Warning!
Bukan adegannya, tapi bahasanya yang 21+!✖️✖️✖️
Matahari bersinar cerah, musim panas kembali datang menyapa. Di halaman luas sebuah rumah, terlihat tiga orang pria sedang bersantai menikmati hangatnya matahari yang menerpa pagi itu. Taeil, Ten dan Haechan—duduk bergaya di kursi santai seakan sedang menikmati hari di pinggir pantai. Taeil dengan celana pendek dan kacamata hitamnya, Ten dengan kaos tanpa lengan dan sekaleng soda di tangan juga Haechan yang tak ingin ketinggalan dengan boxer juga topi pantainya.
Saat itu belum terlalu siang, matahari pun belum begitu tinggi ketika ketiga pria yang sedang menikmati hari dikejutkan dengan suara gaduh dari dalam rumah. Bunyi pintu yang dibuka dengan kasar membuat mereka menoleh dengan bola mata yang nyaris keluar dari tempatnya.
Lalisa, adik perempuan Taeil pagi itu muncul dengan penampilan yang tak biasa. Menggunakan selembar handuk untuk menutupi tubuh dan selembar lagi membungkus rambut, perempuan itu melangkah dengan wajah yang tak ramah. Satu tangan memegang bagian depan handuk agar tak terjatuh dan tangan lain menarik telinga seorang gadis—menyeret remaja muda itu keluar dari rumah.
"Eonni! Aw, sakit! Telingaku bisa putus, Eonni!" Teriakan seorang gadis membuat ketiganya melangkah mendekat.
"Ya! Ya! Ya! Lalisa, ada apa ini?" Tanya Taeil saat dirinya sudah berdiri berhadapan dengan sang adik. Pria yang berprofesi sebagai psikiater itu dibuat meringis saat melihat telinga si gadis remaja memerah akibat tarikan Lisa.
"Ya! Nuna! Lepaskan Somi!" Pekik Haechan yang terkejut saat melihat sang calon pacar sedang dianiaya rekan serumahnya.
Lisa mendengus kesal sembari memutar bola matanya, "Siapa yang memberi ijin bocah ingusan ini menginap semalam?" Tanya perempuan itu dengan wajah kesal.
Taeil dengan cepat mengangkat satu tangannya, "Semalam acara di kedai selesai sangat terlambat. Aku tidak bisa membiarkan karyawanku pulang saat malam sudah begitu larut terlebih lagi dia seorang gadis. Dan sebagai owner yang baik, aku menawarinya untuk menginap." Jelas pria itu.
Selain berprofesi sebagai arsitek, Taeil juga memiliki sebuah kedai kopi yang terletak tak jauh dari rumahnya. Somi adalah satu karyawannya dengan Haechan sebagai manajer yang bertanggung jawab mengelolah kedai itu.
"Ya! Nuna! Lepaskan! Kau menyakitinya!" Suruh Haechan sekali lagi. Ia merasa tak tega melihat Somi meringis kesakitan saat berusaha melepaskan tarikan kuat ditelinganya.
"Dan kau menyuruhnya untuk tidur di kamarku?" Lisa mengabaikan ucapan Haechan sekali lagi.
Taeil mengangguk, "Tentu saja. Tidak mungkin kan ku biarkan dia tidur di sofa, atau di kamar Haechan?" Ujar pria itu berharap alasannya dapat meredakan emosi sang adik.
Perempuan itu menggeram kesal, ia melepaskan tarikannya ditelinga Somi. "Bukannya rumah ini memiliki banyak kamar kosong, kenapa harus kamarku?!" Gerutunya. Ia kembali menatap ketiga pria disana, "Jika hal seperti ini terjadi lagi, akan kupastikan kalian semua mati ditanganku!" Ancam Lisa menunjuk satu persatu pria di depannya.
"Aigooo... bunuh saja! Bunuh saja Oppa-mu ini, aku—" Bentakan Taeil terhenti begitu Lisa mendelik tajam padanya. "Apa aku terlihat sedang bercanda?" Taeil menggeleng heboh sebagai jawaban. Jujur saja, meskipun umur Taeil jauh di atas Lisa tapi pria itu takut dengan adiknya sendiri.
Kekesalan Lisa berawal saat ia masuk ke kamar mandi dan menemukan Somi sedang menggunakan toilet sembari bermain game. Entah kapan gadis itu berada disana, yang jelas Somi berhasil membuat Lisa meledak karena menggunakan pakaian perempuan itu tanpa ijin setelah sebelumnya membongkar isi lemari pakaian Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM
Fiksi PenggemarBLOOM merupakan kumpulan one shot/double shot dengan karakter utama Ten dan Lisa tetapi dengan latar dan karakter yang berbeda disetiap cerita. Berisi tentang kisah cinta, entah cinta monyet, cinta sepihak, cinta mati, cinta rahasia, cinta basi dan...