"Seseorang kembali merevisi naskahku..." teriak Doyoung begitu ia memasuki ruangan yang biasa dijadikan tempat berkumpul kelompoknya.
"...kau ingin bertengkar denganku?" Tambah pemuda itu ketika ia sudah berdiri disamping meja Ten.
"Ah, sepertinya aku sudah melakukan kesalahan besar." Sesal Ten dengan tidak niat, ia mengatakan itu dengan wajah datar dan tangan yang sibuk memeriksa lembaran naskah ditangannya.
Doyoung mendecih, tangannya sudah bertengger manis di bahu temannya itu.
"Tapi sikapmu mengatakan sebaliknya, bodoh.""Apa kalian akan bertengkar lagi?" Sela Kun yang juga berada di ruangan itu, ia sedang berbaring di sofa sembari memainkan ponsel.
"Haruskah kita bertengkar sampai titik darah penghabisan?" Usul Doyoung.
"Boleh juga..." balas Ten tanpa berniat menatap lawan bicaranya.
"Jangan berkelahi disini, sana ke lapangan. Aku tidak ingin membereskan kekacauan yang kalian buat," teriak Kun memberi peringatan pada dua rekannya yang selalu berdebat setiap ada kesempatan.
Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Taeyong yang baru saja menyelesaikan kuliahnya hari itu.
"Kalian bertengkar lagi?"
"Tidak," balas Ten dan Doyoung bersamaan.
Taeyong, Doyoung, Ten dan Kun merupakan mahasiswa terkenal dijurusan perfilman kampus mereka. Tidak ada satu mahasiswa pun yang tidak mengenali mereka; tampan, pintar, kaya dan berbakat. Semua yang melekat pada diri pemuda-pemuda itu adalah idaman para gadis untuk dijadikan kekasih.
Bisa berada satu kelas dengan mereka saja sudah membuat siapapun iri, apalagi bisa bergabung dengan kelompok mereka, bisa dipastikan kehidupan perkuliahanmu akan menyenangkan. Ketenaran dan kemudahan akan didapatkan tanpa perlu bersusah payah.
"Bagaimana proyek kalian?" Tanya Taeyong begitu ia bergabung dengan Kun di sofa dan kembali membuka laptopnya.
"Pemuda sialan itu kembali merevisi naskahku, padahal aku sudah bersusah payah mengerjakannya." Adu Doyoung yang juga ikut bergabung dengan dua temannya di sofa.
Ten memutar kursi berodanya, kini mereka berempat duduk saling berhadapan.
"Aku ini membantu kerjaanmu, bodoh. Kau ingin dimaki Moon Taeil karena membuat naskah yang tidak berbobot?"
Doyoung mendengus, tidak ada yang salah dengan perkataan Ten. Toh ia juga tahu bagaimana perfectionsnya produser mereka itu.
"Jika lolos ditangan Ten, aku yakin Taeil hyung tidak akan memakimu..." tambah Taeyong yang mengenal dekat pria yang menjadi dosen di kampus mereka.
"Apa yang kau kerjakan, hyung?" Kali ini Kun sudah mendudukkan dirinya dan mengintip layar laptop Taeyong yang terbuka.
"Rencana film pendek tahun depan, aku masih memikirkan genre yang cocok." Taeyong sebenarnya setahun lebih tua dari Kun, Doyoung dan Ten tetapi karena cuti setahun yang diambilnya kini ia menjadi satu angkatan dengan mereka.
Ten merapikan bawaannya dan memasukkan semua ke ransel hitam miliknya, Doyoung yang melihat itu langsung bertanya penasaran.
"Kau mau pergi? Ini masih terlalu sore untuk pulang..." mengingat bagaimana betahnya Ten di kampus.
"Siapa yang bilang aku akan pulang?"
"Jangan bilang kau ada janji kencan?" Tanya Kun cepat, ia akan selalu bersemangat tentang percintaan Ten.
Ten merotasikan matanya malas, "Tidak, aku hanya butuh sediki kafein."
Setelah itu, tanpa menunggu reaksi teman-temannya pria berkacamata itu berlalu melangkah santai menuju cafe dekat kampus yang menjadi tujuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM
Fiksi PenggemarBLOOM merupakan kumpulan one shot/double shot dengan karakter utama Ten dan Lisa tetapi dengan latar dan karakter yang berbeda disetiap cerita. Berisi tentang kisah cinta, entah cinta monyet, cinta sepihak, cinta mati, cinta rahasia, cinta basi dan...