Rio dengan wajah serius tingkat dewa tengah memperbaiki motornya yang tiba-tiba saja mati mesin, waktu sudah menunjukkan pukul 06:40 dan motornya tetap saja tidak bisa dinyalakan, seakan tengah mengadakan aksi mogok kerja.
"Loh Rio? Kamu belum berangkat sekolah?" tanya Anita dari kejauhan dengan wajah heran
"Hmm... bagaimana yaaa? Bagaimana caraku menjawab pertanyaan yang ga penting itu?" gurau Rio sembari tetap fokus mengutak-atik mesin motornya, meskipun pada akhirnya gurauan itu terpaksa ia 'tarik' kembali setelah dilihatnya Anita dengan wajah geram datang menghampirinya sembari membawakan sebilah gagang sapu.
"Lagi benerin mesin motor ma, mesinnya tiba-tiba nggak mau dinyalain, jadi ya.. belum bisa berangkat ke sekolah." jawab Rio dengan wajah penuh takzim.
"Ohh... gitu, yaudah jadi gimana sekolahnya?" tanya Anita lagi
"Dengan sangat berat hati, terpaksa tidak masuk sekolah du-"
Belum selesai Rio mengungkapkan jawabannya atas pertanyaan itu, Anita lagi-lagi menghampirinya dengan gagang sapu ditangannya."Ga boleh! Pergi sana ke sekolah sekarang, jalan kaki!"
***
Oryza tengah berjalan kaki menuju sekolah sembari menyeka wajahnya yang berkeringat menggunakan selembar saputangan berwarna biru muda pemberian seorang tetangga sekaligus kakak kelas menyebalkan bernama Rio.
'Ngga ada orang menyebalkan yang rela ngasih saputangan buat lo'
Terdengar suara hati kecilnya yang protes, nampaknya sedikit banyak saputangan itu berhasil mengubah persepsi Oryza tentang tetangga barunya yang bernama Rio itu.
'Mungkin dia ngga semenyebalkan itu.' batin Oryza akhirnya.
"Oi gendut!"
Oryza menghentikan langkahnya seketika. Dengan tatapan horror gadis itu menolehkan wajahnya ke arah suara milik-entah-siapa yang seketika berhasil membuatnya kesal itu.
Nampak Rio tengah berjalan kearahnya dengan santai, seakan tidak menyadari ekspresi Oryza yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan siap membunuh.
Secepat kilat Oryza menyesali pemikirannya yang sempat berpikir bahwa Rio bukanlah orang yang menyebalkan, ternyata pria yang kini tengah berjalan mendekatinya adalah makhluk paling menyebalkan yang ada dimuka bumi.
"Bilang apa lo tadi?" tanya Oryza dengan wajah murka.
"Oi gendut." Rio mengulangi sapaannya tadi, lengkap dengan wajah cengengesan minta ditampol.
"Brengsek!" Oryza dengan cepat mendorong tubuh Rio dengan kesal, betapa ia membenci pria dihadapannya itu saat ini.
Rio yang sempat terperangah dengan respon Oryza barusan perlahan tersenyum, seakan hal itu bukan berarti apa-apa baginya.
"Kenapa lo senyum-senyum?!" Tanya Oryza dengan nada tinggi, ia sama sekali tidak memahami jalan pikiran dari kakak kelasnya itu.
"Lo seharusnya segalak itu sama orang-orang yang gangguin lo di kantin, biar mereka kapok." jawab Rio kemudian, lalu tanpa mengatakan apapun lagi ia melanjutkan kembali langkah kakinya menuju sekolah, meninggalkan Oryza yang berdiri mematung dibelakangnya.
"Mereka ngga akan berhenti gangguin gue."
Tiba-tiba terdengar suara Oryza, dan suara itu terdengar sedih.
Rio menghentikan langkahnya, dengan cepat ia menolehkan wajahnya ke belakang untuk melihat Oryza dan mendapati gadis itu tengah menatapnya dengan nanar.
