Bab 22|Apology and accountability

748 69 8
                                    

Happy Reading Dearys 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading Dearys 💕




Siang ini mereka sudah janjian untuk pergi berdua ke beberapa tempat untuk mencari hiburan.

Sebelumnya mereka juga sudah pergi bersama, sekitar dua hari yang lalu, dan ini hari terakhir Dojun tinggal di rumah Ayahnya. Malam nanti sekitar jam delapan dia akan kembal ke Seoul di jemput oleh supir Ayahnya yang sudah membawa keperluannya yang akan di bawa ke Seoul.

Dari hari di mana Dojun dan Minhye datang ke rumahnya, hubungannya dengan senior kampusnya itu jadi dekat, apalagi sejak mereka berdua jalan dua hari yang lalu.

Dojun yang lebih dulu menghubunginya dan mangajaknya untuk pergi ke beberapa tempat untuk lebih mengenal tempat baru yang di tinggali Ayahnya. Tanpa ditanyakan, Jiyoo sudah bisa menebak dari mana Dojun mendapat nomor ponselnya.

Pasti dari sepupunya Jung Minhye.

"Masih tersisa waktu satu jam, bagaimana jika kita mampir ke kedai di sana sekalian meminum soju." Dojun menunjuk kedai tenda di seberang jalan.

"Dan memakan tteokbokki," celetuk Jiyoo.

"Eoh, aku akan mentraktirmu."

"Yes! Kalau begitu ayo kita ke sana!" tidak munafik, siapa yang tidak senang jika akan mendapat traktiran.

Sampainya di kedai tenda, mereka memesan sebotol soju dan dua porsi tteokbokki dan jajanan lainnya.

"Kau pernah makan di sini sebelumnya?" tanya Dojun sambil memerhatikan sekitar, ada beberapa jenis orang dari kalangan berbeda, di mulai dari pelajar, orang dewasa dan ada juga lansia.

"Pernah sekali,"

"Dengan siapa?" tanya Dojun.

"Adikku Jinoo, saat itu kami taruhan siapa yang lebih dulu menitikkan air mata saat memotong bawang merah, maka dia akan kalah dan akan mentraktir pemenangnya."

"Lalu siapa yang menang?" Dojun terlihat tertarik dengan pembicaraan mereka.

"Jinoo, dia curang karena memakai kaca mata."

Dojun tertawa kecil mendengar siapa pemenangnya, "Memiliki adik seperti Jinoo pasti sangat seru, sayang sekali aku anak tunggal."

"Seru apanya, dia itu sangat menyebalkan. Bahkan dia pernah merusak laptopku." tampaknya Jiyoo tidak bisa menerima kesan Dojun pada adiknya.

"Haha jinjja?!" Dojun tertawa mendengarnya.

"Eoh, aku sampai mendiaminya selama beberapa hari."

Percakapan mereka pun berlanjut sampai waktu sudah akan menunjuk pukul tujuh, supir yang menjemput Dojun juga sudah sampai.

"Astaga, aku tidak tahu bahwa kau akan semabuk ini." Dojun agak kewalahan menghadapi Jiyoo yang terus bertingkah aneh saat mabuk.

Famed Neighbor (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang