London di musim gugur menjadi salah satu kota terindah yang pernah Ten datangi. Ini hari terakhirnya berada di ibu kota negara terbesar di Britania Raya itu, berlibur seorang diri nyatanya bukan ide yang buruk. Hati yang patah dan pikiran yang penat, membuat pemuda itu memberanikan diri untuk pergi berlibur tanpa ditemani asisten apalagi manajer.
Pagi ini dirinya memilih menikmati sarapan di salah satu coffee shop yang berada di daerah Bognor Regis di tengah pusat kota. Cuaca yang cerah dan pemandangan musim gugur yang mengesankan, membuat Ten memilih duduk di luar cafe sembari menikmati sepiring roti bakar dengan selai jeruk dan juga secangkir espresso.
Ten menggoyang pelan cangkir kopi di tangannya sebelum kembali menyesap cairan pahit itu.
"That's coffee, not wine."
Pemuda itu mendongakkan kepala, bertemu tatap dengan Lisa—gadis bersurai sebahu yang duduk berhadapan dengannya.
Entah hanya kebetulan atau memang takdir, pertemuan mereka di kota ini nyatanya bukan pertemuan pertama. Awalnya Ten ragu, tapi ketika melihat Lisa dengan seksama—pemuda itu yakin kalau Lisa adalah gadis yang tugasnya ia kerjakan di salah satu toserba dekat agensi beberapa tahun lalu.
Tadinya Ten hanya berniat menghabiskan waktu liburnya dengan berdiam diri di kamar hotel. Tidak ada niatan untuk menjelajahi kota London atau sekedar mencoba hidangan lokal yang terkenal dengan kenikmatannya. Tapi, semua rencananya itu berubah saat dihari kedua ia bertemu dengan Lisa yang kini berprofesi sebagai arsitek.
"Aku tahu. Kau pikir aku bodoh?" Balas pemuda itu, ia kembali menyesap espressonya.
Lisa tertawa pelan, "Hyung..." panggilnya kemudian. Dibanding memanggil Oppa, Lisa lebih memilih memanggil Ten seperti itu.
"Hm?" gumam pemuda itu, ia masih fokus melihat jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan.
"Look at me," Suruh Lisa yang sudah memegang kamera pocket dikedua tangan bersiap membidik sasaran didepannya.
Suara bidikan kamera terdengar begitu Ten menoleh. Ia bahkan dibuat terkejut karena flash yang menyala tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya pemuda itu begitu tersadar dari keterkejutannya.
Gadis itu tersenyum lebar, menurunkan kamera dari wajahnya kemudian menggoyangkan benda itu pelan. "Hanya mengambil kenang-kenangan..." yang langsung mendapat decihan dari pemuda di depannya. "Ck, seperti aku akan mati saja."
"Apa salahnya, toh besok kau akan kembali dan entah kapan lagi kita bisa bertemu." ucapan Lisa membuat Ten mengeryitkan dahinya meminta penjelasan lebih.
"Kau ini artis besar, Hyung. Aku hanya orang biasa, bahkan pertemuan kita selalu terjadi karena ketidaksengajaan kan? Mungkin saja kebetulan kita sudah habis, dan kita tidak akan bertemu lagi. Jadi, anggap saja foto tadi hadiah untukku." Jelas Lisa panjang lebar.
"Kita sudah menghabiskan waktu bersama, bukan sehari melainkan berhari-hari. Kenapa tiba-tiba harus menjadi orang asing?" Heran pemuda itu.
Lisa tertawa pelan, "Orang yang sudah saling mengenal bertahun-tahun saja bisa menjadi orang asing apalagi kita yang hanya bertemu karena kebetulan?"
Benar juga, tidak ada yang salah dengan ucapan si gadis. Tapi, sepertinya hal itu tidak akan berlaku untuk Ten karena ia berniat untuk tetap berkomunikasi dengan Lisa yang entah bagaimana bisa selalu bertemu dengannya dengan kondisi hati yang patah.
"Aku tidak menyangka akhirnya kau berhasil menjadi seorang arsitek, ku pikir kau akan pindah jurusan." Canda Ten saat Lisa selesai dengan kamera ditangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM
FanfictionBLOOM merupakan kumpulan one shot/double shot dengan karakter utama Ten dan Lisa tetapi dengan latar dan karakter yang berbeda disetiap cerita. Berisi tentang kisah cinta, entah cinta monyet, cinta sepihak, cinta mati, cinta rahasia, cinta basi dan...