"Orang-orang itu, dan juga Sandra serta kawan-kawannya.. mereka semua ga akan berhenti gangguin gue, ga peduli seberapa besar usaha yang udah gue lakuin buat membela diri." ungkap Oryza. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, mencoba menahan luapan emosi yang tiba-tiba saja ia rasakan.
"Let's make a deal then." Sahut Rio tiba-tiba. Pria itu berputar arah kembali menghampiri Oryza, sebuah senyuman terukir di wajahnya saat ini, senyuman yang entah kenapa berhasil membuat Oryza bergidik.
"W-what deal?" tanya Oryza dengan bingung.
Kini Rio berdiri tepat di hadapan Oryza, matanya yang berwarna hitam menatap Oryza dengan intens sebelum akhirnya menjawab pertanyaan itu
"Be nice to me." Ucapnya.
"Hah?" Oryza semakin tidak mengerti maksud dari perkataan Rio.
"Be nice to me Oryza, lo harus turutin semua kemauan gue, dan sebagai imbalannya.. gue pastiin ga ada yang berani gangguin lu lagi."
Oryza hendak membuka mulutnya untuk menolak mentah-mentah permintaan dari tetangga barunya itu ketika tiba-tiba melintas motor Kawasaki Ninja tipe 250L bewarna merah dengan kecepatan tinggi.
"Oh!"
Oryza dengan histeris menunjuk pengendara motor itu, ia dengan segera meyakini bahwa pemilik motor itulah yang telah membuat baju sekolahnya basah dan berimbas pada kejadian-kejadian buruk yang menimpanya dihari itu."
"Kenapa?" Tanya Rio sembari mengikuti arah pandang Oryza yang tengah menatap motor ninja merah yang barusan melewati mereka.
"Gara-gara motor itu baju gue pernah basah, trus gue dibully gara-gara pakaian gue kotor dan bau kena cipratan dari air-"
Belum juga Oryza menyelesaikan ucapannya, sesuatu tiba-tiba terjadi dengan begitu cepat.
Rio dengan segera memungut batu berukuran sedang yang kebetulan tergeletak di dekat kakinya, batu itu langsung ia lemparkan ke arah motor yang ditunjuk Oryza hingga tepat mengenai kaca spion motor dan menimbulkan bunyi yang cukup keras seiring dengan patahnya gagang spion itu.
Si pemilik motor gede yang tengah memakai helm itu segera mengentikan laju kendaraannya, siapapun ia saat ini pastilah merasa tidak terima dengan perbuatan yang dilakukan oleh Rio barusan pada motornya.
"Lo ngapain ngelakuin hal itu.. kalo dia minta ganti rugi gimana?!" tanya Oryza dengan histeris.
Rio memilih mengacuhkan Oryza, pria itu segera mendekati si pemilik motor yang masih juga mengenakan helm.
"Buka helm lo sekarang!" kata Rio dengan nada perintah, kalau saja dia tidak memakai pakaian sekolah, orang lain mungkin akan mengira pria itu merupakan anggota dari komplotan begal."Ganti kaca spion gue." Si pemilik motor memilih mengacuhkan perintah Rio, ia malah menunjuk kaca spion miliknya yang tergeletak di atas tanah.
"Oke, ntar gue ganti. Sekarang lo buka helm dulu trus minta maaf sama cewek itu, lo dulu udah bikin baju dia basah gara-gara kena cipratan air dari motor lo." balas Rio sambil menunjuk ke arah Oryza.
Oryza sangat kaget mendengar perkataan Rio, ia tidak percaya atas tindakan yang telah dilakukan oleh Rio saat ini, belum selesai ia mengatasi rasa kagetnya, gadis itu kembali dikagetkan dengan sosok pemilik motor yang baru saja mengikuti permintaan Rio dengan melepas helmnya, yang dimana ternyata merupakan seseorang yang ia kenal, sangat ia kenal.
"K-kak Egy?!" teriak Oryza dengan wajah tidak tidak percaya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Please?
Teen Fiction[REVISI] Pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Oryza, suara tawanya begitu renyah, nampak giginya yang putih dan berbaris rapi seolah menambah pesona yang dimiliki oleh pria itu. Seandainya saja mereka berada di situasi yang normal nan damai, Or...