Seminggu... dua minggu... bahkan sudah hampir sebulan sejak Jiyoo berhenti dari pekerjaannya menjadi seorang asisten, hari yang sama sejak terakhir kali pertemuannya dengan Jungkook.
Meski tidak begitu jelas karena saat itu tidak ada tanggapan berarti dari Jungkook, dan bahkan sejak hari itu mereka sama sekali tidak berkomunikasi untuk kejelasan hubungan mmereka. Karena itu, Jiyoo berpikir mungkin Jungkook berpendapat sama dengan dirinya pada hari itu untuk mengakhiri hubungan mereka yang entah kemana bisa memburuk, padahal tidak ada perselisihan serius yang terjadi sebelumnya selain sikap Jungkook yang tiba-tiba berubah.
Ada sedikit penyesalan akan tindakannya pada waktu itu yang mungkin cukup melukai Jungkook karena yang pada saat itu Jiyoo sedang merasa kesal dan cemburu, ditambah lagi dengan respon Jungkook yang berbalik menyudutkannya seolah mereka sama-sama dalam ego dan tidak ingin mengalah. Meski pada akhirnya Jungkook meminta maaf yang malah semakin membuatnya merasa buruk hingga mendorongnya melontarkan kalimat keramat dalam sebuah hubungan.
Akan tetapi ketika dirinya mengingat kembali sikap Jungkook yang berubah dan kejadian di lift saat dirinya mendapati Jungkook bersama wanita lain, membuanya sempat berpikir bila mungkin Jungkook memang sudah tidak memikirkan hubungan mereka dengan serius seperti dulu lagi. Jungkook mungkin sudah bosan atau mungkin dia telah menemukan perempuan lain yang tidak banyak menolak seperti dirinya ketika membahas keseriusan.
Ya, Jiyoo sadar dirinya selalu beralasan ketika Jungkook mengajaknya ke Busan karena belum siap memberitahu hubungan mereka pada siapapun, apalagi pada keluarga masing-masing, pikirnya akan datang waktu yang tepat yang akan memberinya keberanian itu, tapi lihatlah sekarang... waktu itu belum datang tapi hubungan mereka telah berakhir tanpa kejelasan.
Begitulah masa depan, tidak ada yang bisa memastikan masa depan seperti apa yang akan menghampiri mereka nanti.
"Yak!"
Seruan itu membuayarkan lamunan Jiyoo yang sedang tenggelam pada ingatan masalalu.
"Aku sedang bercerita tapi kau malah melamun." Minhye tampak kesal dengan wajahnya yang cemberut.
"Maaf, aku sedang memikirkan tugas dari Prof. Jung." bohongnya, padahal tugas dari dosennya itu sudah selesai dikerjakan semalam.
Omong-omong tentang yang waktu itu saat Jiyoo pergi meninggalkan Minhye setelah menerima panggilan dari Jimin. Minhye sempat bertanya apa yang terjadi dipertemuan berikutnya dan Jiyoo menjawab jika temannya yang bekerja di tempat yang sama mengabari jika ada masalah yang membuatnya harus pergi untuk menemui bos tempatnya bekerja dan di hari itu juga dirinya berhenti bekerja.
Minhye sempat penasaran dan bertanya sebenarnya di mana Jiyoo bekerja karena Minhye belum mengetahuinya meski sebelumnya pernah bertanya, namun Jiyoo masih tidak mau memberitahunya bahkan di saat gadis itu telah berhenti bekerja dengan alasan ingin fokus kuliah.
"Tumben sekali memikirkan tugas, biasanya juga asik berpacaran sampai lupa dengan teman sendiri." sindir Minhye.
Sekelebat dadanya terasa nyeri mendengar perkataan Minhye yang menyinggung soal hubungannya yang sudah berakhir, maklum saja Minhye tidak mengetahui hal itu karena sampai sekarang Jiyoo belum memberitahu siapa sosok kekasihnya yang sekarang sudah menjadi mantan kekasih.
"Tapi jika di pikir-pikir beberapa minggu ini kau sering mengajakku bertemu dan tidak mengambil kelas online lagi. Apa hubunganmu baik-baik saja?" tanya Minhye menyadari dalam tiga minggu ini mereka sering menghabiskan waktu bersama karena Jiyoo selalu mengajak bertemu.
Pertanyaan mendadak yang sebenarnya sedang dihindari itu membuat Jiyoo bingung harus menjawab jujur atau berbohong lagi.
"Sebenarnya... aku sudah putus." akhirnya ia memilih jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famed Neighbor (END)
FanfictionBagaimana jadinya jika kalian harus masuk ke dalam lingkaran hidup yang membuatmu harus waspada setiap saat demi menjaga karir seseorang yang tak pernah di sangka-sangka? Itulah yang terjadi pada gadis salah satu mahasiswa universitas Seoul setelah...