Enam

3.9K 311 6
                                    

"Lu ngapain sih daritadi?! Trus lu ngomong sama siapa?! Udah kayak orang gila aja."
Rio sudah tidak mampu lagi menahan ucapannya setelah melihat tingkah Oryza yang sangat aneh, baginya saat ini menahan ucapannya sama saja dengan menahan hasrat untuk buang hajat, sama-sama bikin sakit kalau tidak langsung 'dikeluarkan'.

Bagaimana tidak, Rio dengan mata kaki, ralat, mata kepalanya sendiri dengan jelas melihat perilaku Oryza yang semula tenang kala menyirami bunga tiba-tiba saja berperilaku hiperaktif, ia dengan heboh mendongakkan kepalanya ke atas langit lalu mulai mengoceh sembari berulang kali menyebut kata dementor.

Rio di tengah-tengah keheranannya sempat berfikir apakah kebiasaan menyiram tanaman bisa menciptakan efek halusinasi dan membuat orang jadi gila seperti pada kasus tetangganya ini.
'kalo emang beneran kayak gitu, gue janji ga bakal pernah mau nyiram tanaman!' Ucap Rio dalam hati.

Namun pada akhirnya, Rio meyakini tidak akan pernah ada penjelasan ilmiah tentang fenomena aneh itu, tidak akan pernah ada kejadian orang yang mendadak gila karena menyirami tanaman, dan tidak akan pernah kak Seto mengganti style rambut belah pinggirnya menjadi belah tengah.

Membayangkan jika suatu saat Oryza benar-benar dibawa paksa oleh pihak RSJ, lalu tetangga-tetangga sekitar yang heboh mulai bertanya kepada dirinya yang merupakan saksi mata tentang apa yang menyebabkan Oryza mendadak gila, ia tidak akan sanggup menjawab pertanyaan itu dengan jawaban "Oryza menjadi gila gara-gara menyirami tanaman", Big nope! bisa-bisa ia juga bakal ikutan dikirim ke RSJ.

'Lalu apa? Apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu? Apa yang harus gue jawab kalau tiba-tiba ada wartawan tv yang datang kerumah terus nanya ke gue perihal kejadian orang yang mendadak gila saat menyirami tanaman?' Batin Rio dengan wajah panik.

Pria itu kini berusaha mencari beberapa kemungkinan yang bisa saja menjadi jawaban atas perilaku aneh Oryza.

'Bisa saja ini pertanda bahwa Oryza tadi tengah melakukan ritual dari perkumpulan suatu sekte sesat yang tengah heboh baru-baru ini, atau.. bisa saja Oryza baru-baru ini digigit anjing gila dan menyebabkan bagian sarafnya terganggu, atau.. bisa saja yang ia liat tadi adalah sosok Oryza yang sesungguhnya, bahwa tetangga sekaligus adik kelasnya itu adalah orang gila namun seringkali berpura-pura tidak gila.

'Yup, dugaan terakhir yang paling masuk akal.' Batin Rio sembari menatap Oryza dengan was-was dan penuh antisipasi, just in case kalau-kalau Oryza tiba-tiba melompat dari pagar lalu berlari mengejarnya sembari berteriak tidak jelas ala-ala orang gila.

Sementara itu, apa yang tengah dipikirkan oleh Rio saat ini berbanding terbalik dengan apa yang tengah Oryza pikirkan, gadis itu terlihat kaget dengan kemunculan sosok Rio dihadapannya, dan dugaannya mengenai kedatangan dementor adalah sebuah kesalahan besar.

Fenomena aneh berupa perubahan cuaca yang tiba-tiba mendung, angin yang bertiup dingin, dan perutnya yang tiba-tiba meraung kelaparan ternyata bentuk pertanda dari kedatangan sosok pria jahat yang kini ada dihadapannya itu, nampaknya alam pun seakan ingin menunjukkan kepadanya bahwa sosok pria yang menjadi tetangga barunya itu bukanlah orang yang baik.

Oryza kini membayangkan sosok Rio sebagai manusia yang memiliki dua tanduk hitam di kening, taring yang panjang, sayap hitam, berlipstik merah dan memiliki andil menjaga anak dari seorang raja, duh itu mah Maleficent, Oryzaaa😢

"Ngapain lu kesini? Mau gangguin gue?" Tanya Oryza dengan sengit kepada Rio

'What the hell?!' Rio terperangah akan ucapan Oryza yang terdengar sangat ketus padanya

"Heh cewek gila, biasa aja dong kalo ngomong, siapa juga yang mau gangguin lu." Balas Rio tidak kalah sengit.

Oryza lalu melipat tangannya dengan sikap menantang.
"Jadi lu mau apa kesini, hah?! Mau cari masalah sama gue? Mau ngejahatin gue?!"

Rio tersenyum kesal melihat tingkah Oryza yang menurutnya sudah keterlaluan, baru kali ini ada wanita yang berani bertindak kurang ajar padanya.

"Gue mau lu minta maaf." Jawab Rio dengan singkat.

Oryza terperangah mendengar jawaban itu.
"Minta maaf? Seriously?!" Tanya Oryza tidak habis pikir, bagaimana bisa orang dihadapannya ini menyuruhnya meminta maaf  setelah apa yang sudah ia lakukan kepadanya.

"Yes, just a simple say 'sorry' dan gue bakal ngelupain semuanya." Sahut Rio kemudian.

"Buat apa gue minta maaf? Lu yang mulai cari perkara duluan!" Balas Oryza dengan keras

"Lu udah ngelempar gue pake sendal, udah seharusnya lu minta maaf." Ucap Rio lagi sembari menatap tajam Oryza.

kali ini tatapan itu terlihat sangat berbahaya, seakan itu adalah sebuah peringatan keras bagi Oryza.

"Ngga, gue ngga mau. Emang udah sepantesnya orang jahat kayak elu dilempar pake sendal." Ucap Oryza tanpa ampun, ia benar-benar membenci orang yang menjadi tetangga barunya itu.

Rio menyeringai, matanya yang tajam menatap Oryza dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Gue sebenarnya bukan orang jahat, but sadly you keep calling me bad.." Ucap Rio dengan suara pelan, sebuah senyuman tiba-tiba tercetak dari bibir pria itu, sebelum akhirnya ia melanjutkan ucapannya kembali

"So..I'm gonna show you how bad I am."

***

Be Mine, Please? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang