****
"Al thanks ya lo udah ngehibur gue seharian ini, gue gak nyangka banget ternyata lo gak seburuk yg gue pikir." ucap Ara tanpa mengalihkan pandangannya "Albi? ko lo gak jawab sih!"
Sedetik kemudian Ara baru menyadari jika Albi sudah tidak ada disampingnya, alam mampu membuatnya terhipnotis dan melupakan permasalahan yg sedang ia alami.
Di tepi danau yg ada di tengah hutan, tempat Ara kini berada. Awalnya ia kekeh tidak ingin ikut, dengan alasan takut di unboxing. Sungguh pikiran gila macam apa itu, seorang Albi pastinya pilih pilih akan khilap dengan orang seperti apa bukan dengan manusia berbisa seperti Ara.
"Woy! ko gue ditinggalin sih?! gak bertanggung jawab banget! gue tarik kata kata tadi. Lo orang terjahat yg pernah gue kenal!" teriaknya tanpa memperdulikan situasi, bagaimana kalo si raja hutan terganggu oleh suara Ara kemudian ia datang dan memangsanya hidup hidup.
Ara menarik nafas panjang "GUE GATAKUT! kalo sampe lo harimau dateng kesini! gue bacain ayat kursi, kalo perlu gue hadiahi yasin tiga balikan! syukur syukur lo mati kebakar yg penting nyawa gue aman sentosa!" tantangnya dengan mengacung ngacungkan ranting pohon.
Kenyatannya bukan raja hutan yg mendatanginya melainkan ribuan nyamuk yg selalu jadi musuh setiap manusia, baik Ara akan mulai mengibarkan bendera perang kepada seluruh penghuni dihutan ini.
Pohon besar yg telah tumbang ia jadikan sebagai panggung untuk berdemokrasi, tidak lupa tupperware milik bundanya ia gunakan sebagai mic untuk menambah kesan perjuangannya.
Mampus dah tuh kalo ilang, nyawa Ara pun akan direnggut paksa oleh sang bunda.
"Pertama tama marilah kita mulai acara ini dengan mengucapkan bismillahirohmanirrohim, lanjut ke acara yg ked–"
"Ngapain?"
"IH DODOL LO DAR—" dengan kepercayaan diri yg melewati batas Ara berlari menggapai Albi untuk memberikan satu pukulan maut, namun naas kaki yg penuh rorombeheun itu tidak kuat lagi menanggung beban, dan ya...
"Aaaaaaaaa."
"Bismika allahuma ahya wabismika amut."
Ara jatuh tepat di pelukan Albi, entah ada angin apa tiba tiba cowo dingin itu membantunya.
Satu detik... dua detik... sepertinya mereka berdua enggan melepaskan pelukan satu sama lain.
Ara semakin mempererat pegangannya dipundak Albi, menenggelamkan kepalanya di dada yg bidang. Seperti tidak ingin kehilangan momen ini, mereka berdua pun saling menatap wajah masing masing.
Semakin dekat.
Satu senti lagi,
Dan
"Al?"
"H--hah?"
Brukkk
"WOY SIALAN! NIAT BANTUIN GAK SIH!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea
Teen FictionTidak ingin dihujat tapi kelakuannya bikin orang lain ngucap astaghfirullah terus, sosok manusia yg tengilnya minta diampunin tapi susah, gak diampunin y gimana y terserah aja Panggil saja ara kalo dipanggil alea dia gabakal noleh, emang so anak nya...