
"Rio, mama sama tante Mirna mau minta tolong sama kamu.." ucap Anita lagi, kali ini wajahnya terlihat lebih serius.
"Minta tolong apa?" Tanya Rio sembari mengernyitkan keningnya.
"Kamu.. bisa ngga jagain Oryza di sekolah?" Tanya Anita dengan hati-hati.
Rio menolehkan wajahnya ke arah Anita.
"Jagain Oryza?" Ulang Rio dengan wajah heran."Iya, tolong jagain Oryza ya di sekolah, mama minta tolong sama kamu." Sahut Anita sembari menganggukkan kepalanya.
Rio tidak mengerti dengan permintaan ibunya itu, ia butuh penjelasan, dan seolah tau isi pikiran anaknya, Anita akhirnya menjelaskan maksud dari permintaannya itu
"Tadi siang kan tante Mirna telpon mama, selain ngasih tau kalau kamu baru aja nganterin ransel punya Oryza ke rumahnya, dia juga sekalian curhat ke mama, dia ngerasa selama ini Oryza jadi korban bully di sekolah, tapi sayangnya anaknya itu ngga mau cerita."
Rio merasakan sesuatu seakan menyentak perutnya setelah mendengar ucapan dari Anita, entah apa yang akan terjadi jika ibunya sampai tau bahwa dirinya merupakan salah satu dari orang- orang yang membully anak dari temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...