Oryza membalikkan badannya lalu berlari, berlari sejauh mungkin dari orang-orang yang menganggunya, ia terus berlari hingga alih-alih tiba di toilet, ia justru malah tiba di rumahnya. Iya, Oryza memutuskan untuk pulang kerumah dan tidak akan kembali ke sekolah, setidaknya untuk hari ini.
"Loh Ory, kenapa kamu udah pulang jam segini? Trus kamu kenapa basah kuyup begitu nak?" Tanya Mirna selaku ibunya Oryza. Wajah wanita itu terlihat jelas sangat khawatir dengan kondisi anaknya.
"Gapapa ma, tadi Ory ga sengaja nyalain keran rusak, airnya nyiprat kemana-mana, makanya jadi basah kayak gini." Jawab Oryza sekenanya.
Mirna terdiam sejenak sembari memperhatikan Oryza, tetes-tetesan air yang jatuh dari rambut anaknya itu menunjukkan seberapa parah basah kuyupnya Oryza saat ini, dan Mirna meyakini bahwa hal itu bukanlah semata-mata disebabkan oleh cipratan air yang keluar dari keran yang bocor.
Mirna menarik nafas panjang, berusaha menyembunyikan wajahnya yang sedih
'Lagi-lagi kamu berbohong sama mama, nak..' batin Mirna.
"Yaudah, Ory sekarang mandi dulu pake air anget biar ngga masuk angin ya nak, trus nanti mau balik ke sekolah lagi ngga? Biar mama siapin pakaian sekolahnya." Tanya Mirna dengan lembut.
Oryza menggelengkan kepalanya
"Kayaknya ngga deh ma, Oryza ngga mau balik ke sekolah lagi, mau tidur siang aja, boleh ya ma? Hehe." Ucap Oryza sembari tertawa kecil.Mirna tersenyum pahit melihat usaha Oryza yang masih berusaha nampak ceria di depannya.
"Yaudah gapapa, nanti mama telpon wali kelas kamu, kamu langsung mandi aja sekarang ya." Kata Mirna kemudian.
"Yeyyy! Makasih ma." Sahut Oryza, ia kemudian buru-buru menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya.
*
Setelah selesai mandi dan memakai pakaian bersih, Oryza lalu merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, dipikirannya masih terbayang-bayang peristiwa buruk di lapangan sekolah yang menimpanya.
'Why? Why me?' Batin Oryza, setetes air mata kembali mengalir membasahi pelipisnya.
Ia tidak mengerti dengan orang-orang yang selalu menilai segalanya dari fisik, ia tidak mengerti dengan orang-orang seperti Sandra dan Rio yang meskipun bersikap buruk namun selalu mendapatkan banyak dukungan dan pembelaan, seolah fisik rupawan dianggap lebih penting dibandingkan moral.
"Ah sudahlah!" Ucap Oryza dengan kesal sembari menutup wajahnya dengan bantal, ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini, termasuk nasib tas sekolahnya yang masih berada di dalam kelas.
*
"Apa-apaan sih lo?!" Rio membentak Sandra tepat setelah kepergian Oryza.
"Kenapa? Aku kan cuma mau belain kamu." Jawab Sandra dengan wajah heran, ia tidak mengerti dengan sikap Rio yang terlihat kesal dengannya.
"Dengerin gue baik-baik, gue ngga pernah minta lo dan teman-teman lo untuk ikut campur, ini urusan cuma antara gue dengan Oryza!" Kata Rio dengan nada tinggi.
"Ta-tapi.." Sandra terlihat terpukul akan perkataan Rio kepadanya.
"Sekali lagi lo ikut campur, gue ngga akan tinggal diam." Rio memperingatkan Sandra untuk terakhir kali, sebelum akhirnya pria itu pergi meninggalkan Sandra seorang diri.
Dari kejauhan Benny sedari tadi memperhatikan pertengkaran antara Sandra dan Rio, dan pria itu tanpa sadar mengepalkan tangannya dengan ekspresi wajah penuh dendam saat Rio membentak Sandra hingga terlihat ekspresi kesedihan di wajah perempuan yang ia sukai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...