Clumsy

1.1K 157 16
                                    

Kim Doy
Meeting dadakan.
Kau tunggu saja di sana,
Ten yang akan menjemputmu

Lalisa yang baru saja mendarat di bandara Icheon harus mengumpat kasar setelah membaca pesan yang diterimanya dari Kim Doyoung, salah satu rekan kerjanya yang juga teman baiknya. Padahal semalam pria itu sudah berjanji akan menjemputnya sekembalinya perempuan itu dari Jepang.

Ten Lee, salah satu teman Doyoung yang juga bisa dikatakan rekan kerja Lisa. Tapi, satu perusahaan juga tau bagaimana hubungan Ten dan Lisa setiap harinya. Mereka bagai kucing dan anjing yang tidak bisa disatukan sama sekali, setiap mereka berada di tempat yang sama maka akan berakhir dengan perdebatan atau bahkan pertengkaran.

Dengan santai Lisa melangkah keluar dari ruang tunggu menghampiri Ten yang katanya sudah berada di luar menunggunya. Koper di sebelah kiri, paper bag di sebelah kanan dan sling bag yang tersampir di bahu, ia terlihat seperti turis yang baru saja pulang berlibur dibandingkan seorang karyawan yang baru melakukan perjalanan dinas.

"Ayo, aku lelah." Satu kalimat perintah dikeluarkan Lisa begitu meliat Ten, ia bahkan hanya melewatinya begitu saja tanpa merasa perlu repot-repot menyapa terlebih dahulu.

Ten mendongak, menatap Lisa yang berlalu tanpa melihat ke arahnya. Pria itu mendengus, tidak merasa terusik dengan sifat kasar Lisa toh setiap hari mereka selalu seperti ini. Dalam diam, dia hanya mengekori Lisa menuju parkiran memastikan perempuan itu tidak salah menaiki mobil.

"Bangunkan aku kalau sudah sampai," satu lagi kalimat perintah dari Lisa, kini mereka sudah berada di mobil yang perlahan keluar dari area bandara.

Ten tidak menjawab, memilih fokus menyetir tanpa peduli dengan yang dilakukan Lisa di kursi penumpang bersebelahan dengannya. Sesekali pria itu ikut bersenandung kala lagu yang terdengar dari radio tidak asing di telinganya.

Sementara Lisa, ia benar-benar langsung tertidur tidak lama setelah mobil mereka keluar dari bandara. Ia sangat membenci morning flight, perempuan itu masih dendam dengan rekannya dibagian umum yang sengaja membeli tiket di jam yang paling dibencinya.

Ten melirik manusia di sampingnya, dari Doyoung ia tahu Lisa sangat benci penerbangan pagi apalagi dihari libur karena itu sama saja menganggu waktu tidurnya. Weekend dan bangun pagi tidak bisa disatukan dalam kamus seorang Lalisa. Karena itu, semalam Doyoung menawarkan diri untuk menjemput.

"Lisa, bangun. Sampai kapan kau akan tidur?" Ten menepuk pelan kepala Lisa beberapa kali berusaha membangunkan dengan cara halus.

"Lisa..." ulang pria itu, ia mengguncang tubuh Lisa pelan sampai perempuan itu menggeliat dari posisi tidak nyamannya.

"Hng?"

"Sudah sampai."

Lisa mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia benar-benar lelah dan sangat mengantuk saat ini. Bahkan saat ia berhasil keluar dari mobil, Lisa masih sempat tertidur sembari bersandar dipintu mobil saat Ten mengeluarkan semua bawaannya dari bagasi.

"Astaga..." gumam Ten yang heran melihat tingkah Lisa.

"Lisa..."

"Hm?"

"Ayo, biar barangmu aku yang bawa."

Lisa hanya mengangguk lemah, dengan gontai ia melangkah menuju lift dan sempat menekan tombol lantai lima sebelum kembali tertidur sembari bersandar.

Doyoung, Ten dan Lisa tinggal di gedung apartemen yang sama. Hanya saja berbeda lantai, Doyoung dan Ten di lantai lima sedangkan Lisa di lantai sepuluh.

"Lisa, ini lantai lima bukan lantai sepuluh." Ucap Ten saat Lisa melangkah keluar dari lift.

"Aku tahu."

"Ayo, aku antar ke unitmu."

Lisa mengabaikan ucapan Ten, dengan lincah perempuan itu memasukkan kode di unit tempat tinggal Doyoung dan Ten. Setelahnya, ia langsung masuk tanpa perduli dengan Ten yang mendengus kesal melihat tingkahnya.

"Apalagi sekarang..." kesal Ten melihat Lisa yang sudah masuk ke unitnya. Masih membawa barang-barang Lisa, ia menyusul masuk dan menemukan perempjan itu terbaring terlentang di ruang tengah beralaskan karpet halus berwarna hitam.

Ten berusaha untuk tenang, berusaha untuk tidak kesal. Setelah meletakkan barang-barang Lisa didekat pintu, pria itu mendekati Lisa dan duduk di sofa yang memang berada di ruangan itu.

"Lisa, bangun."

Masih tidak ada tanggapan.

"Lalisa, bangun."

Mata cantik itu masih tertutup.

"Tidur di unitmu, jangan di sini."

Perempuan itu terlihat tenang tidak merasa terganggu sama sekali.

"Doyoung baru pulang nanti malam, kau harus kembali ke unitmu."

"Ya! Astaga!" Pekik Lisa marah. Ia kesal sekali tidak bisa tidur dengan tenang.

"Ten Lee! Kenapa kau berisik sekali sih? Iya aku tahu ini bukan unitku, iya aku tahu Doyoung pulangnya malam, terus kenapa?! Aku hanya ingin menumpang tidur sebentar, astaga!"

Muka Lisa memerah, ia sudah terduduk, sedikit mendongak melihat Ten yang duduk di sofa dengan wajah tanpa bersalahnya.

"Tidur di unitmu," suruh Ten sekali lagi dengan wajah yang datar.

"Kenapa kau berisik sekali sih?! Sialan! Aku hanya ingin tidur!" Bentaknya marah, ia tidak peduli dengan Ten yang menunjukkan wajah tak sukanya. Sungguh. Ia hanya ingin tidur. Matanya terasa berat seakan ada berton-ton batu dikelopak matanya.

Lisa bisa mendengar dengusan kasar dari Ten, tapi sekali lagi ia memilih mengabaikan dan kembali berbaring sembari memejamkan matanya.

"Aku ini pria..."

Suara Ten kembali terdengar.

"...disini hanya ada kau dan aku," lanjut pria itu membuat Lisa menajamkan telinganya.

'Kalau Ten pria, dan di sini hanya ada mereka berdua. Memang kenapa?'

"Dan ku rasa kau lupa kalau aku ini pria normal."

Tepat setelah Ten mengatakan itu mata Lisa terbuka, ia hampir saja berteriak karena kini Ten berada tepat di atasnya. Mengungkungnya dengan kedua tangan dan kaki sebagai tumpuan, jarak mereka pun hanya terpaut sejengkal.

"T-t-ten..." Lisa terbata, mendapatkan tatapan tajam dari Ten dengan jarak sedekat ini bukan sesuatu yang bagus untuk jantungnya.

Saat ini Lisa bisa melihat jelas warna mata, tebalnya alis, panjangnya bulu mata, tajamnya hidung bahkan tahi lalat di bawah mata Ten. Semua terlihat jelas, dan Ten terlihat tampan.

"T-ten... apa yang kau lakukan?" Lagi, Lisa terbata. Kantuknya sudah hilang menguap entah kemana. Posisi ini terlalu berbahaya untuk kewarasannya.

"Kau..." hangat nafas Ten menabrak wajah Lisa membuat perempuan itu merinding seketika.

"...berhentilah menjadi ceroboh," ucap Ten dengan suara yang parau sebelum akhirnya bangkit dan meninggalkan Lisa yang masih terlejut.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Lisa bangkit, mendudukkan dirinya, meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Kesal menyelimuti hatinya, jantungnya berdetak cepat membuatnya merasa sesak. Dan jangan lupakan wajahnya yang memerah karena menahan malu.

"Brengsek!" Umpatnya.

SkylaR🍂

BLOOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang