What are we?

1.2K 152 9
                                    

"Noona, berhentilah. Ini sudah rokok keduamu..." suruh Minho yang berdiri tidak jauh dari Lisa, gadis itu sedang bersender pada tembok dan menatap langit luas yang terhampar di depannya.

"Baru dua, Minho... belum sebungkus." Balas gadis itu, asap keluar dari mulut cantiknya membentuk lingkaran putih yang sengaja ia buat.

Pemuda itu mendengus, "Kau tahu kan Ten hyung tidak akan suka melihat noona seperti ini..."

"Kami sudah berpisah kalau kau lupa..."

"Tapi, tetap saja ia akan memarahiku karena tidak menghentikanmu."

Lisa membuang puntung rokoknya dengan kasar, ia bahkan menginjak benda itu sampai hancur.

"Kau ini temanku atau temannya sih?" Sungut Lisa sebal.

Minho mengangkat kedua bahunya, "Aku adik kalian..." setelah mengatakan itu Minho bangkit dari duduknya berniat meninggalkan rooftop tempat mereka bertemu.

"Ya! Mau kemana kau?" Cegah Lisa begitu ia melihat hoobaenya itu melangkah.

"Ke bawah, ke ruang tungguku, sebentar lagi kami tampil noona. Dan ku rasa kau juga harus turun sebelum mereka mencarimu, aku tidak ingin diomeli Chan hyung dan Jennie noona."

Lisa mendengus, sejenak ia lupa kalau mereka idol yang sedang berada di salah satu stasiun televisi dan akan melakukan promosi album mereka.

****

Sebelum kembali ke ruang tunggu, Lisa menyempatkan diri ke toilet untuk menggosok gigi dan memakai kembali parfum yang memang ia bawa untuk menyamarkan aroma nikotin yang menempel dibajunya. Setelahnya Lisa dibuat terkejut saat memasuki ruang tunggunya, ia sempat menyatukan kedua alisnya heran.

'Ada urusan apa pria itu muncul tanpa pemberitahuan di ruang tunggu grupnya?'

"Sedang apa kau disini?" Tanya Lisa tanpa basa basi, ia tidak perduli dengan beberapa staff yang masih berada di sana.

"Menemuimu, memberimu dukungan tentu saja." Balas pria itu--Ten dengan santai. Ia bahkan sudah mendudukan dirinya dengan nyaman di sofa hitam yang berada di pojok ruangan.

Lisa mendengus kasar sebelum melangkah mendekati sofa tempat pria itu dan Rose duduk. Ia heran bagaimana bisa pria itu muncul dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

"Ten Oppa membawakan coklat, kau mau?" Tanya Rose sembari menunjukkan coklat batangan yang dipegangnya.

Lisa merotasikan matanya dan kembali mendengus sebal. "Persahabatan kita hanya senilai cokelat ternyata,"

Bukan Rose melainkan Ten yang terkekeh mendengar ucapan Lisa, ia sempat melirik Rose yang masih sibuk dengan coklat ditangannya.

"Kalian bertengkar?" Tanya Jisoo yang baru selesai dengan riasannya.

"Tidak, kami putus." Jawab Ten dan Lisa bersamaan.

Mendengar itu, staff yang tadinya masih berada di ruang tunggu memilih keluar. Mereka tidak ingin sengaja menguping meskipun penasaran dengan yang terjadi.

Kalimat singkat keduanya cukup memberi efek kejut bagi ketiga gadis lainnya. Rose bahkan sampai tersedak cokelatnya, Jennie secara spontan langsung mematikan sambungan teleponnya, dan jangan lupakan Jisoo yang menatap Ten dan Lisa bergantian dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dilihat.

"Kalian? Serius? Kenapa?" Tanya Jennie dengan panik, ayolah ini Ten dan Lisa pasangan teromantis abad ini setidaknya itu menurut kacamata Jennie.

"Jangan bercanda, itu tidak lucu asal kalian tahu." Tambah Jisoo yang sama tidak percayanya dengan Jennie. Kini ia sudah menarik satu kursi dan duduk berhadapan dengan mereka.

"Oppa! Siapa yang akan membawakanku cokelat lagi kalau kalian putus?" Keluh Rose yang lebih mementingan asupan cokelatnya dari pada hubungan Ten dan Lisa.

Lisa mengabaikan semua pertanyaan dan tatapan terkejut membernya, ia lebih memilih mengambil gelas kopi dari tangan Ten dan meminumnya dengan santai. Ten tidak protes, ia masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Toh Lisa sudah sering seperti itu.

"Kau merokok lagi?" Tanya Ten sembari menunjukkan layar ponselnya pada Lisa.

"Augh, dasar pengadu..." kesal Lisa saat membaca pesan masuk dari Minho diponsel Ten.

Ten berdecak, mengunci kembali ponselnya dan menatap Lisa serius. Pria itu menasehati Lisa untuk berhenti dari kebiasaannya menghisap nikotin. Bukan tanpa alasan, Lisa berulang kali harus bertemu dokter karena sifat keras kepalanya itu. Lisa hanya mengangguk dan sesekali mendengus ketika perkataan Ten memasuki indera pendengarannya. Gadis itu tidak ingin berdebat sekarang. Lagian bukannya mereka sudah putus?

"Ya!" Teriak Jennie membuat semua penghuni ruangan itu terkejut, bahkan Rose lagi-lagi tersedak coklatnya. Ia kesal karena diabaikan, padahal rasa penasarannya sudah sampai diubun-ubun.

"Kalau memang putus, bersikaplah seperti seorang mantan. Kenapa kalian malah bersisian dan saling bertukar obrolan?" Protes gadis itu dengan tangan yang terlipat di dada.

Rose menoleh, menatap Lisa dengan muka yang sengaja diimutkan. "Jangan putus, aku masih butuh asupan cokelat dari kekasihmu."

"Kalian bahkan tidak terlihat seperti pasangan yang sudah putus," tambah Jisoo, ia masih tidak percaya dengan ucapan dua manusia dihadapannya.

Ten dan Lisa saling bertukar tatap sebelum akhirnya tertawa. Memangnya apa yang salah? Hanya karena mereka sudah putus lantas tidak bisa berteman?

SkylaR🍂

BLOOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang