Dua puluh tiga

3.3K 251 11
                                    

"K-kak Egy?!" Oryza tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya melihat sosok pemilik motor yang ternyata adalah orang yang diam-diam ia sukai.

"Lo kenal dia?" tanya Rio kepada Oryza, sedangkan yang ditanya hanya diam tertegun, Egy sendiri segera mendekat kearah Oryza dengan ekspresi bingung.
"Apa bener gue pernah bikin baju lo basah gara-gara kena cipratan motor gue? Gue sama sekali ngga tau.." tanya Egy dengan nada khawatir kepada Oyza.

"I-itu.. kayaknya ada kesalahpahaman kak, maaf ya.." jawab Oryza langsung, matanya kemudian melirik ke arah Rio dengan sebal, ia sangat kesal dengan tindakan anarkis yang sudah dilakukan Rio kepada Egy saat ini.

Sebenarnya Oryza sendiri tidak yakin dengan ucapannya barusan, meskipun ia tidak mengingat plat motor yang berulah padanya waktu itu, namun helm pengguna motor yang digunakan sama persis dengan helm yang Egy gunakan saat ini, dan ia merasa memang motor Egy lah yang waktu itu menyipratinya dengan air hujan, hanya saja .. kalau Egy si Ketos yang melakukannya, ia yakin pastilah hal itu terjadi dengan tidak sengaja, dan Egy sama sekali tidak menyadari saat kejadian itu terjadi.

"It's okay Ry, gue maafin lo, tapi ngga buat orang ini, gue tetep minta ganti rugi karena udah ngerusakin spion motor gue." Egy mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah Rio yang anehnya saat ini sedang menyeringai.

"Haha.. such a Pussy." Umpat Rio dengan mata menatap tajam Egy, yang dimana hal itu tentu saja membuat Egy sekaligus Oryza kaget.

"Gue rasa Oryza ngga sebodoh itu sampe bisa salah ngenalin motor yang udah bikin dia celaka, apalagi setau gue yang pake motor ninja merah cuma 2 orang, lo dan gue." lanjut Rio sembari melirik singkat motor milik Egy.

"Ohh.. kalo gitu berarti bisa jadi lo yang udah nyelakain Oryza." Sambar Egy.

Rio yang berang seketika menarik kerah baju Egy dengan cepat, sementara tangannya yang bebas siap mendaratkan pukulan di wajah Egy, belum sempat ia melancarkan aksinya, tiba-tiba terdengar suara Oryza yang seketika mengusik pikiran pria itu.

"Kenyataannya emang gue yang bodoh!"

Rio seketika terkejut mendengar kalimat yang barusan saja diucapkan oleh Oryza, ia dengan cepat menoleh ke arah gadis itu dan mendapati Oryza tengah menatapnya dengan tatapan penuh amarah, kesabaran Oryza habis sudah saat ini, gadis itu nampak sudah tidak bisa lagi menahan diri mendengar ucapan-ucapan pedas yang keluar dari mulut Rio.

"Dan gue yang bodoh ini minta tolong sama lo buat jauh-jauh dari hidup gue! Gue muak dengan sikap lo yang sok hebat itu Rio! Gue juga ngga pernah butuh bantuan dari lo!" Oryza dengan kesal menumpahkan segala uneg-unegnya.

Terlihat jelas ekspresi wajah Rio yang nampak terluka atas perkataan Oryza barusan, pria itu melepaskan kerah baju Egy sekaligus mendorongnya hingga membuat Egy hampir jatuh terduduk, ia kemudian melangkahkan kakinya mendekati Oryza dengan tatapan berbahaya.

"Cabut omongan lo barusan." ucap Rio kepada gadis dihadapannya itu.

"Kenapa? Lo ngga suka sama omongan gue? Lo mau mukulin gue juga? Go ahead! Itu lebih baik daripada lo pura-pura baik sama gue!" Sambar Oryza dengan sikap menantang.

"Gue ngga pernah pura-pura baik sama lo Oryza!" Bantah Rio dengan wajah kesal.

"But you did!" Teriak Oryza. Suaranya terdengar bergetar sementara tanpa ia sadari airmata mulai menggenangi kelopak matanya.

"Sekarang gue mau nanya sama lo.. seandainya sedari awal kita emang ngga pernah saling kenal, kita ngga pernah punya hubungan 'pertemanan-sejak-kecil' itu, emangnya lo bakal baik sama gue?"

Bahkan tanpa perlu kata-kata, Oryza dengan cepat mengetahui jawaban atas pertanyaannya itu berdasarkan sikap diam Rio kepadanya saat ini, gadis itu memutuskan untuk pergi, sebelum pertahanannya tumpah dan airmatanya menetes tepat dihadapan Rio.

Sementara itu, Egy yang sedari tadi hanya menyimak pertengkaran dua orang dihadapannya itu, kini nampak tengah tersenyum penuh kemenangan, siapa yang menyangka bahwa aksinya saat itu ternyata sukses besar tanpa ketahuan.

***

'Cewek tolol!' umpat Rio dalam hati, sementara sepasang matanya yang berwarna hitam pekat tengah menatap sosok Oryza yang dengan berani menatapnya balik, seakan tengah menantang dirinya.

"Kok makanan kamu ngga dimakan sih? Mau aku suapin?"

Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seketika langsung menyadarkan Rio bahwa dirinya tidak sendirian saat ini, tepat dihadapannya duduk Sandra yang tengah menatapnya dengan khawatir.

"Pergi." ucap Rio kepada Sandra.

Wajah Sandra nampak bingung melihat sikap Rio kepadanya saat ini.

"Kamu kenapa?" tanyanya dengan suara pelan.

"Lo pergi dari hadapan gue San, gue lagi ga pengen ditemenin sama siapapun." ucap Rio dengan cepat.

Sandra dengan kesal bangkit dari kursinya mendengar perkataan pahit yang diucapkan Rio, tanpa mengatakan apapun lagi ia akhirnya pergi meninggalkan pria itu seorang diri.

Setelah Sandra pergi, Rio akhirnya memutuskan ikut bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju meja Oryza dan Tiar.

"Ikut gue sekarang." Kata Rio kepada Oryza segera setelah dirinya tiba di meja itu.

"Ngga mau." Balas Oryza langsung, gadis itu pura-pura menyibukkan diri dengan mengaduk-aduk gelas jus jeruknya, yang dimana gelas itu sebenarnya sudah kosong karena isinya sudah habis diminum.

"Lo ngaduk apaan Ry?" Tiar dengan polos melontarkan pertanyaan, lengkap dengan wajah keheranan melihat tingkah aneh Oryza saat ini.

Rio sendiri berusaha untuk tidak terlalu memikirkan jus jeruk 'ghoib' yang tengah diaduk oleh Oryza saat ini, ada hal lebih penting terkait pertengkaran mereka pagi tadi yang perlu mereka selesaikan.

"Ikut gue sekarang Oryza, please." Pinta Rio, kali ini dengan suara lebih lembut.

"Gue ngga mau! Gue sibuk!" Balas Oryza langsung sambil menatap kesal Rio.

"Gelas kosong kok diaduk..." celetuk Tiar lagi, yang seketika membuat Oryza ingin menjambak-jambak rambutnya.

Disaat Oryza tengah melirik sebal Tiar yang duduk disebelahnya, Rio dengan cepat menyambar gelas plastik kosong milik Oryza lalu melemparkannya dengan keras, gelas itu terpelanting membentur tembok lalu mendarat di lantai dengan suara berkelontang yang mampu membuat seisi penghuni kantin terdiam.

"Jangan bikin gue marah Oryza, please.. ikut gue sekarang, ada yang mau gue omongin." Kata Rio dengan ekspresi berbahaya, suaranya kini sedikit bergetar, seakan tengah menahan emosi dalam dirinya yang sudah meluap-luap.

Oryza yang tentu saja kaget dengan kejadian barusan hanya bisa terdiam, matanya yang bulat menatap wajah dari pria dihadapannya itu.

Ada sesuatu yang salah di dalam diri seorang Rio, sesuatu yang 'gila' dan berbahaya, dan ia menyadari hal itu sejak awal mereka bertemu di depan pintu rumahnya.

Anehnya, Oryza merasa bahwa ia sudah terbiasa dengan kejadian ini, seakan ia pernah menghadapi situasi ini berkali-kali, gadis itu kembali mendapati dirinya secara refleks menggenggam tangan Rio, seakan tengah menenangkan sisi 'lain' dari pria itu.

*****

Be Mine, Please? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang