"Ga berubah ya lo dari dulu, sering banget mau jatuh." celetuk Rio.
Oryza buru-buru membetulkan posisinya yang nyaris saja terjerembab kalau saja tangan Rio tidak menahan kerahnya seperti saat ini.
"Mau jatuh? jadi lo kira ini semacam kemauan gue buat jatuh?" Balas Oryza dengan wajah kesal, ia langsung menepis tangan Rio yang masih saja mencengkram kerah bajunya hingga menyebabkan bajunya kusut.
"Okay, you're welcome." Sahut pria itu sambil melipat tangannya, menyindir aksi Oryza yang malah mengomelinya alih-alih mengucapkan terima kasih.
'Sabar Ry... sabar... lu memang harus banyak-banyak bersabar menghadapi Rio si Kepala Batu ini..' Oryza menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan sepenuh hati tepat di wajah Rio, membuat pria itu langsung sempoyongan setelah menghirup 'aromaterapi' milik Oryza.
"Ini kiriman dari nyokap, tadi bikin bakwan jagung." Oryza lalu menyodorkan sebuah paperbag kecil yang sejak tadi ia tenteng ke arah Rio, paperbag berisikan beberapa potong bakwan jagung nikmat buatan ibunya.
"kenapa tadi ga lo langsung kasih aja ke gue? kan tadi kita sempet pas-pasan di jalan, kenapa lo repot-repot nganterin ke rumah?" tanya Rio sembari mengulurkan tangannya dan menerima paperbag pemberian Oryza.
"Itu...itu... gue khawatir." Jawab Oryza dengan panik
"Khawatir kenapa?" Tanya Rio curiga.
"Khawatir bakwannya keburu lo abisin di jalan trus tante Anita ga kebagian." Jawab Oryza sekenanya.
Rio mendengus mendengar jawaban yang tidak masuk akal itu.
"terserah lo deh.""Rio, kamu ngobrol sama siapa di depan pintu?"
sayup-sayup terdengar suara Anita alias ibunda Rio dari arah dalam rumah.
"Sama hiu Megalodon ma, dia nganterin bakwan jagung." celetuk pria itu dengan seringaian kecil di bibirnya.
"Kamprett!!"
Ingin sekali rasanya Oryza menimpuk kepala Rio dengan pot kembang miliknya, meskipun.. ia tau itu tidak mungkin terjadi, pot kembang bukanlah suatu hal yang lazim di bawa kemana-mana, pot kembang juga tidak bisa disimpan di saku celana, selain itu bagi Oryza pot kembang merupakan barang berharga yang tidak pantas ditimpukkan ke kepala Rio yang hina.
"Rio..Rio.. Mana ada sih hiu Megalodon nganterin bakwan jagung siang-siang gini, kamu yang bener aja aja klo ngomong... eh! Ada Oryza rupanya!"
Anita yang akhirnya berjalan mendekati Rio karena penasaran dengan identitas lawan bicara anaknya itu seketika kaget mendapati sosok Oryza yang kini berdiri di hadapannya.
"Duhh kamu ini ya! Oryza dateng bukannya disuruh masuk malah diajak ngobrol depan pintu!" Anita sejenak mendelik sebal ke arah Rio, lalu secepat kilat mengubah ekspresinya untuk kemudian tersenyum manis ke arah Oryza.
"Sini nak, masuk dulu yuk.. ngobrol-ngobrol dulu sama tante yaa."
Oryza menelan ludahnya, jujur sebenarnya ia enggan untuk berlama-lama berada disini, ditambah lagi dengan melihat wajah tampannya Rio yang entah kenapa semakin membuatnya merasa sebal.
"Anu.. maaf tante, tadi mama nyuruh Oryza beli pot kembang di toko bunga depan gang, takutnya keabisan kalo ngga beli sekarang, hehe."
'Yaelahh kok balik lagi ke pot kembang sih Ryyyyy...' Oryza seketika meringis mendengar alasan kurang cerdas yang keluar dari mulutnya sendiri
"Ohh.. mau beli pot kembang ya." Anita manggut-manggut, dalam hatinya ia mulai panik memikirkan situasi jika pot kembang menjadi langka di kemudian hari, seperti kasus minyak goreng.
"Yaudah Rio, kamu temenin Oryza beli pot kembang ya, sekalian beliin buat mama juga!" ucap wanita itu akhirnya. Iya memang.. Anita suka 'latah' orangnya
'Lahhhhh... kok jadi ginii..'
Oryza menjerit dalam hati, kebohongan-kebohongan kecil yang ia buat justru malah menjadikan petaka baginya.
Gadis itu melirik Rio yang ternyata sedari tadi sudah lebih dulu memperhatikannya, pria itu mendengus lalu membuka mulutnya guna mengucapkan sebuah kata tanpa suara yang ditujukan kepada Oryza.
"Bodoh."
*
Matahari bersinar semakin terik ketika Rio menyalakan motornya lalu menghampiri Oryza yang berdiri disebelah Anita
"Buruan naik." ucap Rio singkat, menyuruh gadis itu untuk segera menaiki motor gedenya.
Oryza dengan berat hati mengangkat kakinya sebelah untuk kemudian mengambil posisi duduk dibelakang Rio.
"Udah?" tanya Rio kemudian.
"Iya udah." Sahut Oryza.
"Oke, sekarang turun." perintah Rio lagi
"......"
"Udah Rio, berhenti ngusilin Oryza!" Anita yang sedari tadi melihat tingkah anaknya yang semakin petakilan berhasil membuat kesabarannya hilang.
'Bagus tante, marahin aja dia terus!' dukung Oryza dalam hati.
"Hehe becanda ma." Sahut Rio sambil tersenyum manis kearah Anita, sebelum akhirnya pergi dengan motornya bersama Oryza.
**
Alih-alih pergi ke toko kembang untuk mengantarkan Oryza membeli pot, Rio malah langsung mengantarkan Oryza untuk pulang ke rumah, hal itu tentu saja membuat gadis itu merasa lega karena ia terhindar dari membeli barang yang tidak ia rencanakan sebelumnya.
"Gue tau lo tadi cuma ngebohongin nyokap gue, lo ga ada niat kan buat beli pot kembang?" Tanya Rio tepat disaat Oryza turun dari motornya.
"Hmm." respon Oryza sekenanya, ia masih kesal dengan perlakuan menyebalkan yang Rio lakukan padanya tadi.
"Yaudah gue balik kalo gitu, titip salam sama nyokap lo, bilangin makasih atas kiriman cemilannya." ucap Rio kemudian.
"Oke."
mendengar jawaban-jawaban singkat yang terus menerus keluar dari mulut Oryza membuat Rio bergeming, ia menatap wajah Oryza dan mendapati raut kekesalan disana.
"why?" tanya pria itu akhirnya.
"what do you mean 'why' ?" Oryza malah balik bertanya
"Lo marah?" Rio memperjelas pertanyaannya itu.
'Menurut looooo?' Oryza balik bertanya dari dalam hati, tak lupa ia memutar kedua bola matanya sebagai bentuk bahwa dirinya mulai jengah dengan keberadaan pria itu.
"Kalo ada masalah tuh diomongin Ry, jangan dipendem, ini bukan sinetron Indosair, gue ga bakal tau isi hati lo kalo ga diomongin." ucap Rio lagi
Oryza seketika mendengus mendengar perkataan Rio barusan.
"Iya gue marah! gue muak dengan tingkah lo yang nyebelin itu!" jawabnya tanpa raguBukannya merasa bersalah, Rio malah langsung terkekeh mendengarnya, ia tidak menyangka bahwa ucapan-ucapan isengnya tadi benar-benar berhasil membuat marah Oryza.
dan yang selanjutnya terjadi cukup membuat Oryza terkejut sehingga ia tidak mampu berkata-kata lagi.
Rio menjentik jidat Oryza dengan menggunakan jari, jentikan itu tidak keras, tapi cukup membuat gadis itu tersentak hingga mundur beberapa langkah.
"Sikap lo dulu ke gue jauh lebih nyebelin daripada ini Ry, jadi ya.. nikmatin aja." ucap pria itu dengan enteng, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Oryza dengan sejuta pertanyaan dibenaknya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...