Jam dinding menunjukkan pukul 2 siang ketika bel pulang sekolah berbunyi nyaring dan sukses membangunkan sepertiga dari total keseluruhan murid di kelas 10-2 yang memilih untuk diam-diam tidur siang dibanding mendengarkan celotehan panjang lebar guru sejarah mereka mengenai histori kedatangan Kumpeni di Indonesia.
Mereka semua pun secara serentak membereskan seluruh perlengkapan alat tulis mereka dan memasukkannya dengan cepat ke dalam tas sekolah masing-masing.
"Ry, ntar malem aja ya gue email bahan diskusi kelompok, gue ada kegiatan OSIS sampe sore.. mana bentar lagi ada rapat pula, takut ngga keburu." ucap Tiar sambil menjejalkan seluruh bukunya ke dalam tas dengan tergopoh-gopoh.
"Iya gapapa, santai aja.. Gue tau kok orang-orang OSIS sibuknya ngelebihin anggota DPR" celetuk Oryza sembari menyampirkan tasnya ke bahu.
"Ssstttt! gue matiin juga ntar mic punya lo!"
"Ampun ndoro!" Oryza dengan dramatis menangkupkan kedua telapak tangannya dihadapan Tiar
"Sarap! Udah ah gue duluan yaa, gue takut telat ikut rapat soalnya, babay nyonya padi!"
Dan Tiar pun berlari secepat Usain Bolt ke arah ruang OSIS yang ada di seberang lapangan, meninggalkan Oryza yang masih berada di kelas.
Saat Oryza hendak melangkahkan kakinya keluar kelas, tiba-tiba ia menangkap sinyal dari dalam tubuhnya, sinyal yang seakan menyuruhnya untuk segera ke kamar kecil.
'Duh.. Kok tiba-tiba pengen pipis.. ' Oryza membatin.
Awalnya gadis itu mencoba mensugesti dirinya sendiri untuk pipis di rumahnya saja, hal itu tentu bukanlah tanpa alasan, toilet siswi berada di gedung kelas XII, kelas yang notabene merupakan sarang dari predator berbahaya yang suka membully dirinya, seperti Sandra contohnya, selain itu, jarak toilet yang cukup jauh dari kelasnya menjadikan ia semakin merasa enggan untuk buang air di sekolah, meskipun begitu sayangnya sistem tubuhnya saat ini langsung menolak mentah-mentah sugestinya itu, hasratnya untuk buang air kecil malahan semakin menggebu-gebu.
Oryza akhirnya menyerah, sambil meminta pertolongan dari langit, ia dengan langkah cepat menuju ke toilet demi segera menuntaskan hajatnya.
***
Saat itu para murid kelas XII tengah menunggu kedatangan guru yang mengajar mata pelajaran tambahan di kelas mereka, sembari menunggu, sebagian dari mereka meluangkan waktu dengan berbagai macam cara agar tidak bosan, dari hal yang simpel seperti mengobrol, bermain game di ponsel, hingga hal yang tidak simpel seperti menenun kain dan menanam padi di sawah*eh
Saat ini Sandra memilih mengobrol seru dengan teman satu gengnya, dan meninggalkan teman sebangkunya, Rio, yang nampak asik sendiri mengerjakan PR dari soal-soal fisika yang baru saja diberikan gurunya di jam pertama sekolah tadi.
"San, lo ngerasa sebel ngga sih.. Gebetan lo malah deket sama cewek lain, mana cewek yang dideketin levelnya jauh di bawah lo, kalo gue sih ngerasa sebel.." ucap Mika yang saat ini tengah duduk berhadap-hadapan dengan ketua Trio Anaconda bernama Sandra.
Sandra otomatis cemberut mendengar perkataan Mika, ia langsung melemparkan pandangannya pada sosok Rio yang saat ini berada cukup jauh darinya itu."Udah dari dulu kali gue sebel! Pengen gue acak-acakin muka si Oryza rasanya!" Sahut Sandra dengan kesal
Tiba-tiba tubuh Rio menegang seiring dengan terdengarnya suara Sandra menyebut-nyebut nama Oryza.
Drap drap drap drap!
Terdengar suara dari pantulan langkah kaki yang berlari di sepanjang koridor kelas, langkah kaki itu terdengar semakin lama semakin keras, membuat para penghuni kelas seketika penasaran akan identitas dari pemilik langkah kaki besar yang saat ini tengah berlari-lari itu.
Dan kemudian secara cepat melintaslah sosok Oryza dilihat dari pintu kelas yang terbuka, lengkap dengan ekspresi panik menahan pipis sembari berlari tergopoh-gopoh menuju ke arah toilet.
Sandra seketika menyunggingkan senyumnya melihat Oryza yang baru saja melewati kelasnya.
"Gue mau ke toilet nih, ada yang mau ikut?" Tanya wanita itu sambil tersenyum licik ke arah Mika dan teman-teman satu gengnya.
**
Plak!
Oryza seketika merasakan panas di pipinya setelah Sandra dengan cepat melayangkan telapak tangannya disana.
"Gausah kecakepan lo!" bentak Sandra dengan keras tepat di wajah Oryza.
Oryza memilih untuk diam sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat, sementara matanya menatap Sandra dengan penuh kebencian.
"Mentang-mentang Rio ngebelain lo terus, sekarang lo udah berani ya sama gue?!" Sandra dengan cepat langsung menjambak-jambak rambut Oryza dengan keras, membuat gadis itu langsung meringis kesakitan.
**
Berulang-ulang kali Rio melirik jam tangannya dengan perasaan gelisah, sudah 10 menit berlalu sejak Sandra dan kawan-kawan nya pergi menuju ke toilet siswi, bahkan guru pelajaran yang ditunggu-tunggu pun sudah hadir di tengah-tengah kelas mengajarkan materi penting mengenai kisi-kisi ujian akhir nasional yang tinggal beberapa bulan lagi akan dilalui.
Rio tau bahwa dia seharusnya tetap fokus memperhatikan penjelasan dari guru matematika di hadapannya itu saat ini, namun ia tidak bisa menyingkirkan kegelisahan yang sedari tadi dirasakannya, ia merasa bahwa perginya Sandra dan yang lain disebabkan karena kemunculan Oryza beberapa saat yang lalu, yang saat itu juga tengah berlarian menuju ke toilet.
'Stop thinking about her, she hates you.'
Pria itu dengan susah payah mempertahankan logikanya untuk tidak lagi ikut campur dengan segala urusan yang berkaitan tentang Oryza, sudah cukup menyakitkan baginya mengingat bagaimana gadis itu telah merendahkannya dan meminta dirinya untuk menjauh.
'Tapi bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi?'
Rio tertegun saat suara hatinya ikut bicara.
'What if.. She needs you to help her now?'
Tanpa mengatakan apapun, Rio dengan cepat bangkit dari kursi lalu segera keluar dari kelasnya, hingga menyebabkan seluruh penghuni kelas termasuk guru matematika kebingungan dengan sikap pria itu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...