Bab 1|Next Door

1.9K 125 0
                                    


"Jiyoo-ah, ireona!"

Teriakan ibuku dari lantai bawah sukses mengusik tidurku yang baru empat jam tertidur karena semalam aku begadang sampai jam tiga dini hari karena menonton drama dengan enam belas episode yang langsung aku selesaikan dalam sehari.

Mengucek mata adalah hal pertama yang aku lakukan begitu membuka mata dan langsung di sambut oleh sinar matahari di luar sana yang menyilaukan karena tirai jendela yang sengaja di buka dan pelakunya pasti adalah ibuku, entah kapan dia masuk ke dalam kamar untuk membukanya.

Cklek

Wajah bantalku dengan sedikit bekas iler di sudut bibir menoleh ke arah pintu, mataku menyipit guna memperjelas penglihatan.

"Noona, cepat bangun ibu sudah meneriakimu sedari tadi, telingaku sampai sakit. Mengganggu pagiku saja."

Sekarang penglihatanku sudah jelas untuk melihat wajah kesal bocah laki-laki yang berdiri di ambang pintu, menggerutu seperti biasa karena waktunya bermain game terganggu oleh teriakan ibu yang menggelegar di penjuru rumah. Omong-omong, adikku itu bernama Jinoo tahun ini usianya sudah menginjak enam belas tahun dan merupakan siswa sekolah menengah pertama tingkat akhir.

"Oh.. Jinoo-ah, jam berapa sekarang?" tanyaku dengan suara serak khas bangun tidur dan sekarang tenggorokan terasa kering.

Pertanyaanku membuatnya memutar bola mata. "Ini sudah hampir jam sembilan. Cepatlah bangun aku tidak mau mendengar teriakan ibu lagi!" semprotnya yang kemudian menutup kembali pintu kamarku dengan debuman keras yang berhasil membuatku tersentak kaget.

"Ya! Jinoo-ah, aku akan membunuhmu jika pintu kamarku sampai rusak!" ancamku yang lagi-lagi tak di gubris olehnya, memang dasar adik kurang ajar untung saja masih ada ibu, jika tidak aku sudah menendangnya dari rumah sejak dulu.

"Jiyoo-ah, cepat turun ke bawah kalau sudah bangun!" lagi-lagi teriakan ibu menggelegar sampai ke kamarku. Dengan terpaksa aku bangun dengan langkah terseok berjalan keluar dari kamar.

Waktu tidurku belum cukup sehingga rasa kantuk masih menghambatku dan betapa jahat ibuku yang tak membiarkanku lebih lama menjelajahi alam mimpi yang lebih indah di banding kehidupanku di dunia nyata. Padahal saat tidur tadi aku sedang bermimpi indah, indah sekali sampai sudut bibirku dengan sendirinya tertarik saat mengingatnya.

"Noona, kau terlihat mengerikan dengan ilermu dan rambutmu sudah seperti tarzan."

Seketika senyumku sirna mendengar suara Jinoo yang mengejekku, "Sini kau, akan aku bunuh kau!" karena kesal dengan ejekannya aku berjalan cepat ke arahnya dan dia langsung beranjak dari kursi lalu bersembunyi di punggung ibuku.

"Ibu, Kak Jiyoo mau membunuhku." adunya pada Ibu.

"Ck, kalian ini terus saja bertengkar kapan akurnya, Huh?!" cerca ibuku yang mungkin sudah lelah melihat kami bertengkar setiap bertemu. Aku dan Jinoo memang jarang sekali akur karena memang lebih sering bertengkar.

"Kalian duduklah, jangan mengganggu ibu yang sedang memasak." itu suara ayahku yang duduk di kursi, tengah membaca koran sambil menikmati kopi.

Ini kesekian kalinya aku mengalah untuk tidak memberi pelajaran pada Jinoo yang selalu membuatku kesal karena kelakuannya dan mulutnya yang ingin sekali ku jahit agar tidak mengatakan kalimat yang membuat darahku naik. Mataku melotot melihat Jinoo yang menjulurkan lidah saat berjalan menuju kursinya.

Famed Neighbor (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang