Delapan belas

3.1K 252 7
                                    

Oryza ternyata benar-benar mendengarkan dengan baik ucapan Rio kepadanya waktu itu, hal ini dibuktikan dengan betapa sulitnya Rio menemukan gadis itu, seakan ia telah menghilang dari bumi dan hijrah ke bulan untuk selama-lamanya.

Di sisa 2 hari terakhirnya menjalani skorsing kemarin, kedatangan Rio ke rumah Oryza berakhir sia-sia, gadis itu sedikitpun tidak memberikan kesempatan kepada pria itu untuk bisa bertemu dengannya. Hal itu ditunjukkan percakapan antara Rio dan Mirna selama dua hari berturut-turut kemarin.

"Siang tante Mirna, Oryza ada?" Tanya Rio kepada ibundanya Oryza

"Ohh Oryza ada kok, kamu duduk dulu ya Rio."
Ucap Mirna sembari mempersilahkan pria itu masuk.

Beberapa saat kemudian muncul lah seseorang yang datang menghampirinya.

Bukan, orang itu bukanlah Oryza, melainkan Mirna lagi.

"Rio.. maaf ya, Oryza ternyata lagi tidur siang, tadi udah coba tante bangunin cuman dia ngga mau bangun-bangun, hampir aja tante panik dan mikir yang enggak-enggak, kirain si Oryza tidur untuk selama-lamanya.. eh ternyata cuman tidur siang yang kelewat pules aja." ucap Mirna dengan wajah tidak enak hati.

Rio kembali mendatangi rumah Oryza keesokan harinya dan kembali pula mengalami kegagalan, Mirna kembali menghampirinya sembari memberikan alasan yang menurut Rio tidak masuk akal, seakan-akan Oryza tengah membohongi ibunya itu agar ia tidak perlu menemuinya.

"Rio.. maaf ya, Oryza ternyata lagi di toilet, dan sepertinya dia bakalan masih lama disana, maklum.. tadi Oryza bilang udah 2 hari sembelit, duh tante harus beli pepaya dulu berarti hari ini."

**

Bel istirahat sekolah berbunyi, guru pengajar bahasa Indonesia baru saja keluar dari kelas ketika terdengar suara Tiar yang cempreng tengah berbicara dengan Oryza selaku teman sebangkunya.

"Oryyyy, ngantin yuk!" ajak Tiar sembari membereskan buku bahasa Indonesianya dari atas meja.

Oryza menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Ngga ah, lagi ga pengen ngantin gue." Sahutnya, sembari berusaha mengabaikan perutnya yang keroncongan.

"Dih tumben?! Lo lagi kesambet hantu sikat gigi ya Ry? Kok bisa-bisanya ga mau diajakin ke kantin?!" Tiar nampak heboh setelah mendengar pernyataan singkat Oryza barusan, bagi Tiar, probabilitas kemungkinan Oryza menolak untuk diajak ke kantin olehnya sangatlah kecil, sekecil kemungkinan dirinya diajak dating sama Harry Styles. (Dan jangan tanya darimana Tiar mendapatkan kosakata 'hantu sikat gigi' itu, saya sebagai author juga tidak tau)

"Kalo gue ke kantin, pasti ntar ketemu si Kampret." jawab Oryza dengan pelan. Yup, Oryza tau bahwa hari ini Rio sudah boleh kembali ke sekolah. Hal yang membuat Oryza enggan ke kantin adalah ia khawatir akan bertemu dengan pria itu, dan ia tau ia tidak akan pernah bisa tahan dengan sikap Rio yang selalu memberikan tatapan menghina padanya.

'Dia dari kemarin dateng ke rumah pasti juga mau ngehina gue lagi.' Oryza membatin saat dirinya tiba-tiba teringat dengan Rio yang beberapa kali datang kerumahnya dan bermaksud ingin bertemu dengannya.

Rasa sakit hati yang Oryza rasakan secara otomatis mendatangkan suatu sikap tercela bernama prasangka buruk, sehingga pada akhirnya gadis itu lebih memilih untuk bersandiwara dihadapan ibunya dengan pura-pura sedang tidur dan pura-pura sedang berjuang BAB di kamar mandi, daripada dirinya harus menerima kedatangan Rio dan menelan semua hinaan dari pria itu. Iya, hidup Oryza memang dipenuhi dengan kepura-puraan.

Be Mine, Please? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang