"Si-siapa?" jantung Jiyoo mendadak berdetak lebih cepat.
"Orang mesum itu!"
"Kau pikir aku tidak mendengar apa yang kalian bicarakan tadi? Woah... kau---" Minhye menunjuk Jiyoo tak percaya. "Aku tidak percaya kau sudah tidur dengan kekasihmu itu." cerca Minhye yang masih tidak percaya temannya yang sebelumnya belum pernah berpacaran kini telah tidur dengan seseorang.
Sebenarnya tidak ada yang salah karena itu hal yang lumrah dikalangan seusia mereka ketika menjalin sebuah hubungan, bahkan Minhye sudah pernah tidur dengan mantan kekasihnya, tidak hanya sekali atau dua kali itu terjadi beberapa kali sebelum akhirnya ia putus dengan mantan kekasihnya itu.
Hanya saja Minhye tidak percaya Shin Jiyoo yang dia kenal sebagai gadis yang lugu dalam urusan asmara---kini sudah melepas keluguannya itu pada kekasihnya.
"Ya! Kau sa-salah dengar." Jiyoo masih belum siap memberitahu Minhye tentang hubungannya dengan Jungkook.
"Cih. kau pikir telingaku ini rusak? maaf ya, telingaku ini masih berfungsi dengan baik untuk mendengar pembicaraanmu tadi."
Jiyoo stagnan tidak tau harus beralasan apalagi dan pada akhirnya dengan terpaksa ia mengakui. "Baiklah kau benar, tapi dia tidak ada di sini aku tadi berbicara dengannya di telepon." walaupun tidak mengakui sepenuhnya karena belum saatnya ia mengenalkan Jungkook pada Minhye sebagai kekasihnya, bisa-bisa gadis Jung itu terkejut
"Kau mencoba membohongiku lagi?" tatapan penuh selidik Minhye perlihatkan membuat Jiyoo menelan saliva susah payah karena sepertinya Minhye tidak percaya.
'Apa jangan-jangan Minhye melihatnya tadi?' batinnya menerka bila mungkin
"Ahh... mungkin karena kau membesarkan volume saat menelepon tadi jadi terdengar seperti kau sedang berbicara langsung. Apa aku benar?" tukas Minhye yang sontak membuat Jiyoo mengerjapkan mata menatapnya, berpikir sesaat sebelum mengangguk membenarkan.
"Y-ya! Kau benar! Haha.. mana mungkin aku membawanya ke rumah." Jiyoo tertawa kecil dengan kikuk.
"Aku juga berpikir begitu. Kau mana mungkin membawa seorang pria ke rumah sebelum memberitahuku lebih dulu." dengan percaya diri ia mengatakan hal demikian.
"I-iya itu tidak mungkin." dalam hati Jiyoo meminta maaf pada Minhye yang secara tak langsung mengkhianati kepercayaan sahabatnya itu.
"Karena itu secepatnya kau harus memperkenalkannya padaku agar aku bisa melihat apakah dia pria baik atau hanya memanfaatkan keluguanmu." imbuhnya.
"Aku tidak selugu itu." Jiyoo menolak dikatai lugu, karena dia memang tidak lugu mungkin hanya terlihat begitu.
"Oh iya, kau kan sudah tidak lugu lagi setelah berhubungan dengan kekasihmu itu." ucap Minhye sarkastik dengan senyum bermaksud menggoda.
"Ya! Berhenti membicarakan itu."
"Pipimu memerah."
"Berhenti menggodaku atau kau aku usir dari rumahku!"
...
"Ada apa kemari?" tanya Jiyoo dengan segelas air putih di tangannya yang kemudian diberikan pada Minhye.
"Ini," Minhye memberi keranjang buah yang baru di belinya saat perjalanan menuju rumah Jiyoo. "Maaf aku tidak bisa berkunjung lebih cepat untuk menjenguk Ibumu yang sakit. Prof. Han memberi banyak tugas minggu ini, aku bahkan tidak sempat untuk sekedar melihat berita terbaru tentang idolku." imbuhnya dengan memasang wajah sedih yang terlihat dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famed Neighbor (END)
Hayran KurguBagaimana jadinya jika kalian harus masuk ke dalam lingkaran hidup yang membuatmu harus waspada setiap saat demi menjaga karir seseorang yang tak pernah di sangka-sangka? Itulah yang terjadi pada gadis salah satu mahasiswa universitas Seoul setelah...