24

418 68 138
                                    

****


"Ra lo mau pesen apa?" tanya Dwi tanpa bismillah terlebih dahulu.

Sedikit terkejut, Ara bangkit dari duduknya kemudian meletakkan telapak tangannya di kening lelaki itu.

"Gak panas tapi gak dingin juga." ucap Ara bergantian memeriksa suhu tubuh nya.

"Lo gak lagi nyari masalah kan sama gue?"

Dwi menatap Ara sinis "Gue jahat di omongin, baik malah di ledekin. Serba salah banget."

"Masih untung sih gak di manfaatin." sahut Haikal tanpa mengalihkan pandangannaya dari room chat yg mana ia tengah bermesraan dengan kekasih gelapnya.

"Atau jangan-jangan.." selidik Ara.

"Apa ra?" tanya Ardian penasaran, sampai rela menghentikan acara makannya.

"Lo suka sama gue ya?"

"Buset Ra tu mulut gak ada rem nya apa."

Ara hanya menggidikan bahu, kembali duduk ditempat semula, menopang dagu dengan tangan kanan mengaduk-aduk jus melon yg belum ia minum,

Hatinya sangat gelisah.

"Kenapa lo?" tanya Dodi setelah melihat Ara yg tidak hiperaktif seperti biasa.

Menggelengken kepala Ara juga tidak tau kenapa ia tiba-tiba seperti ini.

"Pms kali."

Haikal menyutujui ucapan Ardian kali ini, memang biasanya mood perempuan selalu menurun jika sedang mengalami fase itu.

"Gak, tadi pagi baru aja gue adus." jawab Ara membuat teman-temannya melongo.

"Heran gue Ra lo cewek tapi gak ada jaim-jaim nya." tutur Ardian.

"Logika nya aja kalo sampe ada cewek yg gak jaim di depan lo berarti dia gak punya perasaan apa-apa."

Semua pasang mata langsung tertuju ke arah Dwi dan Ardian, yg ditatap hanya bisa tersenyum kikuk,

Ah entah, hati manusia gak ada yg tau.

"Tapi kan ada aja cewek yg selama ini temenan terus punya rasa, tapi sikapnya kaya biasa." ucap Haikal lagi-lagi membuat Ara berpikir keras untuk menemukan jawaban yg tepat agar terlihat keren dan lebih berotak.

"Lah anjir gue bukan dokter cinta, boro-boro ngurusin kisah lo pada. Kisah gue sendiri aja kandas ditengah jalan." lirih Ara.

"Tapi ra—"

Ara melotot tajam "Diem gak lo?!"

Byur!

"ARA!"

Terkejut bukan main, sekujur tubuh Ara mendadak kaku.

Aneh,

Bisa-bisanya siang bolong begini hujan jus jeruk.

"Misel?" Ara berkali-kali lipat terkejut ketika melihat orang yg berada di belakangnya tengah bersidekap dada.

"Ups sorry gue gak sengaja." tutur Misel dengan wajah tanpa dosa.

"Lah, lo stres apa gimana hah?" Dwi tak terima melihat teman nya di perlakukan seperti itu "Kalo mau ngerusuh jangan disini dong sialan!"

"Gue bilang gak sengaja, lo budeg?"

"Gimana ceritanya bisa gak sengaja, makin aneh aja orang gila ko masih bisa sekolah?" sinis Ardian, rasanya ingin sekali ia mengguyur nenek lampir itu dengan seember air selokan.

"Selamat ya Ra, lo udah berhasil kendaliin semua cowok di kelas agar mihak lo, sebenernya yg barusan tu hadiah dari gue. Mandi gih, biar gatel nya ilang." Misel tersenyum licik, melihat Ara hanya diam tak bereaksi.

"Asli gak nyangka gue sel lo bisa sebuta ini cuma gara-gara bedebah sialan itu." geram Haikal.

Misel bertepuk tangan, lalu mengibaskan rambutnya di depan wajah Ara. Kembali ia tertawa saking bahagianya.

"Gak anak gak ibu sama-sama gatel. Kasian bokap lo Ra di akhirat sana nangis liat kelakuan lo!"

"Misel anj pergi lo!" usir Dwi mendorong kasar bahu gadis itu.

"Temen lo brengsek! apa-apaan ngajakin cowok gue ketemuan di hotel. Gausah so lemah kayak gitu, jijik!"

Ara mengepalkan tangan kuat, nafas nya memburu, tanpa di komando air matanya luruh, tak tertahan.

"Lo udah puas?" tanya Ara.

"GUE PERINGATIN YA SAMA CEWEK-CEWEK DISINI, TERMASUK YG UDAH PUNYA COWOK, YG MASIH DEKET JUGA SIH. HATI-HATI AJA SAMA NI CEWEK SATU. BISA-BISA LAKI LO PADA DI EMBAT SAMA DIA."

Ara menundukan kepalanya, seumur hidup baru kali ini ia merasa sangat malu. Sampai ia tidak sanggup lagi untuk melihat orang-orang di sekitarnya.

Tubuhnya bergetar hebat, dengan lemah ia mendudukkan dirinya dilantai, berkali-kali Ara memukuli dadanya karena merasa sesak mendengar makian dari seseorang yg selama ini selalu berada disampingnya.

Di kursi paling pojok, terlihat Geo tengah tersenyum senang. Melihat Ara dipermalukan seperti itu, Ah rasanya ia ingin sekali mengabadikan momen ini.

"Gue yakin suatu saat nanti lo bakal malu sel sama diri lo sendiri." tutur Dwi menatap tajam Misel yg tengah tersenyum bak psikopat.

Para siswi yg tengah berada di kantin, mulai berjalan mendekat, mengililingi Ara. Kapan lagi mereka akan melihat seorang Ara yg biasanya so jagoan, tiba-tiba menjadi lemah seperti ini.

Di tengah kerumunan manusia itu, Albi berlari seperti orang kesetanan. Mencari-cari keberadaan Ara.

Lalu matanya tertuju, pada beberapa gadis yg tengah bersorak riang, menumpahkan segala macam minuman.

"ALEA!" teriak Albi membuat aktivitas mereka terhenti, lalu balik menatap dirinya.

"Sialan minggir lo semua!"

Dengan cepat Albi membuka jaketnya yg  langsung ia gunakan untuk menutupi tubuh Ara yg sudah menggigil hebat.

Kantin makin ramai, Dwi dkk sudah kewalahan menangani siswi-siswi yg ingin menyerang Ara dengan ganas.

"Alea tenang, gue disini."

"Al g-gue takut."

Tanpa pikir panjang, Albi membawa Ara kepelukannya. Ia semakin terisak dengan tangannya yg masih mengepal kuat menyisakan beberapa luka yg cukup dalam.

"Al sebaiknya lo bawa Ara balik, gue sama Nela udah laporin ini ke kepsek." ucap Dania dengan nafas tak beraturan, mengingat ia berlari dari ruang kepala sekolah ke kantin yg jaraknya lumayan jauh.

Albi mengangguk, kemudian berlalu pergi.

"Lo semua yg udah berani nyentuh Ara, gue pastiin bakal dapet balesan yg setimpal!" ancam Nela dengan emosi yg menggebu-gebu.

"Dan lo! manusia terlicik yg pernah gue kenal. Harusnya lo malu sel, lo yg rebut cowok Ara tapi sekarang lo juga nyalahin dia seakan-akan lo yg jadi korban. Harga diri lo apa masih ada?"

"Lo gausah ikut campur Dania! lo gatau apa yg seb—"

"Gue berhak ikut campur bangsat! bayangin sesakit apa hati Ara ditusuk dari belakang sama manusia biadab modelan lo!"

"Liat aja dengan kelakuan lo yg kaya gini, apa masih ada yg mau temenan sama lo?"

Misel bungkam,

Tapi yg paling penting ia masih punya Geo yg akan selalu ada di sisinya.

"Lo sel bener-bener sycho." ucap Ardian, menarik tangan Nela menjauh dari kerumunan.

Dwi pun melakukan hal yg sama, ia takut jika Misel akan menjadikan Dania sasaran baru.

"Argh!"


****

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang