“Jadi lo adalah seorang pangeran mahkota Kadhaton Balwanadanawa?” tanya Tatjana yang beberapa bulan terakhir sudah bisa menyebutkan nama kerajaan itu dengan benar. “Kok lo gak bilang sih kalau lo adalah pangeran mahkota?”
Derish yang berusaha fokus menyetir sambil mendengarkan teriakan kesal Tatjana hanya diam. Tatjana, sahabatnya itu, baru saja membaca sebuah artikel di feeds instagramnya, yang menampakkan gambar Derish dengan caption ‘Sang Pangeran Mahkota Kadhaton Balwanadanawa Resmi Bertunangan.’
“Ih, Der. Nyebelin lo ah.”
“Emang kenapa kalau lo tahu gue adalah pangeran mahkota? Bukannya lo pernah bilang, walaupun gue adalah pangeran mahkota, tapi bagi lo, Gue tetap temen biasa lo?”
Tatjana mendesah. “Kalau gue tahu kan, gue bisa memberikan penghormatan minimal satu kali dalam hidup gue. Hmm.. kayak apa ya.. oh iya!”
Wanita itu lalu merubah posisi duduknya dan menghadap ke Derish yang fokus menyetir. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada lalu berkata, “Sugeng Tindak, Raden Mas Tarendra Derish−apaan lagi sih nama lengkap lo?”
Lalu saat itu, mobil mereka berhenti di lampu merah. Ia menatap Tatjana dengan tatapan kesalnya. “Ke sini.”
Dengan polosnya, Tatjana mendekatkan tubuhnya ke arah Derish. Lalu pada saat itu, Derish menjitak kening Tatjana, membuat wanita itu kembali berteriak. “Sialan! Apaan sih lo? Gue memberikan penghormatan malah dijitak. Pangeran mahkota macam apa sih lo ini?”
“Ta, sugeng tidak itu artinya selamat jalan. Lo bisa menyampaikan itu untuk orang yang sudah meninggal.”
Mata Tatjana membulat dan bibinya menganga lalu sedetik kemudian ia tertawa. “HAHAHAHAHAA! Jadi tadi gue bilang selamat jalan untuk lo dong?”
Derish kembali fokus ke jalanan karena arah panah pada traffic light sudah berwarna hijau. “Tapi lo beneran udah tunangan? Cincinnya mana?”
“Gue belum resmi bertunangan kok. Raja ngasih kami kesempatan untuk memilih.”
Kepala Tatjana mengangguk-angguk. “Tapi dia cantik kok, Der. Tapi body nya enggak seksi. Gimana nih? Sama cewek seksi dan cantik kayak gue aja lo gak bernafsu.”
“…”
Ia memang tidak mencintai Adiningrum karena memang ia hanya menganggapnya sebagai seorang teman, tidak lebih. Ia tidak bisa mencintai teman masa kecilnya sendiri, walaupun sekarang Adiningrum sudah berubah menjadi wanita yang sangat cantik.
Pada saat itu, mobil yang mereka kendarai berhenti karena sudah tiba di kompleks apartemen milik Derish. Hari ini Derish berhasil membujuk Tatjana untuk mulai mengerjakan tugas profesor Gerald. Ia sangat senang karena akhirnya Tatjana memprioritaskan nilainya. Memilihnya daripada memilih teater tidak penting itu.
Mereka sama-sama keluar dan hanya diam hingga kedatangan seseorang memecah keheningan.
“Raden Mas! Raden Mas! Kulo datang, Raden Mas!” teriaknya sambil berlari.
“Siapa tuh?” tanya Tatjana setelah ia keluar dari mobil dan bergabung dengan Derish. Ia mengalungkan tangannya di lengan Derish, seperti biasa.
Elijah tiba di hadapan Derish dengan napas terputus-putus. “Raden Mas, kulo ndak tahu di lantai berapa apartemennya Raden Mas. Kulo cuma tahu alamatnya gedungnya saja.”
Derish menatap sekelilingnya dan semua orang yang ada di lapangan parkir itu menatap ke arahnya. Selama ini ia mencoba untuk tidak menarik perhatian siapapun dan sekarang, Elijah justru akan membuat semua orang gempar.
“Kenapa kamu ada di sini, Elijah? Kan saya sudah bilang kalau saya mau hidup sendiri,” kata Derish sambil menatap Elijah yang terus tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bouquet
Ficción histórica#1 Historicalfiction (19/06/2021) Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Blurb: "Tapi untung juga sih lo cuma seorang pangeran, bu...