Oryza menatap selembar saputangan yang ia letakkan di atas meja belajarnya, keningnya mengkerut, seolah saputangan itu tengah mengejeknya.
Selembar kain kecil berwarna biru muda pemberian dari Rio itu sangat bersih dan wangi, sungguh tidak sesuai dengan dugaannya yang sempat berfikir bahwa Rio sengaja memberikan saputangan kotor dengan bercak ingus padanya, atau saputangan dengan bau masam keringat, atau saputangan yang sudah dipeperin upil hiu Megalodon misalnya, karena yang ia tau.. Rio memang 'sejahat' itu padanya, kan?
Atau..mungkinkah dirinya salah menduga?
Mungkinkah Rio tidak sejahat yang ia pikirkan?
"Ry, jangan sampe tuh saputangan salting gara-gara lo liatin mulu." terdengar celetukan Tiar yang sedari tadi heran dengan sikap Oryza yang hanya diam sembari menatap saputangan di hadapannya.
Oryza tertawa mendengar ucapan Tiar barusan
"Masa cuma diliatin jadi salting."Tiar mengangkat bahunya dengan ekspresi bingung
"Kan emang biasanya gitu Ry, ahh... pasti lo ngga tau gara-gara ngga ada yang pernah ngeliatin lo lama-lama ya? Ahahahhaha." ucap Tiar dengan enteng sembari tertawa terbahak-bahak. Iya, Tiar memang cocok jadi bahan amukan massa.Oryza hanya terdiam sembari menatap sebal Tiar, dalam hati ia mulai menyusun rencana untuk memutuskan tali pertemanannya dengan makhluk kasat mata yang duduk di sebelahnya itu, tapi setelah ia sadar bahwa hanya Tiar satu-satunya teman yang ia miliki, maka ia menghilangkan niatnya itu.
"Lagian emang ada apa sih dengan saputangan itu? Kenapa diliatin terus?" tanya Tiar dengan penasaran.
"Gapapa kok, cuma rada heran aja.." jawab Oryza pelan.
"Heran karena...?" tanya Tiar lagi
"Karena lo yang terlalu kepo." Oryza melirik Tiar lalu tersenyum jahil.
Tiar memutar bola matanya mendengar jawaban Oryza. "Bodo amat." Sahutnya dengan wajah sebal.
Ddrrrttt
Ponsel Tiar tiba-tiba bergetar, karena saat ini belum ada guru, maka gadis itu segera mengecek ponselnya untuk segera mengecek notifikasi yang masuk, dan seketika wajah Tiar langsung panik setelah membaca sebuah pesan yang baru saja masuk.
"Anjrot! Ketos lagi jalan ke sini, dia mau minjem catatan rencana kegiatan OSIS yang gue susun, duh mana belom lengkap lagi!" ucapnya Tiar dengan wajah panik
"Ke-ketos?!"
wajah Oryza ikutan panik, padahal dia tidak ada hubungan dengan dunia perOSISan.
Kepanikan Oryza bukan tanpa sebab, yang menjadikan ia panik setelah mendengar kata 'Ketos' yang diucapkan oleh Tiar barusan adalah karena...sejak hari pertama gadis itu menginjakkan kaki di SMA kusuma Bakti, di hari itu pula ia telah jatuh hati dengan si Ketos.
Ketos alias Ketua OSIS saat ini dijabat oleh Egy Pratama Yudha, seorang siswa laki-laki kelas XI IPS 1. Sejak bertahun-tahun lamanya jabatan Ketos selalu saja berasal dari siswa ataupun siswi jurusan IPA, seakan hal itu sudah menjadi tradisi di SMA Kusuma Bakti.
Kemunculan Egy yang berasal dari jurusan IPS tiba-tiba membuat heboh seisi sekolah karena ia dengan berani mencalonkan dirinya untuk menjadi Ketos, munculnya Egy dari perwakilan jurusan IPS seakan membuktikan bahwa tidak semua anak IPS itu bandel dan urak-urakkan seperti yang dipikirkan selama ini.
Saat dilangsungkan proses pemilihan Ketos, sosok Egy lah yang paling banyak mendapatkan dukungan, baik dari pihak siswa siswi maupun dari pihak guru, hal itu disebabkan dirinya yang ternyata sangat visioner, bijaksana dan dinilai mampu mengemban jabatan dengan baik, bahkan salah seorang guru memprediksikan karir Egy akan terus melambung tinggi hingga pada akhirnya ia berhasil memenangkan pilpres beberapa puluh tahun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...