18

438 113 179
                                    


****

Jam terakhir tengah berlangsung, para siswa yg telah kehilangan fokusnya sama sekali tidak memperhatikan guru yg sedang menjelaskan di depan. Raga nya mungkin masih ada disekolah, tapi jiwa nya sudah berkeliaran dimana mana, dibioskop, warnet, bahkan pantai.

Mengingat bahwa besok hari libur, tidak sedikit dari mereka sudah merencanakan jadwal liburannya.

Lagi-lagi Ara menghela nafas panjang, ia merasa aneh setelah kejadian minggu lalu Albi sangat menjauhi dirinya, apa yg salah? apa karena ingatan nya kembali? bukankah itu hal yg bagus?

"Astaga gue lupa nanya keadaannya si Bella." ujar nya pelan.

Surga nya anak sekolah ketika mendengar bel istirahat dan pulang, mereka bersorak riang seperti anak tk. Mengingat ini adalah hari terakhir mereka dijajah oleh tugas, terlepas dari itu semua setidaknya mereka punya cukup hari untuk sekedar menenangkan pikirannya.

Ara bergegas merapikan semua peralatan sekolah, jangan sampai ada yg ketinggalan, pikirnya.

"Lah tipe-x gue kemana?" tanya Ara.

"Gatau, gue gak minjem." sahut Dwi.

"Apalagi gue."

"Gue punya sendiri, ngapain minjem."

"Ra emang lo punya tipe-x?" tanya Ardian tiba-tiba.

Dengan polosnya Ara menjawab " Ya kaga lah, sengaja gak beli takut lo semua pada minjem."

"Tahan gue tahan, pengen gue tonjok tu orang." ujar Dodi dengan tangannya yg tengah ancang-ancang.

"Yeu jenab pengen banget gue rukyah lo." tambah Adrian.

"Gue lagi gak gabut sekarang, jadi jauh-jauh sana huss virus kismin nya takut nyebar."

"Bilang aja kalo gak berani." celetuk Dwi.

"MAJU LO SEMUA!"

◦•●◉✿oOo✿◉●•◦

Setelah mengalami perdebatan yg lumayan panjang, akhirnya Ara bisa pulang. Keadaan sekolah sudah lumayan sepi, lagi-lagi ia mengutuk temannya itu karena membuat dirinya pulang terlambat.

"Hadeh kalo gini ceritanya bisa-bisa gue nginep di sekolah." keluh Ara ketika sampai di parkiran, berkeliaran mencari mangsa untuk dimintai mengantarnya pulang.

"Ini juga si Geo dari tadi pesan gue gak di baca."

Sedetik kemudian Ara di kejutkan oleh sepasang manusia yg langsung membuatnya mematung ditempat. 

"Geo?" panggil Ara.

Sang pelaku langsung membalikan badannya melihat siapa yg baru saja memanggil nama nya, dalam waktu sedetik mimik wajah nya langsung berubah.

"A—ara?" jawab Geo gugup.

"Misel lo ngapain?"

"Geo bisa pergi sekarang?"

"Lo budeg sel? turun lo!" perintah Ara.

"Geo bisa kan?" tanya Misel sekali lagi.

"GILA YA KALIAN BERDUA! GAK NYANGKA BANGET GUE."

"A—ara aku bisa jelasin, tapi nanti ya."

"MAU JELASIN APALAGI LO KEPARAT!"

"Ara aku mohon, aku bakal jelasin semuanya nanti."

"Sel lo gak punya malu?"

"Aku pergi ya ra, maafin aku." ucap Geo.

"Lo kalo beneran pergi, gue anggap hubungan kita selesai."

"Ra, maaf."

Ara memalingkan wajahnya "Pergi dan jangan pernah balik lagi!"


◦•●◉✿oOo✿◉●•◦

Dibawah guyuran air hujan, gadis itu berjalan dengan kepala menunduk, sesekali ia juga menyeka air mata nya yg turun deras bersamaan dengan hujan sore itu.

Selepas kejadian tadi ia berniat untuk pulang jalan kaki saja, berusaha mengulur waktu agar sesampainya di rumah ia tidak terlalu terlihat berantakan. Meski keadaan yg sebenarnya cukup menghawatirkan.

Samar-samar terdengar suara motor yg tengah berhenti di dekatnya, Ara tidak menghiraukan itu semua. Ia terus saja berjalan, hingga tiba-tiba sebuah tangan menarik nya ke dalam pelukan. Ara terkesiap, lalu melihat siapa orang yg telah lancang itu.

"Albi?"

"Hm."

"L—lo ngapain?"

"Em— anu."

"KALO GINI CERITANYA GUE MALAH PENGEN NANGIS KEJER HUAA."

"KENAPA SIH COWO YG AWAL NYA NGE TREAT LIKE A QUEEN AKHIRNYA NGEBELANGSAKIN JUGA, MANA PAKE ACARA SELINGKUH LAGI JINGAN."

"DAN BEGO NYA TU COWO SELINGKUH SAMA SAHABAT GUE SENDIRI, KURANG RENYAH APALAGI IDUP GUE?!"

Albi yg kelimpungan tidak tau harus berbuat apa, saat ini hanya bisa diam mendengarkan ocehan Ara. Tangannya secara tidak sadar terangkat mengelus rambut gadis itu.

Ara yg tersadar kemudian menatap lekat-lekat wajah tampan itu dari dekat, merasa malu atas apa yg ia katakan tadi, ia pun menyembunyikan wajah nya di dada bidang Albi.

Sial hati gue jadi acak-acakan gini — ucap nya dalam hati.

"Alea? Lo gak pingsan kan?" tanya Albi.

Ide bagus! mending gue pura-pura pingsan aja, dari pada suasana nya jadi awkward — batinnya.

"IH ALBI IDUNG GUE KO DI TARIK?!"

Albi terkekeh "Sengaja."

Bangsat gak bisa didiemin lagi nih, masa mau gue sosor aja ni laki satu— teriak Ara dalam hati.




****

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang