BAB 7

1.6K 229 11
                                    


A/N:  Diingatkan lagi, ya. Kerajaan Balwanadanawa hanyalah kerajaan imajinasi dari penulis. Semua adat dan sebagainya sama sekali tidak dimaksudkan untuk  kerajaan mana pun yang ada di Indonesia.

Happy reading 💜

_______---------_______---------_______---------_______

Satu minggu kemudian..

Gerbang pintu utama istana keluarga inti Kadhaton Balwanadanawa terbuka dan sebuah kereta kuda memasuki halaman utama bangunan istana itu. Kadhaton Balwanadanawa adalah kerajaan yang sangat besar dan maju. Tanah serta sungai di kerajaan ini sangat membantu rakyat, membuat rakyat makmur dengan bercocok tanam.

Sektor pariwisata di kerajaan ini pun sangat maju karena banyaknya turis yang ingin mengunjungi istana masa lalu di Indonesia yang masih tetap maju hingga sekarang, membuat kerajaan ini mampu menjadi kerajaan yang sangat besar.

Karena banyaknya turis yang datang, pada tahun 1995, raja Balwanadanawa terdahulu menyetujui usulan presiden Indonesia untuk menjadikan istana lama sebagai aset pariwisata dan dibuka secara umum. Pada tahun yang sama pula, sang raja membangun kediaman juga istana baru untuk para keluarga kerajaan agar mereka bisa melakukan tugas dengan baik tanpa mengganggu para turis.

Walaupun masih dalam satu kawasan, istana dan kediaman keluarga kerajaan terletak lebih jauh dari istana lama. Tidak ada turis yang bisa datang ke kediaman keluarga dan istana kerajaan yang digunakan oleh raja. Di lingkungan istana juga tidak ada polusi sama sekali karena untuk masuk ke lingkungan kediaman dan istana, semua orang tidak boleh menggunakan mobil atau kendaraan modern lainnya.

Orang-orang yang akan mengunjungi istana yang digunakan sekarang harus menukar kendaraan mereka dengan kereta kuda di perbatasan yang sudah ditentukan.

Di dalam kereta kuda yang kini sedang menuju ke istana, Derish menyentuh tangan ibunya yang sudah cantik dengan kebaya berwarna emas yang ia kenakan. Di dalam Kadhaton, semua orang juga wajib memakai pakaian kerajaan yang disahkan oleh Raja.

“Bu,” panggil Derish. “Ibu akan tinggal untuk malam ini dan besok di Payon Omah Denaya(5) dan kulo akan tinggal di Payon Omah Denawa(6). Nanti malam, kulo akan menjemput Ibu untuk acara makan malam.”

Kemarin, ayahnya kembali menelepon dan memintanya untuk datang ke istana lalu Derish mengatakan ia akan datang jika ibunya juga datang. Derish melakukan semua itu karena ia tidak ingin posisi ibunya diisi oleh Raden Ayu Sekar, istri kedua ayahnya.

“Ya, Raden Mas,” jawab Araya.

Derish tahu kalau ibunya tidak ingin ikut ke sini. Ia tahu kalau mungkin kedatangannya ke sini akan kembali membuka luka lama. Namun, sekali lagi, ia tidak akan tinggal diam dan meninggalkan ibunya sendirian di Bogor.

Kereta kuda akhirnya berhenti di depan Payon Omah Denaya dan Derish segera membuka pintu lalu membantu ibunya untuk turun. Araya memandangi bangunan yang dulunya adalah tempat tinggalnya.

“Sudah belasan tahun dan semuanya masih sama.”

Derish menggenggam tangan ibunya. “Tidak ada yang bisa mengubah ini, Ibu. Ibu adalah pemiliknya.”

Dari dalam bangunan megah namun masih memiliki corak kebudayaan Balwanadanawa itu, seseorang berlari kecil dan menuruni tangga lalu bersimpuh di hadapan Araya. “Ya Tuhan.. Raden Ayu Araya..”

“Nastiti,” panggil Araya lalu menarik tubuh itu dengan pelan agar berdiri. “Kamu masih di sini?”

Derish menatap ibunya yang sekarang terlihat sangat anggun dan berwibawa. Ia menatap sekeliling dan dapat merasakan kalau tempat ini menerima ibunya, bahwa tempat ini sangat merindukan ibunya. Ia juga dapat merasakan kalau sebenarnya, ibunya juga sangat merindukan tempat ini.

The Perfect BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang