Jimin POV
Haruskah aku merasa lega mengetahui tak ada gadis remaja di kedai yang ku kunjungi ataukah aku harus tetap waspada dengan orang di sekitarku yang mungkin mengenalku? Bukannya sombong, tapi memang apa yang akan ku katakan adalah sebuah fakta mengenai Bangtan kini sudah di kenal banyak kalangan dari anak-anak sampai para lansia.
Tapi, kalaupun memang ada yang mengenaliku setidaknya tak akan seheboh gadis-gadis remaja.
"Selamat datang!"
Seorang perempuan yang aku tebak berusia dua puluhan menyambut kedatanganku dengan sangat ramah. Di balik masker yang menutupi bagian wajah bawahku membuatnya tak bisa melihat senyumku sebagai balasan sapaannya.
Kalau boleh jujur, gadis itu manis dengan senyum yang setia terpatri di wajahnya. Tak kalah manis dengan seekor anjing dalam gendongannya.
"Anda ingin memesan apa?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan gadis itu menyadarkanku bahwa aku terlalu lama diam memandang paras gadis itu.
"Apa saja menu yang kalian miliki?" tanyaku.
"Sepertinya Anda pelanggan baru," tukas gadis tersebut .
"Ne. Apakah kalian menjual soju?"
"Kami menjualnya, tapi jika Anda mau membelinya bisa tunjukkan identitas Anda lebih dulu?"
Apa yang baru saja gadis itu katakan sontak membuatku terkejut, tidak menyangka identitasku akan terlibat hanya untuk membeli soju. "Haruskah?" tanyaku.
Gadis itu mengangguk. "Ne, untuk memastikan berapa usia Anda." jawabnya.
Aku kira hanya toko kelontong yang akan memastikan berapa usia pembeli yang membeli minuman beralkhohol, ternyata ini berlaku juga di sebuah kedai. Sebelumnya aku tidak pernah mengunjungi kedai yang menanyakan identitas ketika membeli minuman alkohol.
Dengan terpaksa---tidak terpaksa juga sih soalnya aku sudah menyiapkan sesuatu untuk berjaga-jaga bila nantinya terlibat dalam situasi seperti saat ini. Aku mengeluarkan sebuah kartu identitas dan memberikannya pada gadis di depanku.
"Anda berusia dua puluh lima tahun ternyata." gadis itu menatapku dan kartu identitas pemberianku secara bergantian. "Selamat, Anda lolos dalam tahap seleksi!" seruan gadis itu agak membuatku terkejut dan nampaknya gadis itu menyadarinya. "Joesonghaeyo..." lantas membungkuk meminta maaf.
Aku terkekeh melihat tingkah gadis itu yang terbilang labil. Menurutku itu lucu.
"Mau makan di sini atau di bawa pulang?" gadis itu bertanya saat menyodorkan kembali kertu identitas milikku yang sebenarnya merupakan kartu identitas palsu yang disiapkan oleh pihak agensi agar di gunakan dalam situasi saat ini. Jadi, bisa dibilang tak hanya aku yang memilikinya, tapi semua member memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famed Neighbor (END)
FanfictionBagaimana jadinya jika kalian harus masuk ke dalam lingkaran hidup yang membuatmu harus waspada setiap saat demi menjaga karir seseorang yang tak pernah di sangka-sangka? Itulah yang terjadi pada gadis salah satu mahasiswa universitas Seoul setelah...