Suasana di kelas XII IPA 1 yang tadinya ricuh dan anarkis seketika hening saat Miss Diana datang memasuki kelas diikuti dengan seorang siswa yang berjalan disebelahnya, para siswi di kelas itu seketika terpana melihat paras yang dimiliki oleh siswa itu, terutama Sandra, wanita itu bahkan tanpa sadar meneteskan air liurnya tepat diatas buku catatan bahasa Inggrisnya yang terbuka, jika saja buku itu benda hidup dan bisa bergerak, pastilah saat ini ia tengah terburu-buru lari ke wastafel untuk segera mensucikan diri.
Perhatian semuanya." Ujar Miss Diana secara otomatis, kedua kata itu adalah kata yang biasa ia ucapkan sehari-hari agar para murid mau mendengarkannya saat ia akan mengatakan suatu hal yang penting, namun meskipun begitu, saat ini Miss Diana nampaknya menyadari bahwa ia sebenarnya tidak perlu mengatakan hal itu, karena sepertinya seluruh penghuni di kelasnya saat ini sudah lebih dulu memberikan perhatian kepadanya, ralat, perhatian kepada siswa yang berada di sebelahnya, dan Miss Diana paham betul kenapa.
Awalnya Miss Diana keberatan menerima pemuda yang ia ketahui bernama Rio Hirata ini untuk bergabung di kelasnya, wajahnya yang tampan dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi muridnya yang lain, terkhusus para siswi, Miss Diana bergidik membayangkan jika suatu saat Rio maju kedepan kelas hendak mengerjakan soal di papan tulis, seorang siswinya malah berteriak histeris 'Ahhh jangan Miss... jangan suruh Rio maju kedepan, nanti rahim saya anget..'
'Amit amit.. amit amit...' ucap Miss Diana dalam hati sembari bergantian mengetuk-ngetuk permukaan meja dan kepalanya dengan buku jarinya, sambil dalam hati berharap hal yang sangat tidak ilmiah itu bisa membantu menyingkirkannya dari situasi horror yang ia bayangkan tadi.
Dengan alasan bahwa kelas XII IPA yang lain kondisinya sudah penuh semua, maka Miss Diana berbesar hati menampung Rio Hirata di kelasnya, terlebih lagi setelah Miss Diana mengamati rapor penilaian milik Rio dari sekolah sebelumnya, diketahui bahwa Rio sebenarnya tergolong siswa yang cerdas dan menguasai hampir seluruh mata pelajaran, kecuali Bahasa Indonesia, angka di rapornya sama persis dengan angka di kolom KKM, tidak lebih dan tidak juga kurang.
"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru pindahan dari salah saru SMA unggulan di Jakarta." Ucap miss Diana kepada seluruh penghuni kelasnya, wanita itu kemudian menoleh ke arah Rio.
"Baiklah nak Rio, silahkan perkenalkan diri kamu ya." ucap Miss Diana sembari tersenyum lalu sedikit menggeser tubuhnya ke pinggir agar Rio mendapatkan ruang yang cukup untuk memperkenalkan diri.
Rio mengangguk sembari mengucapkan terima kasih kepada Miss Diana selaku wali kelasnya.
"Perkenalkan, nama saya Rio Hirata, kalian bisa panggil saya Rio, saya berasal dari Jakarta. Salam kenal semuanya." Ucap Rio dengan singkat dan padat, yang kemudian ucapannya itu diakhiri dengan sebuah senyuman manis yang membuat semua siswi di kelas itu menjadi heboh, ada yang berteriak histeris, ada yang spontan bertepuk tangan, ada yang cengengesan salting, dan bahkan ada yang mengambil posisi sikap lilin- ngga ding, yang ini bohong.
Sementara para bujang di kelas itu terlihat jelas menahan gondok mereka, kehadiran sosok Rio yang dengan mudah berhasil mengambil hati seluruh siswi di kelas seketika menjadi ancaman dan membuat Rio secara otomatis menjadi orang yang kehadirannya tidak mereka sukai, terutama oleh Benny.
Tingkah Sandra yang terlihat begitu menyukai Rio membuat kedua lubang hidung Benny kembang kempis, saat ini Benny persis seperti Banteng jantan yang disodori lipstik merah oleh pemiliknya, marah, itulah yang Benny rasakan saat ini.
Benny adalah tipekal pria cemen yang lebih memilih menyukai secara diam-diam dan memendam perasaannya terhadap wanita yang ia sukai, dalam hal ini adalah Sandra, tapi di sisi lain, Benny akan marah jika ada pria lain yang tidak cemen seperti dirinya dan berniat ingin mendekati Sandra, atau yang berhasil menarik perhatian Sandra, seperti posisi Rio saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...