Is it alright?

1.2K 157 19
                                    

Rooftop selalu menjadi pilihan terbaik saat ingin menyendiri. Seperti saat ini, sehabis pelajaran jam pertama yang bahkan tidak bisa diikutinya dengan fokus—Lisa berada di sana. Dengan sekaleng soda ditangannya, gadis itu duduk bersila menatap hamparan langit yang terlihat cerah siang ini. Helaan nafas berat sesekali terdengar, bibirnya pun tak luput dari gigitan-gigitan kecil. Satu kebiasaan buruk yang ia lakukan saat sedang berpikir.

"Bibirmu bisa terluka..."

Lisa hampir menjatuhkan kaleng soda karena terkejut, ia kemudian menoleh dan mendapati satu wajah tidak asing yang kini berada di sampingnya dengan sekaleng kopi.

"Guru Lee..." lirihnya pelan, ia terlalu terkejut melihat sang guru yang kini mendudukkan diri dengan nyaman disampingnya.

"Kau membolos?" Tanya pria itu mengabaikan wajah terkejut muridnya.

"Iya." Singkat si gadis, toh percuma berbohong. Lisa sudah tertangkap basah, dia akan pasrah menuruti perintah sang guru jika disuruh kembali ke kelas.

"Baguslah, aku jadi tidak sendiri."

Mendengar itu, kening Lisa berlipat bingung.

"Guru Lee, apa anda juga membolos?"

Pria itu mengangguk. "Ya, aku bosan dan ingin sendiri."

"Apa aku menganggu?" Sela gadis itu cepat.

Pertanyaan Lisa membuat pria itu terkekeh pelan, ia menggeleng sebagai jawaban. Dia tidak keberatan jika Lisa disini, toh rooftop ini milik sekolah bukan miliknya.

"Guru Lee, apa kau ada masalah?" Tanya Lisa memberanikan diri. Ia mulai bosan dengan suasana hening disekitar mereka.

"Hm, tidak juga. Hanya ada beberapa urusan yang belum aku selesaikan, dan itu membuatku jenuh. Bagaimana denganmu? Apa kau punya masalah?"

"Entahlah, mungkin saat ini aku sedang jenuh dengan hidupku..."

Kalimat putus asa yang disampaikan dengan datar tanpa ekspresi berhasil membuat pria itu menoleh. Dalam diam, ia mengamati wajah muridnya—mencoba menebak isi kepala gadis itu.

"Ingin bercerita?" Tawarnya, saat Lisa menoleh dan manik mata mereka bertemu.

Dan begitulah, meskipun awalnya canggung tapi pada akhirnya mereka menghabiskan waktu saling bertukar cerita sampai lonceng jam istirahat berbunyi.

*****

"Lisa, kau lihat tadi 'kan? Guru Kwon tersenyum padaku. Astaga! Rasanya aku ingin pingsan saja." Heboh Rose saat mereka sedang berjalan menuju kantin.

Lisa berdecak. "Dia tersenyum pada semua murid, Rose. Bukan kau saja."

Rose menggeleng heboh. "Tidak. Tidak. Dia hanya tersenyum seperti itu padaku. Kalau kau iri bilang saja."

"Ya Tuhan. Untuk apa aku iri denganmu? Aku bahkan tidak menyukainya." Geram Lisa.

"Kalau aku mengajaknya makan siang bersama, apa guru Kwon bersedia?"

Lisa menghentikan langkah, ia berniat menjitak kepala Rose berharap gadis itu menghentikan cerita halunya. Bisa-bisa telinga Lisa mengeluarkan darah karena sudah seminggu ini Rose tidak berhenti membual tentang guru kesenian mereka.

"Ya!" Pekik Rose tiba-tiba saat ia merasakan sesuatu menghantam kepalanya dengan keras.

"Berhenti bermimpi, lagipula guru Kwon sudah memiliki kekasih."

"Guru Lee!" Pekik Lisa dan Rose bersamaan, namun dengan nada yang berbeda. Lisa dengan nada senang dan senyumannya sedangkan Rose dengan nada protes dan raut kesalnya.

BLOOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang