"Tatjana!" panggil Derish terkejut. Suasana meja makan mendadak riuh ketika dengan sangat tiba-tiba, Tatjana batuk hebat dan dari mulutnya mengeluarkan banyak darah.
Sementara Tatjana tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Bahkan, ia tidak bisa mengatur napasnya karena ia tersedak darahnya sendiri. Semakin ia mencoba untuk bernapas, maka hidungnya semakin perih karena darah yang memaksa untuk keluar.
Aghiya yang beberapa langkah lagi meninggalkan ruangan ini pun berbalik dan sangat terkejut ketika melihat keadaan Tatjana. Seharusnya, dirinya yang mengalami hal itu.
"Ta! Tatjana!" panggil Derish lagi. Ia menopang tubuh Tatjana yang sudah mulai terkulai lemas.
Kini, di ruangan ini, Derish merasa hanya ada dirinya dan Tatjana yang terlihat kesakitan. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa Tatjana bisa begini. Padahal, satu menit yang lalu, Tatjana masih baik-baik saja dan memakan makanannya.
"Ta," panggil Derish. Ia lalu menggendong tubuh Tatjana. Tidak bisa begini, ia harus membawa Tatjana ke payon omah Tabib dan meminta mereka untuk membuat Tatjana tidak merasa sakit lagi.
"Der.." panggil Tatjana dengan susah payah. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu. Namun, Derish sama sekali tidak bisa menangkap apa yang Tatjana bicarakan.
"Tahan sebentar, Ta," kata Derish yang sekuat tenaga menahan air matanya. Ia lalu berdiri dan membawa Tatjana, meninggalkan semua orang yang masih sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
φ
Derish menaiki kuda dengan sangat mudah setelah ia lebih dulu menaikkan Tatjana. Ia memeluk Tatjana dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain ia gunakan untuk mengendalikan kekang kuda. Derish membiarkan air matanya berjatuhan dan dapat merasakan telapak tangan Tatjana yang mulai dingin.
Tidak, Tatjana harus baik-baik saja.
Namun, air mata Derish kini berubah menjadi isakkan ketika merasa kalau tubuh Tatjana mulai terkulai, tanda bahwa wanita ini sudah mulai kehilangan kesadarannya. Ia memegangi Tatjana lebih erat dan mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh wanita itu, berharap hangat tubuhnya cukup untuk menghangatkan tubuh Tatjana.
Walaupun Tatjana mungkin sudah kehilangan kesadaran, ia berharap wanita ini dapat merasakan kehadirannya.
Saat ia sedang berusaha mengendarai kudanya dengan benar, tiba-tiba saja angin kencang seolah mengguncang Balwanadanawa. Angin yang terasa aneh karena di langit sangat cerah. Angin itu seolah hanya mengguncang Kadhaton Balwanadanawa. Derish menangis sambil menatap apapun yang dilalui oleh angin dan meminta agar Kadhaton ini menjaga Tatjana untuknya. Ia meminta kepada apapun yang ada di sini, agar Tatjana selamat.
φ
"Bu," panggil Aghiya kepada ibunya karena sekarang, di meja makan yang sangat besar ini, hanya ada mereka berdua.
Semua orang memutuskan untuk meninggalkan meja makan dan menyusul Derish ke payon omah Tabib.
Tatjana adalah calon istri Derish dan keselamatannya adalah hal yang paling utama sekarang."Raden Mas, anakku, kamu baik-baik saja?" tanya Sekar sambil menyentuh wajah putranya.
Ia menatap Aghiya dengan tatapan sedih dan tak dapat menahan air matanya. Sementara Aghiya menatap ibunya dengan tatapan marah. Tidak pernah sekalipun ia menatap ibunya seperti ini. Namun, kali ini, ia benar-benar marah.
"Apa yang sudah Ibu lakukan? Ibu tidak berniat meracuni Ibu Araya, tapi sebenarnya Ibu berniat meracuni Mbakyu Tatjana?"
Sekar terdiam karena melihat raut marah pada wajah anaknya. Ia juga merasa sangat sedih ketika anaknya sendiri tidak mempercayai dirinya lagi. "Raden Mas.. Ibu sama sekali ndak meracuni calon istri Kang Mas mu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bouquet
Historical Fiction#1 Historicalfiction (19/06/2021) Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Blurb: "Tapi untung juga sih lo cuma seorang pangeran, bu...