" Rio, ini hari pertama kamu di sekolah tapi kamu sudah berani berkelahi dan berniat mau mencolok mata siswa lain, mau kamu apa, hah?! Mau dikeluarkan dari sekolah ini?! " Miss Diana terlihat geram dengan ulah Rio.
Rio hanya diam sembari mengepalkan tangan, ia sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak membanting seluruh perabotan yang ada di ruangan wali kelasnya saat ini dan membuat kesan hari pertamanya di sekolah semakin hancur.
Rio benci dengan situasi ini, situasi ketika ia harus dengan sekuat tenaga 'berkelahi' dengan dirinya sendiri.
Saat ini hanya Rio dan Miss Diana saja yang berada di dalam ruangan itu, sedangkan Benny dan Tian sudah lebih dulu diperbolehkan untuk pulang.
"Kamu pikir saya tidak tahu kenapa kamu di keluarkan dari sekolah kamu yang lama? Kamu pikir saya tidak tahu kalau di sekolah kamu yang lama, kamu adalah murid yang bermasalah? Kamu pikir saya tidak tahu kalau kamu sering terlibat perkelahian di sekolah, bahkan kamu pernah ketahuan memakai narkoba? Kamu pikir saya tidak tahu semua itu?! " Bentak Miss Diana.
Rio tersentak mendengar semua ucapan itu, bukan.. bukan karena betapa banyaknya Miss Diana menggunakan kata 'pikir' hingga membuatnya tidak habis pikir, melainkan semua yang diucapkan oleh Miss Diana memang benar adanya.
"Maafkan saya Miss." Ucap Rio dengan suara pelan, meskipun begitu wajahnya tidak terlihat menyesal sedikitpun. Rio mengatakannya dengan ekspresi yang sama ketika dirinya menolak permintaan seorang kasir Indimaret yang berusaha mengajaknya berbuat kebaikan dengan cara mendonasikan kembalian 200 perak untuk kaum duafa.
'Maaf, saya mau uang kembalian 200 perak saya saja, saya tidak mau berdonasi.' Ucap Rio pelan, tanpa wajah menyesal sedikitpun ia menadahkan tangannya, menunggu si Kasir Indimaret memberikan uang 200 perak miliknya.Ya, memang Rio sekeji itu.
"Asal kamu tahu, beberapa hari yang lalu saya sudah bertemu dengan ibu kamu, dan beliau cerita sama saya tentang betapa sedihnya beliau melihat kondisi kamu, Rio." Miss Diana melembutkan suaranya. Dengan pelan ia menepuk-nepuk pundak Rio, wanita itu kemudian melanjutkan ucapannya kembali
"Tolong kamu pikirkan perasaan ibu kamu dan jangan berfikir egois, pikirkan orang-orang yang menyayangi kamu."'Egois? Siapa yang egois?'
Rio selama ini tidak pernah merasa bahwa dirinya egois, pun dengan kejadian hari ini, bukan dirinya yang memulai pertengkaran duluan, ia tadi hanya ingin sekedar menikmati teh botolnya dengan tenang sebelum akhirnya datang dua orang bodoh yang mengganggunya, jangan salahkan jika dirinya membalas, itu semua hanyalah usahanya untuk membela diri.
"Kamu paham kan dengan ucapan saya?" Pertanyaan Miss Diana membuyarkan Rio yang ternyata sempat melamun.
"Iya, saya paham." Jawab Rio singkat sembari mata hitamnya menatap Miss Diana.
Miss Diana menganggukkan kepalanya, sembari dalam hatinya komat-kamit baca mantra, ralat, memanjatkan doa, berharap ini terakhir kalinya ia melihat siswa di depannya ini membuat ulah.
"Oke, berhubung ini hari pertama kamu di sekolah ini, maka kesalahan kamu hari ini saya maafkan, saya anggap hari ini tidak terjadi apa-apa diantara kamu dan Benny, untuk itu saya mohon kepada kamu untuk tidak lagi mencari masalah di sini."
Rio menganggukkan kepalanya setelah mendengarkan ucapan itu.
"Iya Miss, terima kasih banyak." Ucap Rio pelan."Baiklah, sekarang kamu boleh pulang." Kata Miss Diana akhirnya.
Tanpa mengatakan apapun, Rio langsung berdiri dan keluar dari ruangan tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...