BAB 24

1.2K 193 7
                                    

Satu hari yang lalu..

“Bu, ini Sekar,” kata Raden Ayu Sekar ketika memasuki kamar ibunya. Hastuti yang sedang bersiap untuk pergi ke dapur istana menatap anaknya. “Sekar ingin Ibu melakukan sesuatu seperti yang pernah kita lakukan dua puluh dua tahun yang lalu.”

Hastuti tahu apa yang putrinya maksud. Ia adalah kepala dapur selama hampir seumur hidupnya dan karena hal itu, ia bisa menjalankan rencananya hingga membuat putrinya berada di posisi sekarang.

“Apa kamu akan melakukan sesuatu kepada Raden Ayu Araya?” tanya Hastuti.

Sekar menggeleng. “Belum, Ibu. Kita belum akan melakukannya. Sekar ingin Ibu memasukkan zat gluten ini ke dalam makanan tamu Drastha dan Ibu harus memastikan agar Gusti Raden Ajeng Nariah yang menyerahkannya kepada Dayang tamu Drastha itu.”

“Untuk apa kita melakukannya?” tanya Hastuti yang sekarang tidak mengerti dengan keinginan anaknya sendiri.

“Sekar ingin membuat sedikit keretakan antara Gusti Raden Ajeng Nariah dan Drastha Raden Mas Tarendra, Ibu. Karena kita membutuhkan orang yang kedudukannya lebih kuat untuk menyingkirkan Raden Ayu Araya.”

“Kamu ingin memperalat Gusti Raden Ajeng Nariah untuk menyingkirkan Raden Ayu Araya?” tanya Hastuti setelah ia terdiam untk memikirkan kata-kata anaknya.

Sekar menganggukkan kepalanya. “Dia adalah anak sang Raja yang sangat menyayangi kerajaannya dan rela melakukan apapun untuk kerajaan ini. Sangat bodoh, Ibu. Dia menjaga kerajaan yang akan membuatnya keluar dari istana setelah menikah. Dia adalah putri raja yang sangat baik.”

“Lalu?”

“Sekar akan membuatnya menginginkan sesuatu dari kerajaan ini dan sebagai imbalannya, dia harus menjadi kaki tangan kita untuk menyingkirkan Raden Ayu Araya. Dia adalah seorang putri raja, Ibu. Jika rencana ini terbongkar, kita akan menumpahkan semuanya kepadanya, seolah semua ini adalah rencananya. Kita bisa mencuci tangan setelah menyalahkan Gusti Raden Ajeng Nariah. Semua orang tidak akan dengan mudah menghukum putri raja daripada menghukum orang seperti kita.”

Hastuti tersenyum karena menyadari betapa pintar sang anak sekarang. Ia tidak pernah menyangka kalau kepintaran anaknya akan mengalahkan pikirannya sendiri.

“Kamu adalah anak Ibu yang sangat pintar.”

“Satu-satunya alasan Sekar tidak bisa mejadi Ibu dari seorang Raja adalah Raden Ayu Araya dan jika kita berhasil menyingkirkannya, Sekar akan mendapatkan itu. Aku sudah membesarkan Derish dengan penuh cinta, Ibu. Aku juga berusaha membuatnya tetap menjadi penerus takhta. Semuanya adalah hasil jerih payahku, bukan Ibu kandungnya.”

Sekar kembali menambahkan, “Gusti Raden Ajeng Nariah adalah satu-satunya putri dan dia pasti akan cemburu ketika salah satu saudaranya memikirkan wanita lain selai dirinya. Dia sudah terbiasa menjadi satu-satunya putri. Sampai di sini, rencana kita berhasil.”

φ

Sekali lagi Tatjana mendapatkan kesadaran di pagi hari dari tidurnya. Ia ingat semalam dirinya sedang berada di tepi sungai, memandangi bintang-bintang yang sangat indah bersama dengan Wahyuni yang menceritakan kisah hidup Derish. Ia belum membuka matanya dan ingatannya akan cerita Wahyuni membuatnya ingin menangis.

Ia membuka mata dan merasa silau karena cahaya lampu yang langsung memasuki matanya. Ia tidak tahu sekarang dirinya berada di mana. Namun, ia masih ingin menangis. Ia merasa begitu sendirian di tempat ini, ia juga merasakan hal aneh terhadap Derish.

Perasaannya berubah menjadi sangat aneh ketika sudah mengetahui seluruh kisah hidup sang pangeran mahkota.

Tatjana duduk dengan hati-hati di ranjang yang sangat besar ini dan menyandarkan tubuhnya pada bantal-bantal lalu memeluk tubuhnya sendiri. Sekarang air matanya benar-benar mengalir.

The Perfect BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang